🌸 CHAPTER 44 🌸

86 29 99
                                    

44. Luka yang Bersemayam

"Rindu ini akan terus menjadi milikmu, meski sosokmu sudah tidak ada lagi bersamaku."

Selepas pergi dari kantin Nana melangkah mendekati bangku taman yang dulu pernah ia tempati bersama Lio, dan kembali membuka kenangan yang sedikitpun tidak pernah mau Nana lupakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas pergi dari kantin Nana melangkah mendekati bangku taman yang dulu pernah ia tempati bersama Lio, dan kembali membuka kenangan yang sedikitpun tidak pernah mau Nana lupakan. Karena meskipun hanya sebentar, tapi ingatan itu masih terus melekat. Mungkin sedikit menyakitkan, tapi ia tidak berbohong pada waktu itu ia juga merasa senang.

Nana ingat ketika hari itu ia datang membawa nasi goreng yang ia buat sendiri pagi-pagi, lalu ia berikan pada Lio dan ternyata lelaki itu benar-benar menyukai, atau hanya ingin menghargai karena tidak ingin ia sakit hati. Nana tidak peduli, karena waktu itu bagaimanapun yang dirasakan Lio lelaki itu hanya bisa tersenyum. Benar senyum itu, Nana jadi rindu. Bukan hanya pada senyum tenang yang dimilikinya, tapi juga pada lelaki baik yang tidak pernah menyakiti perasaannya.

"Lio maaf, aku masih sering nangis kalau inget kamu." Sebelum mengenal Lio, memang Nana sudah terbiasa sendiri. Tapi setelah lelaki itu pergi Nana tidak hanya sendiri ia juga merasa sepi. "Aku bingung Lio ... dimana aku pergi ... aku selalu ingat kamu." Bohong rasanya jika Nana tidak benci situasi seperti ini, karena kini segala hal Nana selalu bergantung pada Lio yang sekarang sudah jauh pergi, dan tidak bisa untuk diminta kembali lagi. Nana sudah terlambat menyadari dan ia menyesal tidak pernah memanfaatkan waktu yang sudah diberikan. Bersama Lio mungkin Nana pernah kesepian tapi setelah itu Lio punya cara tersendiri untuk bisa membuat dia senang. Lalu harus seperti apa ia sekarang?

Nana menundukkan kepala dalam-dalam dan terisak dalam diam, seluruh badannya bergetar dan ketika ia begitu selalu ada seseorang yang bisa membuat dia tenang. Tapi satu persatu orang itu kini menghilang dan meninggalkan Nana sendirian. "Bukan cuma tempat ini, Lio. Seluruh penjuru sekolahan semuanya sudah kita kunjungi dan selalu ada kamu dimana-mana waktu itu. Bahkan setelah kamu pergi aku masih nunggu kamu di depan kelas buat jemput aku." Nana semakin terisak sendirian, lalu ia hapus air matanya dengan kasar ia sandarkan punggungnya sebentar, lalu mendongak ke arah langit biru yang terlihat megah.

"Aku mau diajak jalan sama kamu lagi, Lio. Jadi aku mohon sama kamu, tolong kembali." Siang ini langit benar-benar cerah, tapi tidak dengan perasaan Nana yang gundah gulana. Mengingat kembali tentang Lio membuat Nana ingin kembali bertemu, yang nyatanya semua itu hanya keinginan semu hingga menyebabkan hari-hari penuh rindu.

Nana memohon ampun pada Tuhan karena masih belum bisa menerima kenyataan, tapi Nana berharap bahwa Tuhan bisa maklum dengan perasaannya sekarang. Nana tatap susu kotak rasa green tea minuman kesukaan lelaki itu. Nana tersenyum tipis lalu meletakkan minuman itu di sampingnya seolah memberikan minuman itu pada Lio yang kini tengah berada di sisinya. "Hari ini aku bawain minuman kesukaan kamu, setelah aku coba ... ternyata rasanya nggak seaneh itu, aku jadi ikutan suka." Nana kembali terisak dan menundukkan kepala dalam-dalam, seluruh badannya bergetar. Entah sampai kapan Nana bisa merelakan Lio, mungkin tidak akan pernah atau bahkan butuh waktu yang lama.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang