30#

55 10 1
                                    

Bijaklah dalam membaca!

Suasana gelak tawa yang tadinya
terdengar di kelas XI IPA 1 tiba-tiba menjadi hening saat mereka mendapat gertakan dari salah seorang teman sekeleasnya. Sesosok gadis berhijab dengan wajah yang merah padam mencoba mengontrol deru nafasnya. Ia menatap pria di depannya dengan tajam.

“Sabar ... sabarr!” ucap Nana melihat Kia yang begitu marah. Kia tipe gadis yang kurang banyak berbicara, Meskipun terkadang tidak melulu seperti itu, namun kali ini sesosok pria yang membuatnya emosi memang sangat menjengkelkan.
Bagaimana tidak? Makanan favoritnya—dodol, dengan mudahnya Akbar mengambilnya ... memakan lalu membuangnya. Mubazir woy!

“Kalo lo gak suka gosah dimakan, dosa lo double noh, udah maling ... mubazir juga, dasarr!

Akbar menggaruk tengkuk lehernya, ia tak menyangka Kia akan semarah ini padanya. “Iya iya, maapin gue,” ucap Akbar.

Kia tak menjawab, ia langsung duduk di bangkunya sambil mendengus kesal. Sementara sahabat-sahabatnya malah sibuk menahan tawa melihat Kia naik pitam.

“Sstt, jangan ketawa! Do'a orang yang terdzolimi diijabah lhoh, kan gak asik kalo dikutuk Kia jadi dodol,” tutur Bela ngawur diikuti kekehan teman-temannya.

Beberapa saat kemudian, pak Bambang memasuki kelas, pelajaran dimulai.




Kriiiiing

Bel istirahat SMAVIC sudah berbunyi. Murid-murid mulai berhamburan meninggalkan kelas, ada yang menuju kantin, perpus dan lain sebagainya.

Sisterhood saat ini masih berada di kelas, mereka masih merapikan buku-buku yang berserakan di meja masing-masing. Namun, itu tidak terjadi pada Bela yang  sampai saat ini masih berlarut di alam mimpi. Menjelang jam akhir pelajaran tadi, Bela memang tertidur di kelas. Alhasil sampai pelajaran berakhir pun ia belom terbangun.

“TIDAAAAK!” teriak Bela tiba-tiba, membuat teman-temannya terkejut setengah mati. Ia berteriak dengan histeris setelah mendadak bangun dari tidurnya. Bela menepuk-nepuk pipi kiri dan kanannya.

“Gue belum mau nikah, gue belum mau nikah,” ucapnya berulang.

Siho menatap bingung ke arah Bela. Apa yang sebenarnya terjadi pada manusia satu ini.

“Woi ... woi lo kenapa, Bel!” kata Riri menggoyangkan bahu Bela. Bela langsung menatap Riri sambil menelan salivanya dengan susah payah. Keringatnya mengalir deras di pelipisnya. “Gue belom siap, Ri!”

“Siap apa sih?” tanya Nana.

“Nikah!” jawab Bela cepat. Jawaban Bela makin membuat Sisterhood heran. Nikah apaan sih?

Bughh

Bela spontan mengaduh kala kepalanya di pukul Vera dengan sebuah buku.
“Belom sadar kalik ni anak,” ucap Vera.

“Makanya jangan tidur pas belajar,” saut Kia.

Bela yang mulai tersadar menggaruk tengkuk lehernya. “Hehe gue mimpi ya,”  ucapnya meringis.

Estetok banget, mimpi kawin,” celtuk Vivi.

Bela mengusap wajahnya perlahan. “Ini pasti karna omongan oppa gue semalem.”

“Ngomong apa?” tanya Riri.

Bela menarik nafas panjang dan mulai meniru gaya bicara kakeknya.

Bela, coba dong bawa pacar kamu ke rumah besok malem! Oppa mau tau. Nah, oppa gue ngomong gitu woy. Gue sautin dong, Oppa besok Bela gak bisa soalnya ... eh belum selesai gue ngomong langsung dipotong sama oppa, kamu normal kan? kata oppa gue? Kalian bayangin gue ditanyain begitu woy! Terus oppa desak gue buat bawa pacar gue ke rumah, kalo nggk ... gue bakal dikawinin sama orang, oppa gue bakal cariin katanya.”  Bela terus bercerita panjang lebar tanpa jeda. Hampir saja Siho dibuat bingung dengan ucapannya yang tanpa jeda dan juga lumayan cepat.

The Sisterhood {SEDANG REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang