Riri mematikan ponselnya. Ia baru saja berbicara dengan Bela soal keadaan Vera. Semalam Vera meminta teman-temannya hususnya Riri untuk tidak menceritakan hal ini pada kedua orangtuanya. Mereka pun setuju.
Riri melirik ke arah Vera yang juga sedang bersiap-siap berangkat sekolah. Riri masih khawatir dengan Vera, ia sudah menyuruh gadis itu untuk istirahat saja di rumah. Tapi Vera menolaknya.
"Lo beneran mau sekolah, Ver?"
"Iyalah, emang kenapa gue gak sekolah." Riri hanya diam tak menjawab lagi. Keduanya lalu keluar menuju mobil Vera.
•
•
•
Setelah sampai di sekolah, Riri dan Vera sudah ditunggu oleh ke empat sahabatnya di parkiran. Sementara mereka berjalan menuju kelas, Riri pamit ke toilet terlebih dahulu."Ri!" Riri berbalik mendengar namanya dipanggil.
"Kevin ... kenapa?" Kevin berjalan mendekat. "Gimana keadaan temen lo?"
"Alhamdulillah, si Vera gapaa koq. Dia juga sekolah hari ini." Kevin mengangguk.
"Kalo lo gimana?" Riri mengerutkan keningnya. "Gue kenapa?"
"Ya keadaan lo." Riri memicingkan matanya. "Gajelas sih lo," ujarnya setengah terkekeh.
"Ikut gue yuk!"
"Nggak ah, gue mau ke kelas. Sono lo juga ke kelas. Inget masih ulangan nih!" Ah iya, Riri pintar mengingatkan orang sedangkan ia sendiri bahkan lupa jika hari ini masih ulangan. Semalam ia saja tidak belajar. Tapi tidak mengapa, ia tidak belajar karena menghawatirkan keadaan Vera. Teman-temannya yang lain pasti juga sama dengannya.
Riri berjalan menuju kelasnya bersama Kevin.
"Ri."
"Hm?"
"Lo masih kontekan sama Dika?"
"Ya nggaklah!" sarkas Riri.
"Gak pernah WhatsApp-an gitu? Dia gak pernah hubungin lo lagi."
"Nggak, kan Wa-nya gue blok." Kevin hanya ber-oh ria mendengarnya.
"Atau lo lagi deket sama cowo lain?" Riri mengentikan langkahnya. Cowo disebelahnya ini sudah tidak beres pertanyaannya. Riri melipat tangannya menatap selidik ke arah Kevin.
"Kenapa lo nanya gitu."
"Gapapa."
"Kenapa?"
"Gapapa."
"Ke-na-pa?" tanya Riri penuh penekanan.
"Ya kalo beneran kan gue jadi cemburu." Riri mendelik menatap Kevin. Ia lalu mencubit pinggan Kevin hingga cowo berjingkat mengaduh.
"Rasain lo!" ujar Riri sambil tertawa.
"Lo sekarang rada nyebelin ya, Vin."
Riri lalu berlari meninggalkan Kevin yang masih memegangi pinggang-nya. Kevin tersenyum melihat Riri yang belari semakin jauh. Tak apa, rasa sakit ini tak sebanding dengan indahnya bunga yang bermekaran dalam hatinya. wkwk"Ehem, soswiitt!" Kevin menoleh ke sumber suara. Ke empat pria tampan, yang tak lain adalah temannya sendiri sedang menatapnya dengan senyum aneh.
Cubit cubitan oiii
Cubit cubitan asekk asekk
Gio bernyanyi sambil mempraktekkan gaya mencubit Riri pada Karel.
"Sakit goblok!"
"Dih santai dong say, kelepasan gue nyubitnya. Hahaha!"
"Makin sakit cubitannya, makin besar cintanya," saut Arka pula. Genk Refour kompak mentertawakan Kevin. Kenzo yang berada di sana pun tak dapat menahan. Ia menatap Kevin sambil tersenyum bercampur tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sisterhood {SEDANG REVISI}
Teen Fiction⚠️14+ {BELUM REVISI} ON GOING Tidak open feedback ya :) Jika kalian suka ceritanya silahkan divote, tapi harus baca dulu sebelum vote. saya tidak memaksa untuk Vt+Cm, tapi jika mau melakukannya terimakasih, karna itu membuat saya semangat😊 SISTERHO...