Di sekolah,
Genk Refour tengah berjalan menuju kantin, seluruh pandangan tertuju pada mereka, beberapa gadis ada yang bersorak atau bahkan berteriak histeris.
Alas sekali wkwk maapkeun:)Yah, Genk refour memang menjadi pusat perhatian terutama bagi para gadis di SMA Victorian.
Tak satupun dari anggota Genk Refour yang melirik para gadis yang berteriak. Hal itu sudah biasa bagi mereka, bahkan mereka mulai mereka risih dengan semuanya.Kevin dan Kenzo yang berjalan di depan terus menatap ke arah depan dan memasang wajah datar, sedangkan Gio, Arka dan Karel yang berada di belakang justru sibuk dengan sebuah ponsel.
Entah apa yang mereka liat dari dalam ponsel Arka.
Mencurigakan :X“Woe trio ghibah, ngeliatin apaan sih?” ucap Kevin yang penasaran akan apa yang dilakukan ketiga temannya itu.
“Woe abang sad boy, diem aje lo gosah nanya!” saut Gio.
“Awokwk sad boy?” tawa Karel
“Abang sad boy, gimana hatinya? udah potek belum, kemaren panas banget ya bund hatinya wkwk.”
Kenzo hanya diam melihat kelakuan teman-temannya. Mereka dah biasa gila, jadi gue harus apa? :D
“Nabrak tembok entar lo bertiga, jalan sambil fokus ke hp,” ucap Kenzo.
“Bomat!”
Kenzo dan Kevin berjalan mendahului ketiganya. Percumah menasehati mereka, buang-buang tenaga.
Saat ketiganya masih fokus melihat hp seseorang datang menghampiri mereka.
“Misi bang!”
“Abang, abang lo pikir gue abang tukang bakso mari-mari sini, Arka mau ngutang wkwk!” ucap Karel tertawa.
“Bacot lo say, btw sapa nih curut?” ucap Arka menatap murid laki-laki di depannya.
“Mate lo curut, anggota osis gue nih,” kata Gio.
“Kenapa?” tanya Gio pada Murid tersebut yang ternyata bernama Alan.
“Ini bang, gue mau nempel puisi di mading, di suruh bu Sari tadi.”
“Tempel tinggal tempel sono, Lan!”
“Nah itu masalahnya bang, yang ngurusin mading kan, si kak Niken, lo tau gue kemaren abis di marahin abis-abisan sama dia, gue gak brani mau nempel nih.
“Yaelah, ini kan di suruh guru, lagian lo takut apaan cemen lo ah.”
“Tetep aje, gue belom mau berurusan sama dia dulu, gue minta tolong, lo aja yang nempel yaa!” mohon Alan.
“Nyuruh gue lo?” ucap Gio sambil melotot.
“Maap benerr elah, gue nyuruh temen gue yang lain kagak ada yang mau, entar gue dimarahin ama bu Sari bang, plisss!”
“Bodo, alasan lo gak masuk akal gak mau nempel di mading gara-gara Niken, sono tempel sendiri.”
“Pliss bang, pliss!”
“Gak!”
“Pliss!” Gio mengehela nafas panjang, kemudian menarik kertas puisi yang di pegang Alan adik kelasnya sekaligus anggota osinya itu.
“Mumpung gue baik nih,” ucap Gio.
“Thankss banget, bang.”
“Sono minggat, sebelum gue tendang.”
“Hhe okee oke, sekali lagi thanks.”
Alan pun, segera pergi meninggalkan Gio, Arka dan Karel.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sisterhood {SEDANG REVISI}
Jugendliteratur⚠️14+ {BELUM REVISI} ON GOING Tidak open feedback ya :) Jika kalian suka ceritanya silahkan divote, tapi harus baca dulu sebelum vote. saya tidak memaksa untuk Vt+Cm, tapi jika mau melakukannya terimakasih, karna itu membuat saya semangat😊 SISTERHO...