15# Jealous

64 11 3
                                    

Malu bertanya sesat di jalan,
malu nyatakan cinta, yaa ...
jangan salahin kalo
ditikung orang.

~Dr. Arka SPc.
(Sarjana pend. Cinta)

Pagi ini adalah awal hari bagi Riri untuk memulai hidup bahagianya. Ia memutuskan untuk cuek terhadap apapun yang dapat melukai hatinya. Kata-kata mutiara yang dilontarkan sahabat-sahabatnya kemarin malam, berhasil membuat Riri merubah pola pikirnya.

Come on Ri! you can do!

Riri memantapkan hatinya. Ia benar-benar semangat hari ini. Semoga hari ini berjalan lancar. Riri memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dan bersiap berangkat ke sekolah.

Saat Riri hendak membuka pintu kamarnya, terdengar Ibunya dan adik tirinya tengah berbincang. Adik tirinya itu seperti tengah merengek-rengek. Riri memutuskan untuk berdiam sejenak sambil mendengarkan.

“Sekolah, Lia!” titah Ana apa Lia.

“Ihh mama Lia tuh males.”

“Kenapa males, udah sana sana sekolah entar kesiangan.”

“Maa, Lia tuh males sekolah. Lia gak mau sekolah ah. Lagian ya ma, di sekolah tuh gak ada yang asik. Aduhh pokonya bosenin banget.”

“Terus kamu mau apa sayang, kamu itu harus sekolah. Jangan sampe kamu dikeluarin dari sekolah karna jarang masuk ya, ntar sekolah kamu berantakan.”

“Biarin aja! Lia juga gak mau sekolah lagi,” ucap Lia santai. “Maa ... Lia mau nikah aja gih.”

“Astaghfirullah sayang, kamu ini masih kecil, gak boleh mikir sampe situ.”

“Ihh maa, nikah muda tuh sekarang udah banyak kali, gpp koq dari pada Lia pacaran ntar hilaf gimana.”

Ana menggelengkan kepalanya. “Nggk! kamu harus sekolah.”

“Kalo gitu, tunangan aja gih!”

“Enggak sayang!“

”Ihh mama jahat!” Lia langsung berlari menuju kamarnya di lantai atas.

Riri yang mendengar dari kamarnya hanya bisa bergidik geli. Bagaimana mungkin Lia bisa befikir sampai situ.

Dasar bocill. batin Riri.

***

Di sekolah,
SisterHood tengah bersantai di bawah pohon tepi lapangan sekolah. Mereka berbincang sambil memakan cemilan masing-masing.
“Seneng banget, Ri?” tanya Vivi saat melihat Riri tersenyum dengan penuhnya.

“Yaa dong!”

Riri tersenyum senang saat ini. Entah kenapa perasaan yang sebelumnya membuat dirinya lesu dan malas kini seakan sirna. Namun ada lagi mengganjal pikirannya, sebuah surat. Tadi pagi ia menemukan secarik kertas bertulis Kamu cantik kalo senyum di laci mejanya.
T

api ia tidak mau terlalu memikirkannya.

“Siip Ri, harus bahagia donkk, jalani hidup yang bahagia,” ucap Bela.

The Sisterhood {SEDANG REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang