45#

31 7 0
                                    

Pagi ini seperti biasa Bela bersiap-siap untuk pergi sekolah. Setelah memasukkan bukunya ke dalam tas, Bela segera keluar dari kamarnya. Matanya masih sedikit membengkak karena menangis semalam. Dengan langkah gontai ia berjalan keluar dari kamarnya.

"Bela!" panggil Sarah. Bela tak menghiraukan panggilan ibunya.

"Bela!" Akhirnya Bela menghentikan langkahnya. Ia memutar badannya ke belakang. "Ayok sarapan, Mama buatin nasi goreng nih."

Bela hanya menatap ibunya datar. Tanpa menjawab Bela langsung ngeloyor pergi begitu saja. Meskipun ibunyanya kembali memanggil, Bela tak tak perduli.

Di teras rumah, Bella juga bertemu dengan ayahnya yang tengah membaca surat kabar. Damian menegur Bela.
"Sudah sarapan?"

"Dah," jawab Bela. Terus berjalan tanpa menoleh. Damian memperhatikan wajah Bela yang nampak lesu. Ia yakin, pasti karena kejadian semalam.

"Kamu sakit? Biar Papa anter ke sekolah." Bukannya senang, Bela malah geli mendengar tawaran ayahnya. Huh, setelah sekian lama ini kali pertama ayahnya menawari mengantar sekolah.

"Bela bisa sendiri."

Bela segera masuk ke dalam mobilnya dan melesat menuju ke sekolah. Tak perlu waktu lama Bela sudah sampai di sekolah. Ia segera turun dan menuju kelasnya.

Bela memutar bola matanya saat melihat Stanie dan The Angel berada di jalur tempat Bela berjalan. Karena tengah malas ribut Bela memilih menghindar.

"Assalamualaikum!" sapa Bela pada penghuni kelasnya.

"Wa'alaikumussalam!" Bela duduk di bangkunya. Ia menoleh ke arah Akbar dan Varo di sebelahnya. Akbar tak henti-hentinya tersenyum sejak tadi, sedangkan Varo sibuk meledeki Akbar.

"Ngapa tuh anak senyum-senyum?"

"Abis dapet gebetan baru katanya," sahut Riri terkekeh.

"Gara-gara liat postingan Gio kemarin itu, dia ikut-ikutan belajar move on dari Sari haha!" Vivi tertawa.

"Wah, Do! Si Akbar dah ikhlasin kalo lo mau sama Sari!" teriak Bela pada Aldo-teman sekelasnya yang akhir-akhir ini digosipkan dekat dengan Sari-gebetan Akbar.

"Paan sih, lo! Gajelas," ujar Akbar yang sewot mendengar ucapan Bela. Sisterhood tertawa melihat Akbar.

"Weh ada guru!"

Semua murid diam seketika.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, anak-anak."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

•••

Bela dan Vera berjalan beriringan di koridor sekolah. Tadinya mereka ingin ke kantin, tapi Nana menelpon meminta mereka langsung ke bawah pohon di tepi lapangan. Mereka sekarang tengah menyukai duduk di bawah pohon di banding rooftop. Mungkin karena bosan saja.

"Bagi cokelat lo, Ver."

"Udah abis." Bela merotasi matanya. "Giliran gue pengen aja, kagak ada."

"Berarti nasib lo," kata Vera terkekeh. Bela dan Vera tiba-tiba berhenti bersamaan. Bela tersenyum sambil memainkan alisnya ketika melihat dua anak kucing yang tengah bermain tak jauh dari mereka berada.

"Buat apa?" tanya Vera.

"Buat Kia. Dia kan rada geli kalo sama kitten."

"Jahil banget otak lo!"

Dengan senyum merekah Bela berjalan memindik ke arah dua anak kucing itu. Hendak menangkap. Salah satu anak kucing itu bermain di dekat dinding. Bela langsung menangkapnya. Bukannya berhasil kepalanya justru terbentur dinding kelas. Akibat salah perhitungan.

The Sisterhood {SEDANG REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang