Riri berjalan dengan langkah gontai menuju kelasnya. Hari ini ia sedang badmood, ia ingin segera bertemu sahabat-sahabatnya yang mungkin bisa saja menghilangkan rasa badmood-nya dengan tingkah konyol mereka.
“Morning Milea!” sapa Akbar pada Riri.
“Morning too, Bar. Nama gue Riri bukan Milea.”
“Bagi gue lo Milea dan gue Dilannya,” ucap Akbar penuh dramatis.
“Dilanda musibah!” saut Bela dengan keras.
Riri hanya menghembuskan nafas gusar. Ia sedang malas menanggapi sifat tak jelas teman sekelasnya ini. Riri langsung duduk di bangkunya. Matanya tertuju pada sebuah kertas putih di laci mejanya. Surat lagi kah? batin Riri.
Dibukanya kertas tersebut.Lagi badmood yaa:) senyum dong.
“Siapa sih sebenarnya yang ngirim?” Riri penasaran sekali terhadap seseorang di balik surat itu.
“Kenapa Ri?” tanya Bela. Riri hanya menggelengkan kepalanya.
“Si Akbar lagi latihan noh, katanya sih pengen jadi Dilan biar bisa pensiun jomblo,” tutur Kiki yang sejak tadi memandang geli ke arah Akbar.
“Kenapa gak sama lo aja, Ki?” ucap Kia pada Kiki. Kiki terdiam, wajahnya sedikit terdapat rona merah.
“Dihh najis!” jawab Kiki mengelak.
“Akbar, lo jomblo? gak heran gue mah, mana ada orang yang mau sama modelan kayak lo,” celtuk Bela.
“Jangan salah Bel, kalo entar Akbar dapet yang sekelas Miss Universe gimana?” saut Nana terkekeh.
“Ngotak dikit napa, Naa!”
Varo menengahi obrolan teman-temannya. “Udahlah yaa, gosah yang neka-neko, cukup Can Kiki yang paling sexy, sang pemilik kecantikan yang haqiqi dan menarik hati ini, udah cukup buat Aak Akbar yang tamvan mah, ye gak Bar?” tutur Varo dengan nada yang dibuat-buat.
Akbar mendudukan dirinya di atas meja. “Dihh kagak, gue mah udah naksir ama anak kelas sebelah. Behhh cantiknya top markotop,” ucap Akbar sambil mengacungkan jempolnya.
“Gue mau pantun woe!” teriak Akbar.
“Jalan-jalan ke Kalimantan.”
“Cakeppp!” saut Varo seorang.
“Ehh di jalan ketemu lintah!”
Cakepp
“Sebanyak apapun cewe di Victorian.”
Uwuw
“Cuman neng Sari yang Akbar cuintah!”
Akbar memeluk ponselnya yang tengah membuka foto gadis pujaannya.“Wanjayyyyy!” teriak Varo tertawa.
“Jijiiiiik!” saut Bela.
Koq rada gak nyambung pantunnya, Bar?
Seisi kelas tertawa mendengar pantun Akbar yang sangat menggelikan itu. Tapi berbeda dengan Kiki.
Kiki justru melirik Akbar kesal.
“Yaudah sih deketin sono, ribet amat.”“Kenapa lo, Ki. Cemburu yaaa!” ledek Vivi.
Vera tertawa melihat wajah Kiki. “Aaaaa Kiki lopek-lopek.”
Bela bangkit dan berlari ke arah papan tulis. Ia ambil spidol dari sakunya dan menuliskannya di papan tulis.
Hwd Akbar & Kiki
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sisterhood {SEDANG REVISI}
Teen Fiction⚠️14+ {BELUM REVISI} ON GOING Tidak open feedback ya :) Jika kalian suka ceritanya silahkan divote, tapi harus baca dulu sebelum vote. saya tidak memaksa untuk Vt+Cm, tapi jika mau melakukannya terimakasih, karna itu membuat saya semangat😊 SISTERHO...