Kriiiing
Bell sekolah berbunyi. Tidak seperti biasanya di mana para murid masih berkeliaran di dalam sekolah maupun yang masih berlarian menuju gerbang, hari ini suasana cukup kondusif. Semua murid sudah berada dalam sekolah sebelum Bell berbunyi. Beberapa di antara mereka ada yang sibuk belajar dan membaca buku.Hari ini adalah hari pertarungan bagi Bela. Hasil belajar giatnya belakangan ini akan di uji mulai hari ini. Bela sudah berusaha keras. Bahkan semalam ia sampai begadang karena ingin menyelesaikan materinya. Sampai saat ini pun, di dalam kelas Bela tak melepaskan buku catatannya. Ia menghabiskan waktu sebelum ulangan dimulai untuk belajar. Lain halnya dengan Kia, Nana, Riri, Vivi dan Vera yang nampak santai. Bela merenung menatap dua temannya di depan. Hatinya bergumam. Selama ini Kia dan Nana sering mendapat nilai tinggi, tapi Bela tak pernah melihat mereka gugup, was-was atau apapun itu seperti yang dirasakannya saat ini.
"Kii ... Naa!" panggil Bela. Kia dan Nana kompak menoleh.
"Lo berdua udah belajar?"
"Udah," jawab keduanya bersamaan. Bela menganggukkan kepalanya. Kepalanya beralih menoleh ke belakang. Ia memperhatikan Vera dan Vivi yang juga tampak santai sembari bermain ponsel.
"Lo gak mau nanyain gue juga?" Itu suara Riri. Bela berdecak.
"Percumah nanyain lo, di otak lo kan isinya cuman Kevin." Riri terkekeh. "Enak aja lo!"
Bela menopang kepalanya menatap Riri. "So baby, lo dah lama gak cerita tentang Kevin. Lo berdua udah pacaran?"
Riri menggeleng. "Hah kasian masih ilegal ya, digantung ya? Inget kata pepatah lebih baik kegantung jemuran daripada kegantung hati," ujar Bela.
"Paan sih lo, mana ada pepatah gitu."
"Adaa! Gue yang buat."
Riri terdiam. Ia mulai memikirkan perkataan Bela barusan.
Kia tiba-tiba menoleh ke belakang. Ternyata sedari tadi ia menyimak perbincangan keduanya. "Jangan dengerin Bela, dia sesat. Kalaupun lo pacaran, siapa yang bilang hubungan lo resmi ha?" Riri kembali dibuat berpikir oleh perkataan Kia.
"Hussh!" Bela memukul lengan Kia. "Lo ngatain gue sesat? Lo kira gue setan."
"Titisannya kalik."
"Astaghfirullah, ukhty. Sungguh tega dirimu." dramatis Bela. Riri tertawa melihat kedua sahabatnya bergaduh.
Tak lama guru mereka datang dengan membawa sebuah map yang berisi lembar ujian. Murid-murid mulai bersiap siaga.
Bismillah
•
•
•
30 menit lagi ujian berakhir, para siswa masih fokus mengerjakan soalnya. Tak terkecuali Genk Refour di kelas 11 IPA 3. Gio sejauh ini lancar-lancar saja mengerjakan ujiannya. Sampai tiba saatnya untuk mapel kedua ia maju ke depan mengumpul hasil ujian dan mengambil mapel ke duanya. Gio terbelalak melihat lembaran soal di tangannya.
"Kenapa lo?" tanya Arka. Gio masih belum sadar juga, ia terus membelalaki soal ujiannya.
"Woy!" Panggil Arka.
"Ini Matematika anjirrt!"
"Ya memangg!" Sahut teman sekelasnya bersamaan. Gio menggaruk kepalanya karena malu. Bisa-bisanya ia salah jadwal, untung hanya satu pelajaran. Gio kembali duduk di bangkunya. Sambil menggerutuki dirinya ia mencoba mengerjakan soal-soal itu, sesekali Gio melihat ke arah Kevin dan Kenzo yang tengah fokus. Sok fokus sekali batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sisterhood {SEDANG REVISI}
Teen Fiction⚠️14+ {BELUM REVISI} ON GOING Tidak open feedback ya :) Jika kalian suka ceritanya silahkan divote, tapi harus baca dulu sebelum vote. saya tidak memaksa untuk Vt+Cm, tapi jika mau melakukannya terimakasih, karna itu membuat saya semangat😊 SISTERHO...