Di sekolah, tepat di kelas XI IPA 1 suasana sangat tenang dan terkendali, hem—pada awalnya hehe. Menurut kabar, di sana sedang diadakan diskusi penting. Ahh, tidak! Sepertinya bukan diskusi penting melainkan debat keluarga kelas. Di barisan sebelah kanan ada pasukan Jofisa yang melarang keras hubungan peruwuw-an di masa sekola, dikomandoi Nana dan Kia. Asek asek joss
Sedangkan, disebelah kiri ada pasukan Romeo in lope yang merasa sangat membutuhkan pasangan dan scene uwuw-uwuw di masa sekolah, terutama SMA-nya.
“Kita butuh cinta, cinta is all in my lep, tanpa cinta hidup ini tidak bermakna, musnahkan mereka yang membenci cinta, yang—”
“Heh!” bentak Kia.
Astaghfirullah
“Yang benci cinta siapa? Kita gak benci cinta tapi melarang cinta yang berlebihan di masa sekolah!”
“Heyyloo, lo tau nggk! Cinta itu paling memuncak banget di masa SMA!” saut Varo.
Nana menggelengkan kepalanya. “Bukan cinta, tapi ego dan hawa nafsu!”
“Cinta!”
“Udah sih, lo pada sadar gak sih, sekarang remaja-remaja itu lebih fokusnya ke arah cinta. Sedangkan cita-cita? Boro-boro mereka lebih seneng chatingan daripada baca buku,” tutur Kia.
Riri, Vera dan Vivi yang menerapkan gerakan Non Blok alias Tim Netral hanya tertawa melihat kedua kubu saling melontarkan kata-kata.
“So is wajar-wajar saja. Kalo gabut? Ya mending chatan ama doi donk!” jawab Akbar.
“Iya sama doi, chatan aja terus sampe lo lupa kalo negara kita krisis SDM karena remaja-remajanya modelan kayak lo dan pasukan lo!” tutur Kia.
Wah, Kia kalo masalah debat mager ngomongnya ilang ya bund.
Pasukan Romeo In Lope, yang di dominasi anak laki-laki terdiam mendengar ucapan Kia. “Males aja tross males! Bucin tros!”
“Woee Borr, Indonesia itu gak kekurangan orang-orang pinter.”
“Bar, gak kekurangan bukan berarti yang lain gak belajar. Lo—”
“STOOOOP!” teriak Vera di tengah-tengah.
“Baiklah teman-temanku yang aku cintai, bagaimana kalo kita ganti topik debat kita kali ini!”
“Ganti apa?” tanya semuanya bersamaan.
“Penggusuran kedai mang Asep!”
“Woy!” Kurang dari satu detik saat Vera melontarkan ucapannya, Vivi langsung menyaut. “Jangan ngadi-ngadi, kar—”
“Assalamu'alaikum!” seluruh pandangan menuju sumber suara. Terlihat seorang gadis dengan sebuah buku di tangannya tengah berdiri di ambang pintu.
Gadis itu tersenyum dan melangkah masuk. “Oh my god, bebeb Sari,” ucap Akbar.
Ya, gadis itu Sari—gadis pujaan Akbar.
Akbar terus memandang gadis itu tanpa berkedip. “Sa—”Sari terus berjalan hingga melalui Akbar. Akbar tertegun. Ia berbalik menatap Sari yang menuju bangku belakang. “Aldo, ini bukunya. Makasih ya!” ucap Sari sambil tersenyum malu. Aldo memang salah satu siswa kelas XI IPA 1, ia seorang siswa yang pintar dan pendiam.
“Aku duluan ya, daah!” Setelah memberikan buku, Sari langsung beranjak pergi sambil melempar senyum kepada se isi kelas.
“Sering kali ... kau merendahkanku, melihat dengan sebelah matamu, Akbar bukan siapa-siapa.” Varo bernyanyi meledek Akbar diiringi tawa kelas yang kian pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sisterhood {SEDANG REVISI}
Подростковая литература⚠️14+ {BELUM REVISI} ON GOING Tidak open feedback ya :) Jika kalian suka ceritanya silahkan divote, tapi harus baca dulu sebelum vote. saya tidak memaksa untuk Vt+Cm, tapi jika mau melakukannya terimakasih, karna itu membuat saya semangat😊 SISTERHO...