Jika ibumu sudah pergi, Siapa yang akan kau percaya menjaga dan menemanimu? Ayah. Tentu saja, seharusnya seperti itu. Tapi ... bagaimana jika justru ialah yang membuatmu kehilangan kasih sayang ibumu.
Bagaimana rasanya ketika orang yang kita percaya menyayangi kita, namun pada kenyataannya tidak.
~Felyana Fakhira
Sepulang sekolah,
SisterHood memutuskan untuk beristirhat sejenak di markas. Tempat dimana mereka biasa menenangkan pikiran dan menghabiskan waktu bersama.SisterHood berjalan memasuki pintu kayu dengan tulisan SisterHood yang terukir indah di depannya. Mereka menyandarkan tubuhnya diatas sofa sambil menatap sekeliling ruangan itu. Ruangan yang tersusun Rapi dengan berbagai Furniture serta foto-foto yang terpajang di dindingnya menambah kesan kenyamanan tempat tersebut.
"Naa, liat geh cuman di sini ada foto yang muka lo keliatan," ucap Vera terkekeh.
"kalo ada yang mau stalk sosmednya Naa dijamin gigit jari karna gak nemu mukanya," Saut Bela.
Naa menghembuskan nafasnya perlahan. "Biarin, lagian gak bakal ada yang kepo sama muka gue."
"Eits, jangan bilang gitu dulu. Kalo ada gimana?" ucap Bela meledek.
"Bodo!"
Kia menatap Naa tajam "Lo mah gitu, ngeliat cowo aja udah kayak mau bunuh. siapa cowo yang berani stalk?"
"Bisa gak sih gak usah bahas cowo!"
Semuanya hanya bisa terkekeh melihat ekpresi Naa. Mereka tahu kenapa Naa sangat sensitif dengan pria, mungkin itu ada kaitannya dengan masalah yang selama ini dialaminya.
"O iya, btw kita udah hampir 2 tahun sekolah di Victorian tapi kenapa gak pernah ngobrol sama genk Refour yaa.emm maksud gue gak akrab gitu, meskipun cuman sekedar sapaan?" ucap Riri.
Ucapan Riri barusan terdengar aneh di telinga SisterHood. Pasalnya selama ini mereka tidak permah sedikitpun membicarkan mengenai genk Refour yang katanya sudah banyak mencuri hati gadis Di SMA Viktorian.
"Gak minat juga," ucap Kia santai.
"Apa manfaatnya?" saut Naa.
Vera dan Vivi menatap tajam kearah Riri.
"Kenapa tiba-tiba lo ngomongin genk Refour?" ucap mereka bersamaan.Riri yang merasa dicurigai teman-temannya pun memasang wajah cemberut.
"Ihh, gue kan cuman ngomong doank!""Hemm, gue mencium bau-bau kebohongan," ucap Bela sambil melirik kearah Riri.
"Terserah kalian deh!" sebenarnya Riri sedikit Salting karna ditanyai teman-temannya. Namun, ia berusaha untuk bersikap biasa saja. Duh, gue juga Ngapain nanyain Genk Refour sih. Batinnya
"Guys, gue cabut duluan ya," sela Vera.
"Loh, koq cepet amat Ver?" tanya Bela.
"Nyokap gue barusan nelpon, nyuruh pulang!"
"Enak yaa! Kalo gak pulang di cariin. Lah gue? Kemungkinan di cariin tuh cuman sekian persen," ungkap Bela kesal.
Riri dan Vivi mengangguk setuju.Vera terdiam menatap kearah teman-temannya yang tertunduk lesu.
Naa yang mulai merasakan suasana berubah tiba-tiba bereaksi. "Hello, masih mending ada sekian persen. Lah gue gimana? Nol persen, ya kali kucing tetangga yang nyariin gue," tuturnya setengah terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sisterhood {SEDANG REVISI}
Teen Fiction⚠️14+ {BELUM REVISI} ON GOING Tidak open feedback ya :) Jika kalian suka ceritanya silahkan divote, tapi harus baca dulu sebelum vote. saya tidak memaksa untuk Vt+Cm, tapi jika mau melakukannya terimakasih, karna itu membuat saya semangat😊 SISTERHO...