5. Gosip Hangat
"Terkadang orang lain itu hanya dapat menilai dari sudut pandangnya saja, dan menceritakannya kepada orang lain untuk memuaskan kesenangannya."
Setelah kembali dari perpustakaan, Febryan masuk ke dalam kelasnya. Mencari seseorang yang sedari tadi belum ia lihat batang hidungnya. Menilik kesetiap sudut ruangan berharap orang yang dicarinya dapat segera ditemukan. Hingga kemenit berikutnya Febryan tidak juga menemukan sosok itu di dalamnya. Ia menghembuskan nafas pelan. Segera duduk di bangku yang sempat ia tinggalkan, sejak dering bel istirahat sudah dibunyikan.
Baru saja mendudukkan diri seseorang yang ia cari dari tadi akhirnya masuk ke dalam ruangan. Senyum Febryan pun mulai merekah, ia menghembuskan nafas lega ketika melihat sosok itu mulai mengambil langkah.
"Darimana aja?" Pertanyaan yang sedari tadi disimpan oleh Febryan akhirnya dapat ia keluarkan. Sedari tadi ia mencari sosok tinggi itu disetiap sudut ruangan. Febryan tahu lelaki itu tidak suka berkeliaran, ia lebih memilih menghabiskan waktu di kelas sekedar membaca atau mengulang materi yang sudah diberikan. Kecuali jika hal itu benar-benar mendesak dan tidak bisa ditinggalkan.
Lelaki itu hanya mengangkat bahu singkat, tidak peduli dengan segala kekhawatiran yang terpancar diraut sang sejawat. "Cuman ke tempat biasa," kata laki-laki itu sembari duduk di dekat Febryan.
Sedangkan Febryan mengernyitkan dahi heran. Menatap lelaki itu semakin penasaran. "Kambuh lagi?" tanyanya dengan khawatir, berusaha tidak menarik perhatian agar yang lain tidak turut mendengar.
Anggukan kepala sudah menjadi jawaban yang cukup untuk Febryan. Ia hanya mampu menghela nafas pelan, dan kembali bersikap wajar. Sahabatnya itu tidak suka ditatap dengan raut kasihan, semakin dikasihani justru lelaki itu akan bersikap sok tegar.
Namanya Lio. Tepatnya Chairi Adelio Azizan, sosok tinggi dengan segala kekurangan. Ia menderita penyakit yang sulit untuk disembuhkan. Tidak ada yang tahu kecuali Febryan. Dia merupakan satu-satunya teman kelas yang tahu mengenai fakta menyakitkan tersebut. Itupun karena tidak sengaja melihat Lio sempat kesakitan. Begitulah Lio si keras kepala yang pendiam.
"Tadi gue ketemu sama cewek yang sempet gue ceritain waktu itu. Sempet ketemu pas di perpustakaan. Kalau lo mau lihat nanti pulang sekolah gue ada latihan dance sama dia. Dateng aja," ujar Febryan sambil mengeluarkan beberapa buku mata pelajaran yang akan diajarkan.
Sementara Lio mengernyitkan dahi heran. "Tumben banget bahas cewek." Febryan menghembuskan nafas pelan mengingat percakapan mereka berdua beberapa hari lalu yang mungkin sudah dilupakan. Tapi Febryan ingat, raut wajah Lio tampak berubah ketika gadis itu diceritakan.
"Lo nggak inget kayaknya, dia cewek yang sekelas sama Adek lo. Rescha."
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...