49#

23 6 0
                                    

"Ayo pulang, Vin. Udah semua 'kan?"

"Ntar dulu, temenin beli boneka."

Riri kaget mendengar Kevin ingin membeli boneka. Ia baru tau, cowo itu suka boneka.

"Sejak kapan lo suka boneka?"

"Itu pesenan mama, buat kado anak temennya yang ultah." Riri beroh-ria, hampir saja ia berpikir hal lain.

"Lo beli sendiri aja deh, gue cari makan ya. Laper banget tauu, lo maen ajak-ajak tadi padahal gue mau cari makan sama temen-temen gue." Riri memanyunkan bibirnya. Ia benar-benar sedang lapar. Sepulang sekolah tadi Kevin meminta Riri untuk menemaninya ke mall, membeli sesuatu titipin ibunya. Padahal ia dan Siho baru saja hendak mencari makanan. Maklumlah, ulangan memang selalu bikin laper.

"Jadi lo nyesel nih nemenin gue?"

"Ya nggak gitu."

"Yaudah ayok temenin."

"Emang gak bisa sendirian? Gue tunggu di depan."

"Jangan dong, bantuin gue milih boneka. Kan gak lucu kalo gue beliin boneka poci."

Riri terkekeh sambil memukul bahu Kevin pelan. "Sembarang lo, anak orang gabisa tidur entar."

"Haha, ya makanya temenin."
Riri tak punya pilihan selain menuruti permintaan Kevin. Mereka berjalan menuju toko boneka. Sesampainya di sana, Riri langsung mengambil boneka beruang berwarna pink dan satu lagi boneka berbentuk doraemon.

"Gercep banget lo," ujar Kevin terkekeh.

"Bagus nih, tinggal pilih mau yang mana?"

"Menurut lo yang mana?"

"Bagus semua, Vin. Lo aja yang pilih, cap cip cup kek."

"Dua-duanya aja deh."
Riri menghela nafas. Yasudahlah terserah, toh juga dia yang bayar.

Sembari menunggu penjual membungkus bonekanya, Riri berjalan melihat-lihat ke sekeliling mall. Tak jauh dari tempatnya berada, Riri melihat satu keluarga yang tengah membeli sesuatu. Riri menatap mereka lekat. Seorang gadis yang bersama mereka juga tak luput dari perhatian Riri. Seketika mata Riri membola saat mereka membalikkan badan.

"Mamaa .... ah gak mungkin." Tapi hati Riri mengatakan bahwa memang benar itu ibunya. Riri terus memperhatikan ketiga orang itu berjalan ke luar mall. Sekarang hatinya yakin, itu memang ibunya dan kedua orang yang bersamanya adalah Lia dan ayah tirinya. "Mama!" teriak Riri.

"Maa tunggu Riri!" Riri berlari mengejar ibunya. "Lo mau ke mana, Ri!" Kevin dengan segera mengambil boneka yang di belinya dan segera mengejar Riri.

"Mamaa, tunggu!"

Braaak

"Astaghfirullah!"

"HAPE GUEEEE!" Arka mengelus ponselnya yang jatuh dilantai, takut sekali benda kramatnya itu lecet. Hape aja aku elus, apalagi kamu... (っ.❛ ᴗ ❛.)っ

Riri sama sekali tak perduli dengan Arka dan Gio yang baru saja ditabraknya di pintu mall. "Maa!" teriak Riri lagi. Ana sempat menoleh, namun alih-alih berhenti ia justru mempercepat langkah dan masuk ke dalam mobil.

"Riii!" panggil Kevin.

"Eitsssss!" Gio dan Arka menghentikan Kevin. "Paan sih lo berdua."

"Bentar kita pindah dulu, jangan maen tabrak-tabrak lo!" Kevin memutar bola matanya malas, setelah kedua pria itu bergeser ia langsung berlari menyusul Riri.

Gadis yang masih mengenakan seragam sekolah itu sudah tersungkur di tanah dengan air mata mengalir deras pipinya. Riri tak menyangka akan bertemu ibunya di sini. Setelah sekian lama ia dapat melihat ibunya lagi, tapi kenapa ibunya bersikap seperti itu. Hati Riri benar-benar hancur. Kevin memegang bahu Riri, mengusap perlahan butiran bening yang lolos dari mata gadis itu.

The Sisterhood {SEDANG REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang