11. Perasaan yang tak terbalas
"Ternyata mencintaimu hanya membuat waktuku habis tersia-siakan."
Setelah berhasil mengantri lumayan panjang, akhirnya kini Nana yang mendapatkan giliran. Dengan senyum merekah ia bawa semangkok bakso dan juga es teh ke bangku yang ada di ujung sana. Tentu saja Nana tidak sabar akan menyantap makanan yang sudah ada di hadapan, mencium aromanya saja ia sudah tidak tahan. Menurutnya, bakso yang dimiliki ibu kantin emang yang paling juara dari yang pernah ia rasa
Baru saja ia ingin menyantap baksonya dengan tenang, tiba-tiba datang sosok laki-laki yang langsung mengambil tempat tepat di hadapan. Melihatnya Nana memutar bola matanya malas, kemudian nafsu makannya langsung hilang. Nana mencoba tidak menghiraukan dan kembali mengisi perutnya yang dari tadi sudah berteriak kelaparan.
Orang yang ada di hadapannya kini hanya duduk diam sembari menyantap makanan tanpa peduli sedang ditatap tajam. Lama-lama duduk dengan orang yang ada di hadapannya sekarang berhasil membuatnya kesal. Nana pun meminum es teh yang sudah dipesan sambil memperhatikan lelaki itu demikian.
Arka yang merasa ditatap begitupun mengalihkan atensi, memperhatikan Nana yang tengah menatap seolah mengintimidasi. Lelaki itu hanya bisa mendengus pelan, lalu kembali menyantap makanan. "Ngapain sih lo, duduk di sini?" Arka yang mendengarkan pertanyaan barusan lagi-lagi mengalihkan perhatian, menatap netra legam Nana yang terlihat menahan kesal.
Bukan tanpa alasan Nana tidak suka kehadiran lelaki itu di depannya sekarang, lagi pula siapa yang akan merasa senang bila sang mantan tiba-tiba muncul di hadapan. Terlebih lagi ketika ia sekarang sedang makan. Memang benar, bahwa Nana pernah menjalin hubungan dengan lelaki itu ketika di tahun pertama ia duduk di bangku sekolahan. Bisa dibilang lelaki itu termasuk kekasih idaman, yang perhatiannya tidak ada yang bisa mengalahkan. Namun, semua itu berakhir karena Arka mengkhianatinya dengan perselingkuhan, hingga kini Nana tidak akan bisa melupakan.
"Udahlah Na, nggak capek apa lo benci sama gue kayak gini?" Nana sempat terperangah setelah mendengar ucapan lelaki itu tanpa rasa bersalah. Semudah itukah lelaki itu berbicara demikian, sampai kapanpun Nana tidak akan pernah bisa memaafkan. Jujur saja Nana benci sekali jika sudah berbicara soal penghianatan. Bahkan rasa sakit yang sempat ia rasakan waktu itu masih terekam jelas diingatan. Apapun alasan yang diberikan, namanya perselingkuhan tetap tidak bisa dibenarkan.
Tidak mau berlarut-larut dalam percakapan yang tidak jelas, Nana kembali menyantap makanannya berharap bisa cepat-cepat pergi dari sini dan segera masuk dalam kelas. Lagipula sampai sekarang ke mana perginya Anura kenapa gadis itu tak kunjung datang, seberapa penting urusannya itu sampai melewatkan jam makan siang. Padahal dari tadi gadis itu mengeluh kelaparan, sebaiknya nanti Nana belikan saja sahabatnya itu roti untuk mengganjal lapar.
"Setelah putus, kok lo makin cantik aja sih Na?"
Uhukk! Uhukk!
Nana segera meminum es tehnya dan melotot ke arah Arka yang kini justru tertawa riang seperti orang yang tidak punya beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Ficțiune adolescenți[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...