56#

46 7 0
                                    

Bela, Riri, Vera dan Vivi berjalan menuju kantin. Sejak tidak ada kegiatan belajar mengajar mereka sering menghabiskan waktu di kantin. Beberapa murid justru memilih tidak masuk sekolah. Tapi tidak dengan Siho, di rumah itu sangat membosankan. Apalagi jika seorang diri. Lebih baik ke sekolah deh, bisa ketemu temen.

Saat menuju kantin, ke empatnya berpapasan dengan Arka di perjalanan. Arka langsung menghentikan mereka. Bela menduga pasti pria itu hendak menggoda sahabatnya lagi. "Minggir-minggir, gue tabrak lo!" ujar Bela.

"Gue mau ngomong bentar ama temen lo!" Bela merotasi matanya. "Yaudah ngomong aja, gue sama yang lain mau lanjut ke kantin. Jangan ngalangin jalan!" Bela, Riri dan Vivi meninggalkan Arka dan Vera di sana.

"Lo mau ngomong apa?" ucap Vera ketus. Arka hanya tersenyum.

"Dih, apaan lo! Senyum-senyum gak jelas."

Arka memberikan tiga bungkus cokelat yang sejak tadi disimpannya. "Nih, biar hari-hari lo makin manis. Tapi kalo mau yang lebih manis, jalanin hari-hari lo bareng gue."

Sejujurnya Vera ingin tersenyum saat ini. Tapi ia tak mau hal itu dilihat oleh Arka. Jadi, Vera menahannya sebisa mungkin. "Thanks," ujar Vera.

"Thanks doang nih?"

"Apaan sih lo gajelas. Gue mau nyusul temen-temen gue," kata Vera. Berlari meninggalkan Arka sendiri.

Arka tersenyum melihat tingkah Vera. Apapun yang dilakukan gadis itu pasti Arka akan suka. "Calon bini gue gemesin banget, Masya Allah," ujarnya sambil nengelus dada.

"Ver, gue tunggu di kelas ya!" teriak Bela dari luar toilet. Ia langsung meninggalkan Vera yang masih berada di dalam.

Beberapa saat kemudian Vera keluar. Ia melihat ke sana kemari mencari Bela. Ke mana gadis itu? Vera sama sekali tak mendengar teriakan Bela tadi karena terhalang bunyi kran air yang menyala.

"Sialan gue ditinggalin."

Vera berjalan menuju kelasnya seorang diri. Di perjalanan Vera berpapasan dengan Cindy. Gadis yang selama ini membuat dirinya penasaran. Vera melangkahkan kakinya ke kanan untuk menghindari Cindy. Tapi Cindy juga mengikutinya. Sebaliknya saat Vera melangkah ke kiri, Cindy juga mengikutinya. Semuanya terjadi secara kebetulan. Vera Masih diam. Ia melanjutkan perjalanannya. Namun tanpa sengaja ternyata Vera menyenggol bahu Cindy hingga membuat gadis itu terjatuh. Vera yakin benar bahwa tadi itu tidak sekeras itu hingga bisa membuat Cindy terjatuh.

"Lo nggak papa?" tanya Vera. Cindy meringis kesakitan. Hal itu malah nampak aneh bagi Vera, karena ia yakin senggolan tadi sangatlah pelan.

"Kamu kenapa sih?" tanya Cindy. Vera mengerutkan keningnya. "Maksud lo?"

"Kenapa kamu jahat sama aku," ucapnya mulai menangis. Vera benar-benar bingung dibuatnya.

"Lo kenapa?" ujar Vera tak mengerti.

"Cindy ...." panggil seseorang di belakang Vera. Pria itu langsung menghampiri Cindy. "Kamu kenapa Cin?" tanya Arka panik melihat Cindy menangis. Ia sama sekali tidak menyadari kehadiran Vera di sana. Cindy menunjuk ke arah Vera.

Vera mematung. Ia benar-benar tak mengerti apa yang terjadi. Saat Cindy menunjuk, barulah Arka menyadari bahwa ada Vera di situ. "Lo apain?" tanya Arka pelan.

"Gue?" tanya Vera heran.

Cindy yang masih menangis lalu memeluk Arka. Vera dengan cepat memalingkan wajahnya sebal. Arka yang sadar akan posisi itu ingin melepaskan pelukan Cindy. Tapi ia sendiri bingung karena Cindy tengah menangis saat itu. Di sisi lain ada Vera, tak mungkin ia membiarkan Cindy memeluknya di depan Vera. "Dia jahat Arka," ujar Cindy lirih. Vera membulatkan matanya.

The Sisterhood {SEDANG REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang