7. Nana Galau
"Aku selalu menyakinkan diriku bahwa aku tengah mencintai seseorang yang juga mencintaiku. Ternyata tidak, ataukah benar?"
Menurut Rescha setiap hari sama saja. Tidak ada yang luar biasa, semuanya berjalan seperti apa yang seharusnya. Coba lihat, pada saat matahari masih malu-malu menampakkan diri di atas sana dirinya justru sudah bersiap hendak berangkat ke sekolah.
Ia cepat-cepat bersiap bukan karena takut terlambat, hanya saja ada sesuatu yang tidak ingin ia lihat. Namun, semua itu ternyata percuma karena tepat ketika ia turun dari tangga keluarganya sudah melakukan rutinitas makan bersama. Rescha hanya mampu menghembuskan nafas pelan, mengalihkan atensinya dan terus melanjutkan perjalanan
"Res, udah mau berangkat nggak sarapan dulu?" Sontak Rescha menghentikan langkah, kali ini ia hanya menghela nafas dalam-dalam, ia alihkan atensinya menatap Lio-Kakaknya yang tengah duduk di seberang sana didampingi oleh kedua orang tua. Iri rasanya melihat mereka sebahagia itu tanpa dirinya.
Bahkan Rescha sudah lupa kapan terakhir kali Mamanya memperlakukan ia sedemikian rupa, bahkan Rescha sendiri sudah lupa mengapa ia merasa paling jauh di antara keluarganya. Semakin dipikirkan hanya akan membuat dirinya sakit kepala. Hingga akhirnya tanpa mengucapkan sepatah kata Rescha kembali mengambil langkah, berharap bisa cepat-cepat pergi ke sekolah. Meninggalkan tempat yang semakin lama membuat sesak di dada.
"Res-"
"Udahlah Lio, kamu nggak perlu menghawatirkan Adik kamu. Sekarang kamu lanjutin aja sarapannya."
Lagi-lagi langkah Rescha terhenti. Benar, di rumah ini tidak ada yang benar-benar mengerti. Kini atensinya ia alihkan sepenuhnya menatap netra legam milik sang Kakak yang saat itu tengah menatapnya dengan ragu hati. Melihat hal itu Rescha terkekeh pelan. "Mama bener kok Bang, nggak usah khawatirin gue. Lagian mau gue baik-baik aja atau nggak, semuanya bakal sama aja 'kan nggak ada yang peduli," ucap Rescha sembari tertawa sumbang.
Rescha tau sedari dulu ia dituntut untuk selalu mengalah, ingin seberusaha apapun ia untuk mendapatkan perhatian kedua orang tua pada akhirnya semua hanya percuma karena lagi-lagi Lio yang selalu menduduki peringkat pertama di dalam keluarga.
Seperti halnya hari ini dimana lagi-lagi Mama menatap dirinya tidak suka sembari berkata, "Dasar anak ini berani-beraninya bicaramu tidak sopan begitu, jika tidak ingin sarapan ya sudah tidak perlu sampai membuat keributan." Mendengar hal itu Rescha hanya mampu terdiam menahan sesak yang menghimpit dada, dan lagi hal ini menjadi salahnya. "Kami nggak pernah mengajarimu bicara kurang ajar begitu, disekolahkan mahal-mahal hanya itu yang kamu dapat, dasar kurang-"
"Emangnya Mama pernah ngajarin aku apa sih? Selama ini yang Mama pedulin 'kan cuma Bang Lio, emang Mama pernah peduli sama aku?"
"RESCHA!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...