34#

43 10 4
                                    

Hujan mengguyur kota sejak pagi. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda hujan akan reda. Bagi sebagian orang hujan mungkin sama sekali tak menjadi penghalang aktivitas mereka,  tapi bagi sebagian yang lain hujan sangatlah menggangu. Terlepas dari semua itu, seorang remaja pria lengkap dengan seragam sekolahnya duduk termenung menatap derasnya butiran bening yang jatuh dari langit itu.

Hari ini ia memutuskan tidak berangkat ke sekolah, bukan karena hujan. Tapi karena suasana hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Arka tidak memperdulikan kebisingan yang dibuat teman-temannya. Ia hanyut dalam lamunannya.

Gio menghela nafas berat, ia tak habis pikir dengan temannya yang satu ini. Apakah hatinya begitu sakit? Terluka atau bagaimana? Sikap Arka berubah 180 derajat. Tak ada lagi Arka bucin, Arka yang usil, Arka yang selalu berisik dengan segala bacotannya. Ia sekarang lebih seperti seseorang yang terkena penyakit parah hingga kehilangan semangat hidupnya.

"Ayolah Ar, Lo jangan gitu mulu napa?" tutur Gio.

"Tanya Kevin gimana cara ngatasinnya, dia kan berpengalaman," saut Karel.

Bugh

Kevin melempar Karel menggunakan bantal sofa. "Mana gue tau, gue aja dulu ...." Kevin tak melanjutkan ucapannya.

"Iya Lo aja dulu kek orang mau mati? Gak kuat hidup? Ye gak?" Seloroh Kenzo.

"Paan sih Lo, Ken!" Kenzo terkekeh melihat Kevin.

G. Refour tidak ada yang bersekolah hari ini. Di tubuh mereka memang sudah melekat seragam sekolah, tapi mereka tidak ke sekolah. Melainkan berbelok ke markas. Menemani salah satu teman mereka yang sedang di landa badai asmara, yang menyesakkan.

"Nanti hujan reda, kita halan-halan oke?" ajak Gio.

"Halan-halan?" tanya Karel bingung.

"Jalan-jalan bego, gitu aja gak tehong!"

"Gak tehong?" tanya Karel lagi.

"Artinya gak tau!"

"Oooh, begindang. Mana gue tehong bahasa barong Lo."

"Bhuaa, barong? Barong apaan woy?"

"Baru."

Gio tertawa terbahak-bahak. "Kalo barong sai? Berarti baru sai ya?"

"No no, kalo Barong sai, artinya baru selesai," tutur Karel terkekeh.

Kenzo dan Kevin hanya saling tatap tak mengerti. Ada apa sebenarnya dengan dua makhluk di hadapan mereka ini. Ada yang paham?
Keduanya terlihat seperti orang yang kurang waras.

"Lo bedua gajelas banget," ucap Kevin.

"Hanya orang jenius yang mengerti!" Jawab Gio. Kevin hanya ikut menggeleng heran.

30 menit berlalu, hujan sudah mulai reda. Gio dan Karel sibuk mengganti pakaiannya. Mereka tak mau di cap bolos karena berkeliaran di jam sekolah. Padahal memang bolos hm.

"Lo bedua ngapain sibuk ganti baju?" tanya Kenzo.

"Gue gak mau citra gue jelek, karena dianggap bolos sekolah," jawab Gio.

"Iyaa iya, pak ketos!" saut Kevin terkekeh.

"Nah pinter Lo, Vin."

"Citra-citraan segala lo, memang bener kan bolos?" ucap Kenzo sembari ikut mengganti seragamnya.

"Ooo tidak begitu babu, kalo bolos itu udah di sekolah tapi minggat. Nah, kalo kita gini kan namanya memang gak masuk sekolah. Di daftar hadir nama kita ditulis huruf A bukan B," tuturnya menjelaskan.

The Sisterhood {SEDANG REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang