🌸CHAPTER 24🌸

127 78 66
                                    

24. Baikan Sama Mantan

"Nggak usah ngejelek-jelekin mantan. Karena tanpa kamu sadari, posisimu sekarang juga sebagai mantan."

Hembusan angin malam mulai menerpa, membuat rambut panjang yang Nana ikat asal terbang sembarangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hembusan angin malam mulai menerpa, membuat rambut panjang yang Nana ikat asal terbang sembarangan. Udara malam ini cukup dingin, karena bulan sudah memasuki musim penghujan. Jika melihat ke arah langit yang tidak menampakkan bintang-bintang bahkan bulan pun sampai tertutup awan, membuat angkasa di atas sana terlihat kesepian. Nana mengeratkan jaket yang ia kenakan, lalu kembali memakan wafer coklat yang ada di genggaman.

Malam ini Nana baru saja dari supermarket untuk membeli bahan makanan dan cemilan, karena di kulkas ia kehabisan stok untuk sarapan besok hingga satu bulan ke depan. Pulang sekolah tadi ia tidak memperhatikan dan baru sadar ketika ingin makan malam. Daripada besok pagi ia berujung tidak sarapan dan kelaparan lebih baik ia membeli memang sekarang. Agar besok ia bisa berangkat dengan tenang.

Sebenarnya ini belum terlalu malam, tapi setelah diperhatikan jalan yang ia lewati cukup sepi dan tidak ada orang sama sekali. Mungkin karena orang-orang terlalu malas keluar karena udara memang sedang dingin dan kasur adalah tempat paling cocok menikmati suasana seperti ini. Rasanya Nana ingin cepat-cepat sampai ke rumah, mengerjakan tugas sebentar lalu istirahat dengan nyaman. Saat sedang ingin memutar lagu untuk menikmati suasana malam, ternyata ponselnya mati total hal itu membuat Nana menghela nafas pelan.

Saat akan menyuapkan wafer terakhir dalam mulut, tiba-tiba di depan sana berdiri dua lelaki dewasa yang sedang tertawa riang sambil memegang minuman keras di tangan. Langkah lelaki itu sempoyongan, badannya tidak kalah kekar, hingga Nana meneguk selivanya susah payah. Ia mencoba menenangkan diri yang mulai bergetar. Memberanikan diri untuk terus berjalan tidak menghiraukan. Lagian di ujung sana ada kedai yang masih terbuka, jika lelaki itu macam-macam Nana akan berlari dengan cepat atau berteriak dengan kencang.

Sayang sekali, saat ia ingin melanjutkan perjalanan kedua lelaki itu kini menatap ke arahnya. Lalu berjalan mendekat, Nana kalah cepat karena kini kedua lelaki itu telah berdiri di hadapan sambil tersenyum yang terlihat mengerikan. "Halo, adik cantik, mau ke mana nih?" Nana terdiam di tempat, tubuhnya bergetar hebat. Sedangkan dua lelaki itu ingin menyentuh tangan yang kini sedang memegang kantong makanan besar. Nana menepis tangan itu kencang membuat salah satu lelaki itu sampai terjatuh tidak kuat menopang berat badan.

Sedangkan satu lagi lelaki yang masih berdiri dengan botol minuman justru terkekeh pelan lalu berjalan semakin mendekat. Jujur saja Nana tidak tahu harus melakukan apa, ia pun hanya bisa melangkah mundur ia ingin memutar tubuhnya ke belakang namun tangan Nana justru digenggam erat oleh lelaki yang sekarang tengah berdiri di hadapan. Nana tercekat ingin berteriak pun tidak bisa ia ketakutan dan hanya bisa menangis sambil berusaha melepaskan genggaman. Nana memberontak menarik paksa agar bisa dilepaskan tapi justru Nana yang didorong kasar hingga terjungkal ke belakang.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang