55#

21 5 0
                                    


Siang ini langit nampak redup, gumpalan awan hitam mulai memenuhi langit kota. Bela—gadis itu berdiri di depan gerbang menunggu seseorang. Hari ini Bela tidak membawa mobilnya, ia memilih baik Taxi online saat berangkat sekolah.

"Stop ... stop!" Bela menghentikan laju motor Kenzo. Kenzo melepas helm-nya. Menatap gadis yang menghambat perjalanan pulangnya itu.

"Lo mau apa?"

"Anterin gue pulang, Ken."

"Ogah ah, sono sama temen lo aja!"

"Temen-temen gue dah balik semua. Udah ayo anterin gue!" Kenzo memutar bola matanya. "Ngomong aja kalo kakek lo nyuruh gue ke rumah lo, kan?" Bela naik ke atas motor Kenzo sambil meringis malu. Anjirr koq dia tauu ...

"Gue ada acara sama temen-temen gue."

"Iya, anterin gue dulu sih."
Kenzo pun menurut, ia sudah banyak mengambil pelajaran selama ini untuk tidak mendebat Bela. Percumah saja ....

"Eh, Kenzo mau ke mana tuh?" ujar Arka. "bukannya kita janjian ke markas ya."

"Gatau deh, ikutin aja yuk!" saut Gio.

"Gaskeun!" Arka dan Gio melajukan sepeda motornya mengikuti arah Kenzo dan Bela.

"Kar, langsung ke markas aja ya! Kita tunggu mereka di sana," ujar Kevin pada Karel.

"Oke!"

Bela dan Kenzo baru saja sampai di kediaman rumah keluarga Bela. Bersamaan dengan itu hujan turun dengan derasnya. Bela mengajak Kenzo ke dalam rumahnya. Menemui kakeknya yang sejak tadi memang berada di ruang tamu.

"Sampe kapan gini terus?" tanya Kenzo.

"Apaan sih lo! Gak usah macem-macem. Lo ikutin aja kayak biasanya." Bela tau, pasti yang dimaksud Kenzo adalah drama yang sampai saat ini mereka lakukan. Apapun itu Bela tak mau sampai kakeknya mencarikan jodoh untuk dirinya, apalagi sekarang ada Defano yang masuk ke kehidupannya lagi. Jangan sampai Defano bisa mencuri hati keluarganya. Bela benar-benar tidak ikhlas!

Tok tok tok!

Bela menghentikan langkahnya. Suara ketukan pintu terdengar begitu jelas ditelinganya. Lama kelamaan semakin keras. Siapa? batin Bela. Bela membuka pintu rumahnya. Dua orang pria dengan pakaian setengah basah berdiri di ambang pintu.

"Lo berdua ngapain?" tanya Bela pada Arka dan Gio.

"Kita kebasahan, boleh mampir yaa. Pliss!" mohon Arka dan Gio. Bela menelan salivanya. Kepalanya menoleh ke arah Kakeknya yang tengah mengobrol dengan Kenzo.

"Please! Izinin kita masuk ya."

Akhirnya Bela menyetujui. Arka dan Gio langsung masuk dan bergabung bersama Kenzo di sana. Sebelum itu mereka sempat bersalaman dengan kakek Bela. Tn. Pras menatap keduanya lekat. Dari seragam yang mereka pakai, jelas sudah mereka adalah murid SMA Victorian.

"Temen sekolah Bela, Oppa," kata Bela pada kakeknya. Tn. Pras mengangguk. Sebagai ketua OSIS, Gio sudah dikenali oleh Tn. Pras mereka sempat bertemu beberapa kali di ruang guru.

"Bi, makanan sudah siap?" tanya Tn. Pras.

"Sudah, Tuan," jawab seseorang dari arah dapur.

"Bela ajak teman-teman kamu makan dulu. Kalian baru pulang sekolah kan?" Bela mengangguk.

Baik Kenzo, ataupun Arka dan Gio masih diam di tempat. Bela mencubit lengan Kenzo pelan.

"Apaan sih lo," ujar Kenzo pelan.

The Sisterhood {SEDANG REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang