🌸 CHAPTER 53 🌸

64 30 105
                                    

53. Rescha Kecelakaan

"Tolong jangan ambil siapa pun lagi, aku takut dengan kehilangan. Jangan bawa dia pergi, aku tidak mau ditinggal sendiri. Tolong, kali ini aku meminta biarkan dia bersamaku sebentar lagi."

Setelah kepulangan Rescha beberapa saat lalu entah mengapa perasaan Nana tiba-tiba menjadi tidak tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kepulangan Rescha beberapa saat lalu entah mengapa perasaan Nana tiba-tiba menjadi tidak tenang. Lelaki itu tidak juga memberikan ia pesan, padahal setelah lelaki itu berpamitan untuk pulang Nana sempat berpesan agar segera menghubungi jika sudah sampai di rumah. Tapi, hingga sekarang lelaki itu juga tidak memberikan kabar. Nana mencoba berpikir positif menenangkan pikiran yang sudah tidak karuan. Tidak biasanya Nana bersikap demikian, padahal sebelum-sebelumnya Nana bisa bersikap biasa saja. Terlebih kepada Rescha. Nana mencoba menenangkan diri dan meyakinkan bahwa lelaki itu akan baik-baik saja dan lupa untuk mengabarinya, lagian saat ini ia bukan siapa-siapa.

Mengalihkan pikiran sebentar, Nana membawa beberapa piring yang tergeletak di hadapan dan membawanya ke dapur untuk dibereskan. Tidak berselang lama suara bel kembali terdengar, Nana tentu merasa kesal. Karena hari ini banyak sekali tamu yang datang. Dengan rasa keberatan Nana segera membuka pintu depan dan cukup terkejut melihat Rafa yang sudah berdiri di hadapan. Karena tidak biasa lelaki itu berkunjung datang, terlebih lagi Rafa sampai terengah-engah dengan peluh yang sudah bercucuran. Nana langsung terdiam kala atensinya tertuju pada noda darah yang menempel pada kemeja Rafa, meski tidak terlalu banyak tapi entah kenapa membuat Nana tidak karuan.

"Rafa."

Menghembuskan nafas panjang, Rafa ikut memperhatikan arah pandang Nana sekarang. Ia menyesal tidak berpikir panjang sebelum datang. Dengan cepat Rafa melangkah mendekat, memegang bahu Nana dengan erat. Mencoba berbicara perlahan agar gadis di hadapan bisa bersikap tenang. "Na, gue mohon dengerin gue baik-baik." Justru kini Rafa yang kehabisan kata-kata, sorot gadis itu tidak juga lepas dari noda darah yang ada di kemeja. Rafa menutup mata rapat-rapat mencoba menenangkan diri sebelum menenangkan perasaan Nana yang ia yakini tidak akan baik-baik saja mendengar perkataan berikutnya. Rafa angkat dagu Nana pelan, membuat gadis itu tersentak menatap kebingungan.

"K-kenapa sih, m-muka l-lo kayak panik gitu."

Terdengar nada panik dari setiap kalimat yang Nana lontarkan. Rafa paham betul perasaan Nana sekarang. Nana sudah terlalu banyak merasa kehilangan, keadaan gadis itu pun belum stabil benar. Tapi gadis itu juga harus tahu sebelum mendengar kabar dari orang lain. Nana yakin bahwa gadis itu belum membuka media sosial, belum tahu ada keributan apa di dalam sana. Setelah menarik nafas hingga berkali-kali Rafa membenarkan diri untuk bersuara setelah dan setenang mungkin. "Na, Rescha kecelakaan." Kini justru Rafa yang tidak berani menatap ke arah Nana, lelaki itu menunduk dalam. Siap jika gadis itu akan pingsan atau menangis histeris di hadapan.

Namun siapa sangka jika gadis itu justru tertawa riang, sembari melepaskan genggaman yang berada di pundak. "Fa, nggak lucu ya bercanda lo." Di sela-sela tawa gadis itu Rafa semakin dibuat kebingungan. Di situasi seperti sekarang, gadis itu justru tertawa lepas hingga mengeluarkan air mata. Padahal tidak ada yang lucu dari setiap kalimat yang sudah ia lontarkan. "Jangan jadiin nyawa orang bercandaan, nggak lucu tau nggak." Rafa semakin dibuat menganga, ia menghembuskan nafas panjang lalu melemparkan tatapan yang sulit diartikan hingga Nana sendiri sampai terbungkam.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang