29. Lelah
"Lelah boleh, tapi jangan menyerah. Masih terlalu dini untuk menyerah sekarang. Kalau memang tidak bisa, berhenti dulu lalu istirahat. Jangan memaksa maju atau malah berhenti di tengah jalan."
Setelah beberapa hari tidak pulang ke rumah, karena banyaknya pekerjaan yang mengharuskan ia untuk demikian. Akhir-akhir ini Maya benar-benar sibuk dengan banyak hal, butiknya sedang berada di atas awan hingga ia diharuskan untuk berada di sana atau bisa saja tidak bisa pulang. Jujur saja jika bukan karena tuntutan pekerjaan Maya mungkin bisa menghabiskan banyak waktu di rumah. Tapi kini ia sadar telah menjadi tulang punggung keluarga, dirinya sekarang sibuk harus membiayai kehidupan Nana. Oleh karena itu Maya harus siap jika lelah harus menghampirinya.
Saat tiba Maya hanya mendapati suasana rumah yang sepi tidak ada penghuni, padahal ini sedang hari libur. Kira-kira dimana Nana berada, sepertinya Nana sekarang sedang keluar mungkin sebentar lagi akan pulang. Akan lebih baik Maya menyiapkan makanan untuk makan siang, lalu mengobrol dengan Nana mengenai banyak hal. Jika bisa pun Maya ingin menceritakan segalanya yang hari itu tidak sempat ia sampaikan.
Siap atau tidak, Nana harus tahu semua. Mengapa rumah yang selalu Nana impikan menjadi berantakan. Karena kini Maya tahu bahwa anak gadisnya itu sudah dewasa dan mengerti jika ia menjelaskan pelan-pelan. Namun sebelum itu, akan lebih baik jika Maya membersihkan badan lalu menyiapkan makanan sambil menunggu Nana pulang. Mungkin pertemuan mereka ketika ia datang selalu tidak mengenakan tapi Maya ingin hari ini menjadi sesuatu yang mengesankan dan menyenangkan. Rasanya Maya jadi tidak sabar.
Ketika ingin mengambil langkah untuk masuk ke dalam kamar, tiba-tiba terdengar suara pintu utama terbuka lebar. Dan itu berhasil mengalihkan perhatian. Tentu Maya langsung terkejut mendapati Nana yang datang dengan keadaan berantakan, Maya langsung melangkah cepat menghampiri dan segera menanyakan. Namun siapa sangka tindakannya justru mendapatkan dorongan kasar serta dilemparkan tatapan tajam, hal itu mampu membuat Maya mengernyit heran.
"Na, kamu kenapa?" Tidak ada jawaban. Nana hanya diam dengan sisa air mata yang kembali berjatuhan. Maya ingin sekali merengkuh sosok yang berada di hadapan namun lagi-lagi ditepis dengan kasar. Maya bisa melihat sekarang Nana semakin sesegukan, badannya bergetar bahkan kini kantong belanjaan berserakan tanpa diperdulikan. Tentu melihat anaknya seperti ini membuat Maya khawatir bukan kepalang.
Nana hanya bisa menundukkan kepala, dadanya sesak. Bahkan untuk sekedar mengucapkan satu kalimat saja ia tidak bisa. Bibirnya tercekat, melihat Maya yang kini berada di hadapan membuat dirinya semakin takut sekarang. Nana hanya ingin menanyakan kebenaran, tapi ia tidak sanggup dengan pernyataan yang akan diberikan. Kini pikirannya berkeliaran, bertanya-tanya apa yang selama ini Maya lakukan.
Dengan tangan yang gemetar Nana menyodorkan ponsel yang berada di genggaman, masih menampilkan pada pesan yang beberapa saat lalu ia dapatkan. Nana tidak mampu untuk berbicara, biarkan Maya melihat sendiri apa yang berada di dalam sana. Sedangkan ia kini hanya mampu berusaha menenangkan diri sebagaimana ia bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...