62. THE TITAN

3K 456 37
                                    

"Demigod," gumam salah seorang Titan dengan suaranya yang menyeramkan.

"Aku bisa mencium darah yang mengalir di nadinya." Yang lainnya ikut berkomentar.

Kuabaikan suara mereka, dengan langsung menanyai Hades yang berdiri di depan kami. "Di mana teman-temanku?" kuberikan tatapan penuh amarah padanya.

"Oh, tenang saja, mereka aman," katanya sambil menyunggingkan senyuman yang membuatku muak.

"Aku ingin melihat mereka sekarang," desakku.

"Ya, setelah aku mendapatkan apa yang aku mau." Hades bersikeras.

Aku menggeleng. "Tunjukkan mereka sekarang dan Sera akan bertukar."

"Kau bersikeras sekali ya, manusia," gerutunya.

Kunaikkan satu alisku sambil masih memberikan tatapan mengancam.

"Bunuh saja manusia itu!" Seorang Titan bersorak.

Hades kemudian menjentikkan jarinya, seketika, Max, Sebastian, dan Jo berada di sisinya dengan tangan terikat. Ekspresi mereka begitu terkejut saat melihatku dan Sera. Terutama Sebastian yang mengeleng-geleng. Aku tidak peduli jika dia akan memarahiku setelah ini.

"Sekarang sesuai dengan perjanjiannya," kata Hades.

Aku melirik Sera yang sama kesalnya denganku melihat wajah Hades. Setelah memberikan anggukan persetujuan, Sera mulai berjalan mendekati Hades, sedangkan ketiga orang itu berjalan mendekatiku.

"Keponakanku," guman Hades.

"Berhenti memanggilku seperti itu! Kau bukan pamanku!" Sergah Sera.

"Oh, jangan bicara begitu. Aku tetap lah saudara Ayahmu."

Sera menggeleng. "Zeus bukan ayahku!" katanya penuh emosi. "Begitu juka kau bukan pamanku. Aku mungkin seorang Demigod, tapi aku tidak pernah menganggapmu sebagai keluarga."

Dalam hitungan detik, Sera mengeluarkan pedangnya, dia mencoba melawan Hades. Para Titan yang berada di balik jeruji mulai bersorak penuh api kemarahan. Sedangkan diriku mengarahkan mereka bertiga keluar melalui pintu yang kulewati tadi dan membukakan ikatan tali mereka.

Sayangnya, keadaan tidak semudah yang kukira, lima cerberus mendatangi kami dan menggeram, siap untuk menyerang. Kulemparkan senjata yang kubawa pada masing-masing mereka untuk melawan. Walaupun, aku juga tidak yakin senjata ini bisa membunuh sekumpulan cerberus yang mengamuk.

"Kau seharusnya tetap di rumah." Sebastian berkomentar.

"Dan membiarkan kalian bertiga disandera oleh Hades? Hell, nah!"

"Ya, Seb, aku tidak mau tinggal di tempat menyeramkan ini." Kali ini Max yang berkomentar.

"Oh, ayolah kalian. Urusan keluarga belakangan. Sekarang, bagaimana kita membunuh cerberus ini." Jo ikut berkomentar.

Kami mulai berdiri saling membelakangi saat cerberus-cerberus itu mulai mendekat dari berbagai sudut.

"Katakan padaku kau punya rencana," kata Max.

"Ya, megalihkan perhatian sampai Xander memanggil bantuan, itu rencananya."

Sebastian merupakan orang pertama yang berkomentar saat aku menyebutkan nama Xander. "Apa? Yang benar saja?" Keluhnya.

"Jika kau punya rencana lain, aku akan senang mendengarnya, Sebastian," gerutuku. Tentu saja dia tidak punya opsi lain selain rencanaku.

Geraman makhluk itu semakin menyeramkan saat mereka memojokkan kami dan sebuah penyerangan di mulai. Masing-masing dari kami menghadapi satu cerberus, karena akan lebih mudah melawan mereka jika memisahkan satu dengan yang lainnya. Kecuali Max yang harus menghadapi dua cerberus sekaligus.

"Ini tidak adil, kawan-kawan! Kenapa aku harus menghadapi dua," keluhnya di sisi berseberangan denganku.

Saat cerberus mulai menyerang dari sisi kanan, aku berhasil menghindar dan memberikan serangan balik dengan golokku. Alhasil, luka terbuka di sisi kanan cerberus itu. Walaupun begitu, itu tidak membuat si cerberus melemah sedikit pun.

Di sisi lainku, kulihat Jo yang berhasil memenggal salah satu kepala cerberus. Namun, seketika itu juga, kepala baru muncul dengan cepat dan justru membuat cerberus itu semakin kesal. "Jangan penggal kepalanya!" Teriak Jo. "Itu hanya akan membuat mereka semakin kesal."

Kulirik Sebastian yang sedang terpojok dan Max yang kewalahan menghadapi dua cerberus sekaligus. Perhatianku yang teralihkan berhasil membuat cerberus melukaiku. Bahuku tercabik oleh cakaran dalam cerberus. Darah membanjiri pakaianku.

"Venus!" Sebastian berteriak saat melihatku terluka.

Napasku mulai terengah-engah. Aku harap tidak pingsan karena kehilangan banyak darah. Tidak, aku tidak boleh pingsan, mereka membutuhkanku. Kulihat mereka yang sama terpojoknya denganku, terutama Max yang kini mulai kehabisan tenaga. Dari tempatku beridir, kulihat cerberus itu berhasil mendapatinya.

"Max!" Teriakku.

Dua cerberus itu akhirnya berhasil merubuhkan Max dan mulai menyerangnya. Sebastian da Jo tidak bisa membantunya, sedangkan mereka sendiri tengah dipojokkan oleh cerberus lainnya. Dengan sekuat tenagaku, kuhantam cerberus dengan tubuhku dan berhasil membuka jalan menuju Max.

Dengan penuh emosi yang meluap-luap, kuserang makhluk itu dengan pedang berapi yang berada di tanganku. Tunggu? Bagaimana sebuah pedang tiba-tiba muncul di genggamanku. Pedang itu bahkan mengeluarkan api yang anehnya tidak membuatku terluka akibat panasnya.

Menyampingkan rasa penasaranku, kuserang para cerberus itu dan berhasil membunuh salah satunya. Benar-benar aneh, rasanya kekuatanku bertambah puluhan kali lipat saat pedang ini muncul. Ceberus lainnya mulai ketakutan saat melihat temannya yang terbunuh dan menjadi abu. Mereka akhirnya berhasil kupukul mundur. Bersamaan dengan itu, pedang berapi menghilang dari tanganku.

Kulirik Jo dan Sebastian bergantian. Mereka sama terkejutnya denganku. Cepat-cepat, kubantu Max yang terkulai di bawah. Dia tidak sadarkan diri, sedangkan luka memenuhi tubuhnya. Sebastian menghampiri kami dan membantuku menopangnya.

"Jo, bantu Sebastian menopang Max. Aku harus memeriksa Sera," kataku yang kemudian berlari masuk menyusul Sera.

Saat aku kembali, tidak kutemukan Sera dan Hades di mana-mana. Begitu juga para Titan yang tidak berada di sel mereka. Aku berlari menelusuri lorong untuk mencarinya dan mendapati Sera yang terbaring di bawah tidak sadarkan diri.

Hal pertama yang kuperiksa adalah nadinya, untung aku masih bisa mendengar detaknya. "Sera, Sera." Kugoyang-goyangkan tubuhnya.

Dia kembali sadar dengan wajah penuh penyesalan saat melihatku. "Maafkan aku," katanya. "Hades berhasil membebaskan para Titan."

Lucifer The LightbringerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang