VENUS'S POV
Aku terbangun pukul enam pagi. Hal yang sangat aneh adalah, aku tidak mendengar suara tangisan Jazmyne. Apakah Lucifer yang menidurkan Jazmyne saat dia menangis sehingga aku tidak mendengarnya? Atau aku terlalu lelah dengan semua kejadian kemarin?
Aku melihat Jazmyne masih tertidur. Cepat-cepat aku bangkit dan mencari Lucifer yang sudah tidak ada di sampingku saat aku terbangun. Saat aku menuruni tangga, lantai bawah sudah bersih seperti semula. Bahkan seperti tidak terjadi apa-apa. Apakah kejadian semalam hanya mimpi? Tapi aku rasa tidak.
Aku berjalan menuju dapur dan tidak menemukan Lucifer. "Kemana perginya pria itu?" tanyaku.
Sambil menguap aku menelusuri apartemen. Sampai ponselku berbunyi dan mengejutkanku. Aku menatap layarnya yang menunjukkan nama Sebastian.
"Ada apa, Seb?" tanyaku.
"Aku ingin kau mencari seseorang. Menurut kabar yang aku dengar dari para makhluk supernatural, Lucifer ada di New York. Aku ingin kau mencarinya dan hubungi aku jika kau berhasil menemukannya." Sebastian langsung menutup sambungan teleponnya.
Suaranya terdengar terburu-buru. Jelas, aku sedikit terkejut saat Sebastian menyinggung nama Lucifer. Aku kira, dia tahu mengenai hubunganku dengan Lucifer.
Hubungan? Aku jadi tertawa sendiri memikirkan kata itu. Aku tidak mengerti hubungan apa yang aku dan Lucifer jalani. Teman? Tidak juga. Pacar? Pertanyaan macan apa itu? Aku dan Lucifer hanya bertemu secara kebetulan. Dan dia juga kebetulan tertarik denganku. Yang mungkin, itu bisa saja gadis lain.
Aku melirik jam saat menunjukkan pukul delapan pagi. Aku telah kembali menuju rumahku bersama Jazmyne. Walaupun, aku tidak menemukan Lucifer saat itu, aku meninggalkan apartemen tanpa berpamitan. Lagipula, aku tidak tahu ke mana perginya pria itu.
Dan sekarang, Sebastian menyuruhku untuk mencarinya, di mana aku bahkan sudah menemukan apartemen tempat tinggalnya. Tapi, aku akan menemuinya nanti. Ada pekerjaan yang menungguku.
Aku harus bekerja di toko Pizza. Sudah lama sekali aku tidak bekerja paruh waktu di sana. Mengingat, aku seharusnya bekerja paruh waktu di sana beberapa hari yang lalu saat aku menghilang. Queen pasti menggantikanku mengerjakan semua tugasku seperti biasanya jika aku tidak masuk. Dia benar-benar teman yang harus kujaga.
Sambil membawa Jazmyne, aku pergi menggunakan mobil menuju toko Pizza. Biasanya, aku akan berjalan kaki atau menaiki angkutan umum untuk pergi ke sana. Tapi, berhubung aku bersama Jazmyne, ditambah anak ini cukup berat saat digendong, aku lebih memilih mengendarai mobil ke restoran pizza.
Dugaanku benar, Queen sedang menjadi pelayan rangkap. Dia menjadi pramusaji dan kasir. Aku segera mengenakan seragamku dan menggantikan Queen sebagai kasir saat dia masih membersihkan meja.
"Selamat datang di Pizza House's, pizza apa yang ingin anda pesan?" tanyaku pada pelanggan yang baru saja masuk.
Setelah melayani beberapa pelanggan dan Queen menyelesaikan bersih-bersih meja, aku menghampiri Queen untuk bertukar pos jaga. "Terima kasih karena sudah mengerjakan tugasku, sekarang kita harus bertukar," kataku pada Queen.
Queen menggeleng. "Tidak apa, kau bisa menjaga kasir hari ini. Lagipula, coba lihat Si Kecil ini. Siapa namanya?" Queen menoleh pada Jazmyne yang aku letakkan di belakang kasir bersama troli bayinya.
"Namanya Jazmyne," jawabku sambil tersenyum pada Queen. "Dia sepupuku. Orang tuanya sedang pergi ke luar kota. Jadi dia dititipkan padaku."
"Kenapa kau tidak libur saja? Jazmyne pasti lebih suka di rumah, kan?"
"Tidak apa. Lagipula, kau terlalu sering menggantikanku. Aku selalu merepotkanmu." Aku menoleh ke arah Jazmyne yang sepertinya membutuhkan susu paginya.
Aku mengambil susu di bawah troli yang sudah aku siapkan sebelum berangkat kerja. Kemudian memberikannya pada Jazmyne dan membiarkan bayi itu meminumnya dengan lahap.
"Hey, kalian berdua! Kalian tidak dibayar untuk berbicara. Cepat bersihkan ini dan aku mau memesan lima pizza lagi." Seorang pria tinggi, kurus, dan berkaca mata mengomel padaku dan Queen.
Akhirnya, kami kembali pada pekerjaan masing-masing. Tentu saja aku berada di belakang kasir. Queen mengambil tumpukan loyang dari meja si pria berkaca mata yang marah-marah. Jika dilihat dari ukuran tubuh si pria berkaca mata itu, dia tidak terlihat seperti orang yang suka makan. Tapi sekarang, dia justru memesan banyak sekali pizza dan dimakan dalan waktu yang singkat.
Queen kembali dengan lima tumpuk pizza dan meletakkannya pada meja si pria berkaca mata. Kemudian, pria itu menyambarnya dengan sangat cepat. Suara tangisan Jazmyne mengejutkanku. Susu yang baru aku berikan padanya sudah habis dalam seketika. Aku jadi heran, kenapa anak ini jadi cepat sekali menghabiskan susunya?
Aku memberikan susu kedua saat si pria berkaca mata itu kembali memesan lima loyang pizza lagi. Pria ini benar-benar kelaparan atau memang dia rakus? Aku tidak tahu jawabannya.
Jazmyne menangis lagi dan mendapati susunya yang sudah habis juga. Aku tidak punya cadangan susu lagi sedangkan Jazmyne terus-menerus menangis. Queen dengan begitu baiknya menyuruhku pulang lebih awal untuk memberikan Jazmyne susunya. Sedangkan dia akan mengurus sisanya. Aku beanr-benar berterima kasih padanya. Padahal, si pria berkaca mata itu benar-benar membuat repot.
Dengan cepat, aku melesat menuju rumah dan membuatkan Jazmyne susu lagi. Sudah lima botol susu habis dengan sangat cepat dan Jazmyne masih saja menangis. Suara ponselku menambah kepusingan kepalaku. Aku melirik nama yang terpajang, Sebastian.
"Ya," kataku.
"Apa kau sudah menemukannya?" tanya Sebastian dengan suara yang begitu khawatir.
"Belum. Tidak bisakah kau mencarinya sendiri? Aku sedang sibuk dengan Jazmyne yang terus-terusan meminta susunya," keluhku.
Sebastian diam seketika. "Sudah berapa susu yang Jazmyne minum pagi ini?" tanyanya tiba-tiba. Seolah tahu bahwa Jazmyne sudah meminum lebih dari dua botol.
"Lima," jawabku.
"Kau harus segera mencari Lucifer. Dia penyebab semua ini," ujarnya.
Aku jadi bingung. Apa hubungannya Lucifer dengan Jazmyne yang meminta susu? "Maksudmu apa?" tanyaku penasaran.
"Aku sedang di Kansas sekarang. Setengah kota terkena penyakit wabah yang sama. Sekarang, di tempatmu, Jazmyne terlihat kelaparan padahal sudah meminum 5 susu pagi ini. Semua itu karena Lucifer," jelas Sebastian.
"Aku masih tidak mengerti," kataku.
"The four horsemen. Mereka muncul bersamaan saat apocalypse. Turunnya Lucifer ke Bumi menandakan datangnya apocalypse."
Aku tidak tahu harus berkata apa. Apa benar turunnya Lucifer ke Bumi mendatangkan bencana? Memunculkan the horsemen? Tapi pria kurus berkaca mata yang memesan banyak pizza juga menunjukkan bahwa ada hal aneh yang terjadi di kota ini.
Aku jadi mulai berpikir. Jika manusia saja bisa kelaparan seperti itu, bagaimana dengan para makhluk supernatural? Mereka pasti akan lebih brutal saat kelaparan. Dan jika itu terjadi, malam ini akan menjadi malam yang buruk. Mereka akan keluar dan berburu manusia. Tidak terkecuali mereka yang tidak memangsa manusia. Karena rasa lapar ini bukan hal yang wajar. Mereka pasti akan memakan apapun yang bisa membuat mereka kenyang. Bagaimana jika mereka tidak kenyang juga? Malam ini bisa jadi mimpi buruk.
"Aku akan menemuinya sekarang," kataku sebelum menutup telepon.
Tanpa pikir panjang, aku membawa Jazmyne menuju apartemen Lucifer. Sepanjang perjalanan, anak itu terus menangis karena aku tidak membuatkan susu lagi untuknya. Karena, dia sudah cukup mendapatkan susu pagi ini dan tidak baik jika berlebihan. Walau bagaimanapun, Jazmyne masih bayi dan tidak bisa minum susu berlebihan.
Saat pintu lift terbuka di lantai apartemen Lucifer, aku tidak melihat ada siapapun di tempat ini. Aku mulai berkeliling hingga ke lantai atas dan tetap tidak menemukan Lucifer di manapun.
"Apakah semua ini benar-benar ulahnya? Dan dia pergi meninggalkan kota?" pertanyaan yang tidak bisa aku cari jawabannya sendiri itu muncul dalam benakku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lucifer The Lightbringer
FantasySpin-off Seraphim and the Nephalem "I'm Lucifer, The Lord of Hell." "I know." Venus Morningstar tidak mengira akan bertemu dengan pria bernama Lucifer. Bahkan pria itu tidak memiliki nama belakang. Venus mengira, dia adalah pria setengah gila yang p...