17# hujan

54 13 5
                                    

Pagi ini terjadi kericuhan di sepanjang kelas XI IPA. Kondisi di setiap kelas hampir tidak terkendali. Diduga penyebab kericuhan tersebut hanya karna ulah dua orang.

“SINI LO BANGS*T!” Arka berteriak sambil mengejar Karel. Wajahnya merah padam, menunjukkan emosinya yang tengah memuncak.
Tak jauh di depannya, Karel terus berlari dengan nafas yang tersengal-sengal.

Seluruh murid di hanya tercengang melihat kedua siswa yang tengah saling mengejar dan membuat kegaduhan di setiap kelas.

“Woyyy jangan ribut di sini, gue mau hapalan nih!” teriak salah satu siswa.

“Balik woy balik, ribut tengah lapangan sono.”

“Gak tau nih, bentar lagi bell masuk noh.”

“Lo—”

“APA LO SEMUA!” bentak Arka tiba-tiba.
Semuanya terdiam, mendengar bentakan Arka. Karena meskipun reseh dan jahil Arka tetap salah satu siswa yang ditakuti di SMA Victorian.

Karel menopangkan tangannya di lutut sambil berusaha mengatur nafasnya.
“Ar, beneran bukan gue dah!” ucapnya.

“Mau ngibulin gue lo, gue gak kan percaya ama lo lagi.”

“Gio kalik, Gio. Dia kan osis sering ngurusin mading ye kan?”

“Ngeles aja lo! jelas-jelas kemarin lo yang kemarin terkahir di mading.”

“Yee siapa tau aja kan, atau si Kevin mungkin, si kenzo juga?”

“Dahh bacoot! ngaku lo sini, gue sentil ginjal lo, Kar!”

Arka kembali mengejar Karel. Karel yang melihatnya sontak kembali berlari keluar kelas, ia harus bisa meloloskan diri dari amarah Arka.

“AR SORRY AR, CANDAA DOANK GUEE!” teriak Karel sambil berlari kencang.

“Noh kan bener lo yang masang, sialan lo Karet gelang!”

Keduanya terus berkejaran di lorong kelas XI IPA. Satu-satunya kelas yang belum mereka buat ricuh hanya kelas Sisterhood di XI IPA 1.

“GABUT GUEE GABUTTT, SORRY!”

“SINI LOO GUE TUNJUKIN, KALO GABUT TUH ENAKNYA NONJOK ORANG!”

“Astaghfirullah Arka, gue canda doank. Jangan baperann!”

“Bacot, dengan diketawain nama gue yang lo pajang di mading, udah buat harga diri gue merosot bego!”

Keduanya terus berkomunikasi lewat teriakan-teriakan. Mereka tak sadar, dengan ketiga temannya yang kewalahan mengejar mereka.
“Ee busettt, tuh dua curut cepet amat larinya woe!” ucap Gio dengan nafas tak beraturan.

“Beneran udah jadi curut kayaknya, cepet banget sumpah, capek gue.” saut Kenzo.

“Hayuklah gaas lagi, bentar lagi bell bunyi kalo tuh dua anak masih ribut, bisa panjang urusannya,” ucap Gio lagi.

Kenzo dan Kevin mengangguki ucapan Gio dan kembali menyusul Arka dan Karel.

Di kelas XI IPA 1, Sisterhood dan teman sekelasnya tengah bersiap-siap menunggu guru datang. Hanya tinggal 5 menit lagi, bell akan berbunyi.
Karel berlari menuju lorong di depan kelas mereka.

“Dari tadi rame-rame apaan sih?” tanya Riri bingung.
Kia dan Nana yang duduk dibangku depan menoleh. “Lagi stres kalik!” ucap Kia.

“Tapi beneran sih, brisik bangett!” saut Nana.

“Ada yang berantem kalik," saut Vera pula.

Vivi merenung. “Hemm ... masa sih, kalo kata gue, ada yang dapat kabar jamkos.”

The Sisterhood {SEDANG REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang