LUCIFER'S POV
Aku tahu, Venus keluar dengan kesal. Aku memang tidak melihat ekspresinya, tapi dari suaranya aku bisa mendengar itu. Camael memancingku untuk mengatakan hal semacam itu. Aku tahu. Dan aku memakan umpannya.
"Aku heran, kenapa manusia kadang menyama-nyamakan dirimu dengan diriku. Padahal kita berbeda sangat jauh. Setidaknya, Michael lebih memilihku dibandingkan dirimu." Aku berusaha membuat Camael kesal.
"Michael hanya kasihan padamu. Dia hanya takut bahwa kau akan terjerumus lebih dalam dari yang dia duga."
Aku terkekeh. "Kasihan? Seharusnya kau mengasihani dirimu sendiri, Camael. Coba lihat, apa yang Ayah perintahkan untukmu? Dia memintamu untuk membawaku pulang. Padahal Ayah tahu aku tidak akan pulang, bahkan Michael yang memintaku untuk pulang, aku tidak hiraukan."
Sekarang, ekspresi Camael jadi bingung. "Apa maksudmu?" tanyanya.
"Maksudku adalah, Ayah ingin kau keluar dari surga dan hidup di Bumi."
Camael menggeleng. "Tidak! Kau pasti telah meracuniku dengan kata-katamu."
Aku tertawa sekarang. "Kau tahu kan, malaikat tidak akan bisa kembali ke surga jika belum menyelesaikan tugasnya. Sekarang, kau terjebak bersamaku di Bumi, saudaraku."
"Tidak! Aku akan melakukan apapun agar kau bisa kembali ke neraka." Camael meninggikan suaranya.
Aku hanya tersenyum. Karena aku tahu, apapun yang dia lakukan, apapun yang dia tawarkan, aku tidak akan pernah kembali ke atas sana. "Pergilah, sebelum aku kehilangan kesabaran." Mata merahku menatap Camael dengan tajam.
Tentu saja hal itu tidak membuatnya takut sedikitpun. Dia tahu bagaimana sikapku, bagaimana saat aku marah. Dia salah satu saudaraku yang memiliki umur yang sama. Karena itu, orang-orang sering menganggap kami sama. Padahal, kami sangat berbeda. Walaupun, nama malaikatku sama seperti nama Camael.
Camael menundukkan kepalanya sambil menghembuskan napas panjang. "Aku akan kembali lagi," ujarnya.
"Tidak perlu repot-repot. Kau akan tahu jawabannya." Dan Camael menghilang dari hadapanku.
Sekarang, aku memikirkan Venus. Dia terlihat sangat kesal, tapi dia juga terlihat sedih. Dengan cepat, aku pergi menuju ke tempat Venus dengan sayapku. Aku sudah mengetahui letak rumahnya. Lebih baik lagi, aku sudah mengenal dirinya sedikit. Dengan mencari informasi dari tempat kepolisian. Tentu saja dengan mempengaruhi penjaga di sana.
Aku berdiri di pojok kamar Venus dengan menggunakan kekuatanku agar tidak terlihat oleh manusia. Dia tidak ada di sana. Sesaat kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Venus hanya mengenakan sehelai handuk di tubuhnya. Tentu aku sudah sering melihat wanita tanpa busana. Tapi untuk kali ini, aku menghormatinya.
Aku pergi keluar kamarnya. Menunggu beberapa menit untuknya mengenakan pakaian. Setelah itu aku kembali lagi dan melihat Venus sedang duduk di tengah-tengah ranjang sambil menangis. Aku tidak tahu apa yang ditangisinya.
Saat ini, melihat Venus menangis, aku sangat ingin memeluknya. Menyandarkan kepalanya di dadaku dan mengusap kepalanya. Menangkannya dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Walaupun, aku juga tidak tahu apa yang dia sedang tangisi.
Camael telah memainkan takdir Venus. Dia membuatnya mendapatkan sesuatu yang sangat dia inginkan, tapi selalu berakhir dengan menemuiku. Apakah Venus memang terikat denganku? Aku bahkan tidak sadar sama sekali sampai aku mencium Venus. Ciuman yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Berbeda dari ciuman yang aku dapatkan dari gadis-gadis yang datang ke pestaku.
Kenapa? Kenapa Venus begitu unik untukku? Apakah semua ini adalah rencana Ayahku? Membuatku tertarik padanya, kemudian membuatku sakit hati?
Aku melirik ke arah Venus lagi yang sedang membaringkan tubuhnya di ranjang. Kemudian memejamkan matanya dengan air mata yang masih membasahi pipi. Dan kini mengalir ke bawah menuju bantal yang di kenakanannya.
Saat aku baru saja akan menghapus air matanya, Venus membuka matanya seketika. Mata Venus menangkap mataku dan saling memandangi satu sama lain.
Aku tidak bergerak sedikitpun. Tidak tahu apakah dia menyadari kehadiranku. Tapi kemudian, dia memejamkan matanya lagi dan membalikkan tubuhnya ke sisi lain.
Jantungku rasanya sudah terlepas dari tubuhku. Aku tidak tahu perasaan apa ini. Yang aku tahu, saat jantungku berdegup sangat kencang adalah saat aku marah. Namun, perasaan ini sangat berbeda. Berbeda saat jantungku berdegup dengan kencang karena amarah yang membara.Aku akhirnya kembali ke apartemenku. Duduk di sofa sambil mendengarkan alunan musik yang menenangkan telingaku. "Venus, tidak ingin bertemu denganku lagi," aku bergumam. "Kalau begitu, aku akan membuatnya menemuiku dan mencariku."
***
"Tolong, maafkan aku." Pria itu memohon padaku. Wajahnya dipenuhi darah dari dahi hingga ke dagunya.
Pria itu berlutut di bawah, memohon apapun yang bisa membuatnya tetap hidup. Aku mengitarinya, menimbang-nimbang apakah aku akan melepaskannya atau membunuhnya.
"Well, tell about this picture." Aku menunjukkan foto wanita vampir yang aku ambil dari Venus secara diam-diam.
"I'll tell you everything. Please, just don't kill me."
"Speak!"
"Wanita itu adalah anakku. Aku kalah taruhan beberapa tahun lalu. Lalu, pria ini, aku tidak begitu ingat—"
Aku mencekik leher pria itu.
"Wait! Sønra Sinclair, itu namanya."
Aku menatap matanya dan tahu bahwa dia tidak berbohong."Aku memberikan anakku padanya sebagai jaminan. Tapi ternyata dia bukan hanya menjadikannya sebagai jaminan. Dia merubah anak gadisku menjadi monster." Ada kengerian dari ekspresinya.
"Vampir, dia merubah anakmu menjadi vampir."
Pria itu menatapku bingung. "Apa? Kau mau mengatakan padaku bahwa hal semacam itu ada di dunia nyata." Dia tekekeh.
Aku hanya bisa tersenyum padanya. Merasa kasihan padanya karena pikiran yang tertutup pada hal-hal semacam itu. "Ya, kau tidak akan tahu jika kau berpikir begitu."
"Apa maksudmu? Kau percaya pada dongeng-dongeng bodoh semacam itu. Hal itu hanya untuk menakuti anak-anak kecil agar mereka patuh pada orang tua mereka. Seperti monster di bawah ranjang atau di dalam lemari." Pria itu tertawa lagi.
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, aku meninggalkannya. Tapi, sesaat sebelum itu, aku tunjukkan padanya bagaimana dunia yang sebenarnya. Aku tunjukkan mata merah khas milikku sambil menatapnya tajam. Ekspresinya terkejut bukan main dan aku pergi keluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/142825856-288-k234174.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucifer The Lightbringer
FantasySpin-off Seraphim and the Nephalem "I'm Lucifer, The Lord of Hell." "I know." Venus Morningstar tidak mengira akan bertemu dengan pria bernama Lucifer. Bahkan pria itu tidak memiliki nama belakang. Venus mengira, dia adalah pria setengah gila yang p...