41#

43 9 0
                                    

Setelah kembali dari markas Warrior semalam, kepala Vera terasa sangat pusing. Padahal ia hanya mabuk karena mencium aroma alkohol di sana. Tak terbayangkan bagi Vera jika sampai ia ikut meminumnya. Lagipula, jika orangtuanya tau ke mana ia pergi semalam. Pasti orang tuanya akan memarahinya habis-habisan.

Seperti rencananya, pagi ini di sekolah Vera menceritakan semua yang dialaminya semalam. Mulai dari Defano, Dika, orang misterius itu bahkan sampai ucapan pria semalam yang membuatnya bergidik ngeri. Astaghfirullah.

"Kenapa lo gak cerita sama gue dari semalam?" kata Riri.

"Hhe, biar lebih seru ceritanya kalo bareng-bareng."

"Hemm ... gue sih bodo amat sama Defano. Gak perduli gue. Mau dia punya pacar, mau punya istri sampe punya anak, cucu, cicit juga. Terserah!"

"Iya iya, gue juga masih mencoba positif thinking sama si Dika. Mungkin dia gak sabar kali mau nongkrong sama temen-temennya," tutur Vera.

"Tapi gak seharusnya dia minum kan?" sahut Riri.

"Haha, iya. Lo udah susah-susah ngurusin di rumah sakit, eh dia keluar dari RS langsung nyari penyakit." Bela terkekeh.

"Marahin, Ri!" ucap Vera meledek.

Riri berdecak. "Paan sih, biarin juga. Hidup-hidup dia!"

Bela memperhatikan Riri sambil menopang kedua pipinya. "Ri, sebenarnya lo tuh ada rasa gak sih sama Dika?"

Riri tak mejawab. Membuat Bela semakin penasaran.

"Ririii!"

"Gatau, Bel!"

"Lah, koq gak tau? Hayoo ngaku lo!"

"Heh Annabel! Coba lo yang gue tanya. Lo ada rasa gak sama Kenzo?" sela Vera.

"Dih, ngapa lo bahas Kenzo? Bodo amat gue mah sama dia!"

"Tuh kan, tuh kan!" Vera menoyor kepala Bela. Membuat gadis itu mengaduh.

"Ri, lo beneran gak mau ke SMALA nemuin Lia?"

Riri menggelengkan kepalanya. "Nggak deh, Ver!"

"Emang mau ngapain?" tanya Bela.

"Nyanyian nyokapnya Riri."

"Ooo." Bela mengangguk paham.

Ketiganya terdiam sejenak. Vera teringat orang misterius yang selalu menerornya. Hatinya kembali gelisah.

"Eh, koq gue jadi takut ya sama orang itu. Gue takutt banget, bayangin aja dia selalu ngikutin gue ke manapun. Waktu gue di taman dia ada. Trus semalam gue markas Warrior dia juga ada. Aduh, tuh orang maunya apa sih!"

Vera menutup wajahnya sambil merengek. Dia benar-benar tak suka dengan keadaannya yang sekarang.

"Hidup gue gak nyaman banget deh. Kemarin gue selalu di ganggu sama Arka, sekarang ada Rama ditambah sama orang misterius itu."

"Bukannya lo bilang tu orang yang neror lo si Arka?" ucap Bela.

"Iya sih, tapi ya ... ah udahlah!"

"O iyaa ... dulu waktu pertama gue digangguin tuh orang, kan lo juga dichat sama orang Bel, itu siapa?"

"Defano lah siapa lagi!"

"Serius?" kata Riri dan Vera kompak.

"Iya hahah. Gue dah tau dari cara ngomongnya. Tapi ... ya kadang juga banyak sih fans gue yang ngechat-in," tutur Bela sambil mengibaskan rambutnya.

"Najis!" ucap Vera yang terkena kibasan rambut Bela. Bela hanya tertawa melihat ekspresi temannya.

Bela melihat arloji di tangannya. "Masih lama nih mulai pelajaran, kita ke rooftop aja yuk! Ngobrol di sana."

The Sisterhood {SEDANG REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang