49. Rindu Tak Berujung
"Tentangmu aku selalu rindu, tidak ada orang baru. Karena dimana pun aku berada yang aku cari selalu kamu."
Melepas penat setelah melaksanakan hari yang melelahkan adalah hal yang menyenangkan. Setelah bel pulang sekolah terdengar Nana segera memutuskan untuk pulang agar bisa beristirahat dengan nyaman. Memberi ruang untuk tubuh yang sudah sangat kelelahan. Sesampai di rumah lantas Nana segera membersihkan diri di kamar mandi. Lalu Nana melangkahkan kaki, berniat mengambil ponsel yang sempat ia letakkan di meja belajar. Namun, gerakan Nana tertahan tatkala melihat box hitam yang tidak terlalu besar tergeletak. Nana terpaku sejenak, ia ingat bahwa benda itu adalah peninggalan dari Lio untuk dirinya. Nana sempat terdiam, lalu segera duduk di kursi belajar dan mengambil benda tersebut untuk ia bawa mendekat.
Terakhir Nana buka kotak ini ketika berada di rumah pohon bersama dengan Rescha, Nana kembali membuka kotak tersebut dan lagi-lagi yang ia lihat adalah beberapa foto polaroid, kotak kecil, dan sebuah kamera. Namun, Nana terpaku sejenak kala melihat satu kotak berwarna merah ada di sana. Waktu itu Nana tidak melihat kotak itu berada di sana, namun kenapa tiba-tiba benda itu ada. Lantas Nana ambil kotak berwarna merah itu lalu ia letakkan di atas meja tanpa mau membukanya. Ia lebih penasaran pada isi dalam kamera yang Lio punya.
Saulas senyum terbit dari bibir Nana, ia coba nyalakan kamera tersebut dan senang kala melihat foto kecil Lio yang terpampang paling pertama. Lalu Nana bergeser pada foto berikutnya, ia lihat beberapa objek gambar yang sempat Lio ambil, cukup menakjubkan. Nana kemudian terdiam kala melihat wajahnya sendiri ikut serta dalam kamera yang Lio punya. Nana berfikir kapan Lio mengambil gambar dirinya. Karena ketika lelaki itu tengah bersamanya tidak sekalipun Lio mengeluarkan kamera.
Banyak sekali foto Nana, dari berbagai model yang membuat Nana tertawa. Hingga sampai pada satu video terakhir yang ada di kamera. Tanpa menunggu lama Nana putar video tersebut dan menampilkan wajah Lio di sana, lelaki itu tengah berada di rumah sakit dengan pakaian dan beberapa alat medis terpasang di tubuhnya. Melihat hal itu senyum Nana tidak selebar sebelumnya, gadis itu hanya tersenyum samar-samar. Memendam rasa bersalah sekaligus rindu yang mendera.
"Halo, Na."
Lio berdehem sebentar lalu kembali memperbaiki posisi kamera agar bisa memperlihatkan wajahnya dengan jelas. Kini ia sedang duduk di brankar rumah sakit, sementara keluarganya sedang keluar sebentar. Karena bosan Lio sengaja membuat video singkat yang akan ia perlihatkan dengan Nana suatu saat nanti.
"Mungkin ini kayak berlebihan banget, bikin video kayak gini. Pasti sekarang kamu lagi mikir, kenapa nggak langsung bilang aja ke kamu daripada bikin video yang gak jelas kayak sekarang. Nggak apa-apa, sih. Cuma mau aja biar kesannya beda dari yang lain." Lio tertawa sebentar, lalu kembali melihat ke arah kamera. "Na, sebelum melihat video ini pasti kamu udah lihat beberapa foto polaroid dan juga foto-foto yang ada di kamera ini 'kan? Semua foto-foto itu aku ambil sebagai kenangan kita sekaligus foto-foto kamu yang aku ambil diam-diam, sayang banget kalau orang secantik kamu nggak diabadikan. Biar bisa aku lihat kalau lagi rindu berat, Na."
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...