27. Rumah Pohon
"Jika bisa minta kepada Tuhan, aku ingin menghentikan waktu sampai sini saja. Karena sama kamu hidupku jauh lebih menyenangkan."
Suara dering bel menandakan waktu pulang sudah terdengar. Nana cepat-cepat memasukkan barang yang berserakan agar bisa segera keluar. Hari ini ia tidak membawa mobil dan tadi Lio sempat mengajaknya untuk pulang bersama jika Nana tidak keberatan. Tentu hal itu membuat Nana senang, tidak perlu berpikir panjang Nana langsung mengiyakan. Mengingat ucapan Lio beberapa saat lalu berhasil membuat Nana menerbitkan senyuman.
"Na, pulang sama gue ya?" Anura sedari tadi sudah mewanti-wanti agar Nana mau dibawa ke rumah sakit untuk diperiksakan. Ia sudah menahan khawatir karena sedari tadi ia memperhatikan Nana yang selalu mendesis kesakitan. Jika Nana tetap menolak Anura tidak akan tinggal diam, ia akan berusaha dengan segala cara agar gadis itu mau ikut bersamanya. Anura paham betul bahwa sampai saat ini Nana berusaha untuk terlihat baik-baik saja, yang kenyataannya tidak sesuai dengan apa orang lain kira.
Tentu Nana langsung menolehkan kepala, ia tampak terkejut dengan pertanyaan Anura. Nana bingung harus menjawab apa, karena sikap Anura tidak seperti biasanya. Namun belum sempat kalimat Nana dikeluarkan, tiba-tiba ada suara ketukan pintu yang terdengar. Kedua gadis itu langsung mengalihkan perhatian, melihat seseorang yang kini tengah berdiri di ambang pintu sambil tersenyum lebar. Nana yang melihatnya pun langsung terkekeh pelan. "Sorry Ra, gue mau balik sama pacar," ucap Nana sambil menampilkan wajah menyebalkan.
Anura menghembuskan nafas panjang, ia baru ingat bahwa kini Nana tidak lagi melakukan segalanya sendirian. Sekarang ia punya sosok yang jauh lebih bisa diandalkan. Anura cukup tenang, bahwa kini yang menjadi pasangan gadis itu adalah lelaki baik seperti apa yang Nana ceritakan. Tindakan Anura tidak jauh berbeda sebagaimana yang biasa Nana lakukan, dirinya tentu tidak bisa melarang jika Nana ingin diantar pulang. Setidaknya gadis itu punya teman.
Tadi Nana menceritakan segalanya, bahkan mereka sampai tidak sepenuhnya mengikuti pelajaran. Tentu karena ia terus melemparkan banyak pertanyaan yang sempat membuat dirinya penasaran. Meski tahu gadis itu kelelahan, Nana tetap tidak bisa menolak ketika ia minta untuk dijelaskan. Nana mulai memberitahu bagaimana ketika lelaki itu datang lalu menyatakan perasaan.
Awalnya Anura sedikit tercengang lalu ikut senang ketika melihat raut wajah Nana yang tidak juga melunturkan senyuman. Jujur saja wajah Nana tampak berbeda, gadis itu terasa lebih bernyawa. Kini Nana tidak lagi merasa bahwa dirinya sendirian, kini ia bukan lagi gadis yang kesepian. Anura berharap Nana bisa terus tersenyum lebar seperti sekarang.
"Ya udah kalau gitu gue pulang duluan ya." Sebelum benar-benar memutuskan untuk pergi dari sana, Anura sempat melemparkan senyum meledek ke arah Nana. Sedangkan sang empu hanya bisa melemparkan tatapan tajam dan menyuruh Anura agar segera pulang. Hingga tepat di hadapan Lio Anura sedikit memberi pesan. "Jagain sahabat gue, jangan sampai kenapa-kenapa." Setelah mengatakan itu Anura segera keluar, tidak mau menunggu jawaban Lio yang mungkin saja ingin dilontarkan. Ia segera menuju ke parkiran, menemui sang pacar yang kini sedang menunggu dengan sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...