🌸 CHAPTER 39 🌸

73 32 47
                                    

39. Lio Sakit

"Dijaga bukan berarti kita lemah, tapi di dalam sebuah hubungan bukankah kedua belah pihak harus saling menjaga, sebagai bukti bahwa dalam ikatan atas nama cinta ada rasa sayang yang tidak selalu bisa untuk diungkapkan."

Lantas Nana langsung mendongakkan kepala tidak menyangka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantas Nana langsung mendongakkan kepala tidak menyangka. Nana tatap mata lelaki itu dalam-dalam. Tidak ada kebohongan yang ia lihat, lelaki itu serius dengan ucapan barusan. "Lio ... Kalau ada masalah itu yang diselesaikan masalahnya, bukan hubungannya." Nana bahkan hampir saja tidak bisa menopang berat badan sendiri, tiba-tiba saja kakinya menjadi lemah tidak bertenaga.

"Ya udah, kalau gitu mau kamu gimana sekarang?"

Nana tercekat, kalimatnya langsung tertahan di tenggorokan. Lio tidak sedang bercanda, bukan ini yang Nana inginkan. Tapi Nana tidak bohong ia pun terluka mendengar ucapan lelaki yang kini masih setia berdiri di hadapan. Lalu ia genggam tangannya kuat-kuat. Ia tatap mata Lio lamat-lamat, Nana menarik nafas dalam-dalam. Dengan bibir yang bergetar, Nana melangkah mendekat.

"Kalau itu memang mau kamu. Oke, kita ... selesai."

Melihat Nana yang langsung pergi dari sana, Lio langsung jatuh ke atas tanah. Ia cengkram dadanya kuat-kuat. Jantung Lio kembali berdegup kencang, dan sudah dari tadi sesuatu yang menyakitkan itu datang. Lio tidak bisa menahan, dengan penglihatan yang mulai menghilang tetap ia lihat tubuh Nana yang mulai menjauh tanpa menoleh ke belakang. Lio terus mengerang kesakitan, seperti nyawanya akan dicabut hari itu juga. Tidak ada orang yang melihat, guyuran air hujan yang menjadi saksi bagaimana ia kesakitan, Lio limbung ke bawah dengan kesadaran yang semakin memudar.

🍁🍁🍁

Tidak ada yang istimewa, hari ini pun Nana menjalani harinya seperti biasa. Hanya saja, ia kali ini seperti tidak punya tenaga untuk sekedar melakukan hal-hal yang bisa membuat ia bahagia. Bahkan setelah bel istirahat terdengar, bukannya langsung ke kantin untuk memberi cacing-cacing dalam perut makanan ia justru memilih perpustakaan untuk mengistirahatkan isi kepala yang bahkan tidak bisa tenang barang sebentar. Nana akui tempat yang ia kunjungi kali ini merupakan tempat paling tenang dari sekian banyak ruangan yang ada di segala penjuru sekolahan.

Tentu saja, Nana datang kemari bukan untuk menghabiskan waktu dengan belajar melainkan untuk menenangkan pikiran yang sudah bercabang sejak semalam. Setelah bertengkar dengan Lio kemarin serta pulang di bawah guyuran air hujan, perasaan Nana kembali berantakan. Ia bahkan tidak berhenti menangis karena Lio tidak juga mengejar dan justru mengabaikan. Hingga sudah kesekian kali Nana menatap layar ponsel barangkali lelaki itu menghubungi, namun ternyata tidak ada satu pesan pun yang ia dapatkan. Buku yang sedari tadi ia buka asal kini Nana tutup dengan kasar, ia bener-bener tidak menyangka bahwa hubungan mereka akan berakhir dengan begitu saja.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang