🌸 CHAPTER 40 🌸

103 38 101
                                    

40. Lio Pulang

"Datang dan pergi, adalah kata yang membuktikan bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Semua yang tinggal pasti akan dibawa kembali. Jadi, jika sesuatu itu masih ada di genggaman, tolong dijaga sebelum benar-benar dibawa pergi dan tidak bisa kalian temukan lagi."

Hal yang paling Nana takutkan dalam hidup adalah ditinggal oleh orang yang ia sayang, terlalu banyak orang yang datang lalu setelah itu mereka menghilang hingga tidak pernah kembali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal yang paling Nana takutkan dalam hidup adalah ditinggal oleh orang yang ia sayang, terlalu banyak orang yang datang lalu setelah itu mereka menghilang hingga tidak pernah kembali lagi. Nana tahu bahwa selama ini ia telah hidup bersama sepi, tapi untuk kali ini Nana berharap tidak ada lagi orang yang akan dibawa pergi. Selama ini Nana tidak tahu bagaimana rasanya hidup dengan tenang, karena banyaknya masalah yang terus datang. Tapi kehadiran seseorang merubah segalanya hingga demikian, ia mendapatkan sesuatu yang selama ini tidak ia kenal dan hanya orang itulah yang tahu bagaimana cara membuat ia senang.

Dengan badan yang masih bergetar Nana terus mengikuti langkah Rescha dari belakang, entah sudah berapa kali Nana berusaha untuk menghapus air mata agar tidak terus berjatuhan. Berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang terasa begitu panjang membuat Nana semakin ketakutan. Hingga langkah mereka berhenti di ruangan ICU. Tidak ada seorangpun di sana selain mereka, ketika ingin bertanya, tiba-tiba pintu terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya. Jika tidak salah menduga itu pasti orang tua Lio, terlihat dari mata wanita itu yang tidak kalah sembab seperti dirinya.

Melihat Nana yang masih berdiri tidak jauh dari sana, wanita itu mendekat. Meraba setiap inti wajah yang masih dipenuhi air mata. Mendapat perlakuan demikian Nana hanya diam saja, dan sesekali menjatuhkan air mata melihat sosok di hadapan yang seperti tidak berdaya. "Kamu, yang namanya, Nana?" Mendengar pertanyaan barusan, lantas Nana menganggukkan kepala dengan sopan. Ingin sekali rasanya Nana memeluk wanita yang seumuran dengan Maya-Mamanya dengan erat, sembari menyalurkan kekuatan.

"Cantik, anak Tante nggak salah milih pasangan." Sosok itu mengusap surai legam yang ia punya pelan-pelan, seolah terhipnotis karena sentuhan itu mirip sekali dengan biasa yang Lio lakukan. "Masuk sayang, Lio udah nunggu kamu dari tadi malam." Lagi-lagi Nana hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, dan wanita itu mempersilahkan sembari menuntunnya perlahan. Nana menghembuskan nafas panjang, lantas ia merasakan tangan besar yang menepuk bahu dan berhasil menarik perhatian. Nana tatap Rescha yang kini tengah mengulas senyuman, sembari menganggukkan kepala untuk meyakinkan.

Lantas Nana buka pintu ruangan, ia langkah 'kan kaki tanpa menimbulkan suara. Takut bila mengganggu sosok yang kini tengah berbaring di atas brankar dengan banyak alat-alat yang Nana sendiri tidak paham apa saja. Lagi-lagi Nana tidak kuasa, melihat sosok itu yang kini tengah memejamkan mata membuat Nana kembali menjatuhkan air mata. Orang yang punya senyum paling indah kini tengah terbaring seperti tidak punya tenaga.

Nana memberanikan diri, mengusap surai lelaki itu perlahan. Tanpa sengaja tindakan yang ia lakukan membangunkan sosok itu hingga tersadar. Melihat hal itu Nana langsung mengulas senyum lebar. Tahu bahwa kini Nana sudah datang, lantas Lio berusaha untuk melepaskan alat bantu pernapasan dan hal itu tidak luput dari perhatian, tanpa diperintah Nana membantu melakukan hingga kini dapat ia lihat kembali senyum Lio yang terpancar. Meski tidak selebar seperti biasa, tetap saja membuat Nana senang.

Different FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang