21. Orang Misterius
"Jika ada sesuatu yang salah, katakan. Jangan malah membuat teka-teki yang sulit dipecahkan."
Hingga jam pulang sekolah Nana dan Anura tak kunjung saling bicara. Pada saat jam pembelajaran berlangsung tetap tidak ada yang membuka suara. Nana tahu ini salahnya tapi ia masih tidak berani untuk mengatakan segalanya kepada Anura. Bahkan tadi Anura langsung pergi meninggalkan ia begitu saja, dan yang bisa Nana lakukan hanya membiarkan tanpa bisa mencegah. Ia tidak tahu harus bagaimana, karena baru pertama kali kejadian begini terjadi di antara mereka. Mungkin yang terjadi sebelumnya hanya pertengkaran biasa itupun hanya sementara, karena jujur saja Nana sangat membutuhkan Anura dan begitu sebaliknya.
Selama perjalanan pulang, Nana hanya diam memikirkan segala masalah yang terjadi hari ini dan hal itu berhasil membuat kepala Nana menjadi pusing. Rasanya Nana ingin cepat-cepat istirahat dengan nyaman, membaringkan seluruh tubuh yang sudah kelelahan. Entah kenapa Nana merasa hari ini terasa amat panjang, Nana kembali menghembuskan nafas pelan. Setelah memastikan mobilnya sudah terparkir dengan aman, Nana segera melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam rumah, ingin membersihkan diri yang kini sudah berantakan.
Darrr ... Darrr ... Darrr ....
Darrr ... Darrr ... Darrr ....
Nana terkejut bukan main, mendengar suara pagar rumah yang dipukul dengan sangat kencang. Nana mengernyit heran, ia penasaran siapa orang yang kurang kerjaan hingga melakukan hal demikian. Ia pun memutar arah, kembali ke pintu gerbang. Namun, suara itu justru semakin bruntal dan Nana menghentikan langkah sebentar. Ia meneguk selivanya susah payah, tidak mungkin ini kelakuan anak-anak tetangga yang sedang bercanda. Nana curiga jangan-jangan ada orang jahat yang ingin mencelakainya.
Namun berangsur-angsur suara itu perlahan menghilang, dengan tubuh yang masih gemetar ia melangkah pelan berniat melihat kondisi di luar. Jujur saja Nana takut bukan kepalang, tapi rasa penasarannya jauh lebih besar. Setelah gerbang rumah berhasil ia buka, dan memastikan tidak terjadi apa-apa ia melangkah keluar. Ternyata tidak ada siapa-siapa di sana, hingga tangan besar menepuk pundaknya pelan dan hal itu berhasil membuat Nana terkejut ketakutan.
"Lo, kenapa sih?" Nana membuka matanya perlahan, lalu menghembuskan nafas panjang ketika melihat sosok yang kini berdiri di hadapan. Kini kedua kaki Nana seperti sudah tidak bertenaga untuk menopang berat badan. Ia mungkin bisa saja terjatuh jika Lio tidak merengkuhnya dengan sigap. Nana berusaha menormalkan detak jantungnya yang berdetak lebih kencang, lalu berusaha berdiri dan tidak lupa berterima kasih.
Melihat gadis itu ketakutan membuat Lio penasaran, seperti ada sesuatu yang baru saja terjadi hingga gadis itu seperti mau pingsan. Tidak mau banyak bertanya Lio hanya diam sambil memperhatikan. Nana menghembuskan nafas hingga berulang-ulang. Lalu tangan besar Lio mengelus pucuk kepala Nana pelan sambil tersenyum menenangkan. Meyakinkan bahwa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, karena kini ada dirinya yang berada di hadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Feelings
Jugendliteratur[Revisi setelah tamat] ATTENTION!! Don't Plagiat! No Plagiat! Cerita ini hanya berada diakun milik @karyaudaa_. Tidak ada unsur mengcopy cerita milik orang lain. Bagi Nana, semesta itu jahat. Tidak indah dan sangat tidak menyenangkan. Bagi Rescha, d...