LUCIFER'S POV
Nyanyian-nyanyian indah di surga adalah suara yang diberkati. Doa-doa manusia yang terdengar selalu menjadi kesukaan ayahku. Michael selalu bercerita mengenai Bumi yang dipenuhi manusia. Aku selalu pergi setiap dia memulainya. Bukannya aku tidak mau mendengarkan, tapi aku sudah bosan mendengarnya.
Semua ingatan mengenai surga, hampir semuanya tidak pernah bisa aku lupakan. Aku dikirim ke neraka karena ingin turun ke Bumi untuk melukai manusia. Ayah sangat marah jika aku berani menyentuh ciptaan hebatnya. Sekarang, aku mengerti kenapa ayah begitu protektif terhadap his tiny little creatures.
Manusia benar-benar primitif, egois, dan lemah aku kira pada awalnya, yang tenyata adalah makhluk yang rapuh—dalam artian yang baik—penuh emosi yang tidak bisa dipahami, dan begitu menawan seperti Venus.
Udara di sekitar menggelitikku. Menyadarkanku bahwa aku sedang terjebak dalam hutan luas tanpa kekuatanku.
"Kau akan terjebak di sini untuk selamanya. Semua yang kau kenal di Bumi akan mati, termasuk gadis hunter itu," kata Pazuzu sebelum dia pergi.
Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Tapi aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Venus. Aku rela mempertaruhkan semuanya untuk menjaga Venus. Jadi kucoba untuk berlutut, mengepalkan tangan dan mulai berdoa.
"Lucifer!" Suara Raphael membuatku lega. "Oh, tidak! Kau terjebak dalam Pandora."
"Jelaskan padaku kenapa dia bisa mendapatkan Pandora? Dan bagaimana Pandora bisa membuatku jadi tidak berdaya?" Aku menuntut jawaban.
"Aku tidak tahu bagaimana demon itu bisa mendapatkan Pandora. Semua yang melewati pintu surga pasti akan diperiksa dan para malaikat tidak mungkin membiarkan demon masuk ke dalam surga."
Jawaban Raphael memang benar. Menjelaskan semua ini adalah hal yang aneh jika demon bisa mendapatkan Pandora yang berada di surga. "Lalu bagaimana dengan kekuatanku?" tanyaku lagi.
"Aku tidak begitu tahu mengenai hal itu. Aku hanya tahu bahwa Pandora hanya akan berefek padamu."
Suara lain muncul dari belakangku. "Lucifer! Ya, ampun! Bagaimana bisa kau terjebak di sini?" Suara yang selalu terdengar seperti seorang ibu itu adalah yang paling aku rindukan.
"Jophiel," kataku sambil berbalik dan mendapati Jophiel yang setengah kesal dan khawatir.
Aku merentangkan tangan untuk memeluknya, tapi Jophiel berhenti di depanku sambil bertolak pinggang. "Bagaimana kau bisa begitu santai sedangkan kau sedang dikurung di tempat yang lebih buruk dari neraka?"
"Hey, neraka lebih buruk dari di sini, aku yakinkan itu." Kukoreksi perkataan Jophiel.
"Kenapa begitu?" tanyanya.
Aku terdiam.
Jophiel seolah mengerti raut wajahku. "Oh, pasti karena gadis itu," katanya. "Kau punya selera bagus untuk seorang brandalan sepertimu."
"Whoaa, dari mana kau belajar bahasa seperti itu?" Raphael memprotes Jophiel.
"Apa? Brandalan? Aku belajar banyak dari manusia di sini. Bagaimana denganmu, brother? You enjoy Earth like I do?"
"Of course I am. Kau kira siapa yang mengajakmu untuk turun ke Bumi? Me, remember that?"
Raphael dan Jophiel mulai adu mulut. Seharusnya mereka mengkhawatirkanku daripada bertengkar dengan pembicaraan yang tidak berguna.
"Guys! Kalian seharusnya membantuku untuk keluar dari sini," teriakku pada mereka berdua.
Raphael dan Jophiel akhirnya mulai menoleh ke arahku. Mereka memang terlihat kekanak-kanakan kadang.
"We can't," kata Jophiel padaku.
"Apa maksudnya?" tanyaku.
"Kita tidak bisa megeluarkanmu dari sini. Kami tidak tahu apa-apa mengenai Pandora. Kau yang diciptakan lebih dulu sebelum kami."
Aku menerka-nerka. Pandora telah ada sebelum diriku. Dan Pandora bukanlah ciptaan pertama yang ayahku buat. Yang berarti, Michael mengetahui tentang Pandora.
"Michael, dia pasti tahu mengenai Pandora. Kalian harus menanyakannya pada Michael."
"Bukankah Michael berada di Bumi? Dia diutus ayah untuk membujukmu kembali, kan? Dan dia belum kembali ke surga sejak itu," kata Raphael.
"Dia tidak pernah kembali?" tanyaku sedikit bingung. "Kalau begitu kau harus mencari Camael, dia pasti tahu sesuatu."
"Camael? Apa hubungannya dengan Camael?" tanya Jophiel penasaran.
"Ayah mengirimkan Camael juga untuk membujukku kembali ke neraka."
Raphael dan Jophiel saling bertatapan. Mereka seperti mengisyaratkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. "Ayah tidak pernah mengirimkan Camael untuk membujukmu," ujar Jophiel kemudian.
Perkataannya menjelaskan kenapa Pandora bisa menghilang begitu saja dari surga tanpa diketahui. Seseorang yang tidak dicuragai telah mengambilnya. Seseorang yang bisa masuk dan keluar surga tanpa dicurigai.
"Sial! Dasar Camael sialan!" makiku. "Camael merencanakan ini."
"Apa yang dia inginkan?" Pertanyaan Jophiel yang satu ini tidak bisa aku jawab.
Aku menggeleng. "Aku tidak tahu. Sebaiknya kalian mencari Camael. Dan Raphael," kumenoleh ke arahnya. "Pastikan Venus baik-baik saja."
Rapahel mengangguk dan bersama Jophiel mereka berdua menghilang dari hadapanku.
Banyak pertanyaan yang membuatku semakin penasaran. Bagaimana Pandora bisa berefek hanya padaku saja? Apa yang diinginkan Camael? Dan perkataan dari diriku sendiri di dunia yang berbeda mengenai Pandora adalah darkness.
Aku benci menjadi tidak berdaya dan tidak bisa melakukan apa-apa. Pada kenyataannya aku benci menjadi lemah.
—————
Heyyo, guys! Banyak yg gak sabar dengan lanjutan cerita ini ya? Aku seneng bgt dengan antusias kalian.
Btw, maaf bgt chapter ini sedikit bgt. Lebih sedikit dari yg sebelumnya. Bikin part Lucifer agak susah, jadinya agak sedikit.
Tapi jgn sedih, habis ini aku bakal update satu chapter lagi. Hanya untuk kalian :))
Thanks,
B.K
![](https://img.wattpad.com/cover/142825856-288-k234174.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucifer The Lightbringer
FantasySpin-off Seraphim and the Nephalem "I'm Lucifer, The Lord of Hell." "I know." Venus Morningstar tidak mengira akan bertemu dengan pria bernama Lucifer. Bahkan pria itu tidak memiliki nama belakang. Venus mengira, dia adalah pria setengah gila yang p...