Sedih itu saat kamu berusaha menjelaskan kebenaran, namun orang-orang menganggap kebenaranmu adalah suatu kebohongan.
~Riri A. Rossler
Matahari bersinar sangat cerah, Riri duduk termenung di taman, entah kenapa? Di sana adalah tempat favorit Riri untuk merenung dan menenangkan pikirannya. Riri tersenyum tipis melihat ayunan yang tergantung di sebuah pohon besar tepat berada di depannya. Ibunya dulu selalu memberikan waktu luang mengajaknya ke tama, untuk bersenang-senang, bermain ayunan, bersenda gurau— ahh ... Riri memejamkan matanya mencoba menggali kenangan-kenangan indah yang pernah ia buat bersama ibunya.
Beberapa tahun yang lalu, batin Riri.Riri bangkit dan berjalan perlahan menuju ayunan itu, didudukinya ayunan itu sama seperti beberapa tahun lalu. Hanya saja, kali ini ia di sana seorang diri, tidak ada sosok ibu yang dulu mendorong ayunan itu dengan penuh kasih sayang.
“Masa lalu kita indah ya, ma!” ucap Riri sambil berayun pelan.
Di saat orang lain bilang, “lupakan masa lalu dan sambutlah masa depan.” Riri rasa itu gak Cocok buat Riri, Ma. Karena nyatanya masa lalu Riri jauh lebih indah daripada masa depan yang setiap detiknya Riri lalui, namun justru semakin menambah rasa sakit dan kesedihan. Riri harap masa depan Riri akan secepatnya indah, Ma.
Batin Riri terus mengatakan curahan hatinya, yang ia harap akan dapat ibunya baca layaknya sebuah surat.
Riri kecewa sama mama!
Riri memang bisa menjalani kehidupan seperti remaja pada umumnya. Bersekolah, memiliki teman, bersenang-senang dan lain sebagainya. Namun apalah arti semua itu, jika ia merasa kehilangan sosok ibu tepat di depan matanya sendiri. Sosok itu masih ada ... masih nampak dan masih berdiri tegap di hadapannya, namun bagai bintang yang jauh dan tak bisa digapai oleh Riri, seperti itulah ibunya saat ini.
Pagi tadi Riri bertatap muka dengan ibunya saat hendak berangkat sekolah, namun seperti biasanya ibunya sama sekali tidak memperdulikannya. Mungkin ia sudah lupa kalau ia juga memiliki anak selain Lia, atau mungkin rasa kasih sayangnya terhadap suami dan anak tirinya melebihi cinta kasih terhadap anak kandungnya sendiri sehingga membuatnya merasa tidak perduli lagi dengan Riri.
Diabaikan seperti itu saja sudah membuat Riri sangat menderita, lalu bagaimana dengan ibunya yang mengatakan hal-hal buruk tentang dirinya pada orang lain. Hati Riri sangat hancur.
Beruntung Devi kemarin hanya menasihatinya.Riri kembali memejamkan matanya membiarkan butiran bening dari pelupuk matanya jatuh. Ia teringat pula dengan kisah cintanya yang tak berjalan mulus.
Dunia ini sempit ya! Kenapa harus ada Lia yang kembali masuk dalam kisah hidupnya yang lain—Kisah cintanya.
Piing ... pingSuara notifikasi terus berbunyi di ponsel Riri. Ia keluarkan ponselnya dan membaca setiap pesan yang masuk. Tentu saja itu adalah pesan dari sahabat-sahabat konyolnya.
Sisterhood
07.20
Nana
Assalamu'alaikum para ukhty07.20
Kia
Waalaikumusalam para dodol07.20
Vivi
Waalaikumusalam mang Asepp, kang seblack asekk asek joss07.21
Bela
WoY RiRi tEmEn SeBaNgKu GuE YanG BuDiMaN, loe KeMAnA?07.21
Vera
Waalaikumusalam
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sisterhood {SEDANG REVISI}
Ficção Adolescente⚠️14+ {BELUM REVISI} ON GOING Tidak open feedback ya :) Jika kalian suka ceritanya silahkan divote, tapi harus baca dulu sebelum vote. saya tidak memaksa untuk Vt+Cm, tapi jika mau melakukannya terimakasih, karna itu membuat saya semangat😊 SISTERHO...