🌸CHAPTER 19🌸

176 112 6
                                    

19. Dirundung Masalah

"Curang, Aku sendirian tapi masalah datangnya keroyokan."

Dering bunyi bel terdengar hingga ke segala penjuru ruangan, Anura saat ini tengah memperhatikan Nana yang sedang merapikan alat tulisnya yang berserakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dering bunyi bel terdengar hingga ke segala penjuru ruangan, Anura saat ini tengah memperhatikan Nana yang sedang merapikan alat tulisnya yang berserakan. Entah mengapa Anura merasa sikap Nana agak berbeda, tidak seperti biasanya. Bahkan sedari dari tadi ketika Nana sedang diajak bicara, gadis itu justru hanya diam tidak mendengarkan. Anura curiga seperti ada sesuatu yang sedang Nana sembunyikan. Jujur saja Anura penasaran, pasalnya ini sudah tabiat Nana ketika ada masalah tidak mau berbagi dan memendamnya sendirian, padahal ketika ada apa-apa Anura selalu menceritakan banyak hal.

Setelah selesai dengan kegiatan yang dilakukan, Nana pun menolehkan kepala ke arah Anura. "Ra, lo ke kantin duluan aja. Gue mau ke ruang dance ada rapat sebentar." Sebelum Nana beranjak dari bangku dan pergi keluar, dengan cepat Anura menarik lengan gadis itu hingga membuat Nana sempat terkejut. Nana bingung dengan sikap Anura yang begitu tiba-tiba. Kini ia hanya diam tanpa membuka suara. Menunggu Anura menjelaskan perihal apa yang membuat gadis itu menarik lengannya begitu saja. Nana mengerti pasti ada sesuatu yang ingin Anura bicarakan.

Anura menghela nafas pelan, sebenarnya ia tidak enak untuk mengatakan. Tapi ia sungguh penasaran dengan perubahan Nana yang tampak tidak seperti biasa. "Lo ada masalah ya, hari ini?" Bukan tanpa alasan Anura tiba-tiba bertanya demikian. Karena Anura sedikit khawatir jikalau Nana ada masalah dan tidak mau menceritakan, ia hanya takut Nana bertindak yang macam-macam. Mungkin ini sedikit berlebihan, tapi Anura tahu betul bagaimana masalah keluarga Nana yang jauh dari kata baik-baik saja. Anura yakin, bahwa perubahan Nana hari ini ada sangkut pautnya dengan keluarga.

Melepaskan pegangan Anura pelan-pelan. Nana menatap Anura yang kini kembali diam setelah bertanya barusan. Apakah terlalu kentara bahwa Nana sedang dirundung begitu banyak masalah, padahal ia sudah berusaha untuk bersikap seperti biasa. Tapi ternyata Anura tetap tahu bagaimana keadaannya. "Gue nggak papa kok, emang gue kenapa?" Bukan karena Nana tidak mau menceritakan segala yang ia rasakan pada Anura, hanya saja ia takut membuat gadis itu terbebani dengan masalah yang ia hadapi. Biarlah untuk saat ini Nana memendamnya dalam-dalam, suatu saat jika sudah siap pasti akan Nana ceritakan.

"Na, bisa nggak sih lo, kalau ada masalah cerita sama gue. Gue ngerasa nggak berguna tau nggak jadi sahabat lo yang nggak tahu apa-apa." Jujur saja selama ini Anura merasa bahwa hanya dirinya yang selalu menceritakan segala hal kepada Nana. Sedangkan Nana selalu memendam keresahannya tanpa mau bercerita. Anura benar-benar merasa tidak berguna, padahal jika Nana mau menceritakan segalanya Anura siap menjadi tempat untuk gadis itu berkeluh kesah karena memang itu tugas Anura sebagai sahabat Nana.

Kali ini Nana menghembuskan nafas panjang, ia mulai kesal dengan ucapan Anura barusan. Ia tidak bermaksud demikian. "Harus berapa kali sih gue bilang, kalau gue baik-baik aja. Lagian nggak semua masalah harus gue ceritain ke lo, Ra." Nana pun langsung diam, menyadari bahwa ucapannya bisa saja menyinggung perasaan Anura. Ia kelepasan berbicara, Nana pun gelagapan lalu ingin memegang tangan Anura untuk menjelaskan ucapan yang baru saja ia lontarkan. Namun tangannya dihempaskan, lalu Anura berdiri dari bangkunya dan beranjak dari sana meninggalkan Nana yang kini diam memperhatikan.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang