Aku tahu bahwa aku mencium Lucifer yang berbeda. Tapi, walau begitu, rasanya hampir sama. Apakah karena mereka sama-sama seorang Lucifer dengan wajah yang sangat mirip. Seolah, Lucifer adalah seseorang yang kembar. Lagi-lagi, aku tahu mereka berbeda. Lucifer di sini, tidak mengenalku.
Entah apa yang aku pikirkan, tapi hanya itu yang muncul di otakku. Aku melihat kobaran api di mata Lucifer yang seolah kekuatannya kembali.
Saat aku melepaskan ciuman itu, Lucifer langsung mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengirim demon itu kembali ke neraka. Setidaknya, itu yang aku pikirkan, walaupun aku tidak benar-benar tahu apa yang terjadi pada demon itu saat aku melihatnya terbakar dan menghilang.Lucifer beralih padaku. Matanya seolah mengisyaratkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak akan bisa aku jawab. Dia kemudian menghampiriku, menggapai tanganku dan meraba cincin yang menghiasi jariku. "Dari mana kau dapatkan ini?" tanyanya.
"Ibuku yang memberikan ini," jawabku.
Lucifer masih merabanya, kemudian menatap mataku. "Cincin ini, adalah Cincin Pandora. Hanya ada dua di dunia ini. Satu cincin pandora saat ini telah diambil kembali oleh Ayahku. Dan cincin yang kedua, telah mati bersama pemiliknya."
Aku tidak mengerti perkataan Lucifer, tapi aku terus mendengarkannya.
"Aku yakin, Ayahku tidak akan memberikan cincin yang ada padanya kepada orang lain. Yang berarti, kau adalah manusia yang seharusnya mati karena cincin itu."
Aku sudah tidak tahan lagi. Aku tidak tahan untuk tidak mengeluarkan hujanan pertanyaan. "Mati? Karena cincin ini? Kenapa?" tanyaku penasaran.
Lucifer menghela napas panjang. Dia seolah tidak mau menceritakan mengenai hal itu. Seperti luka lama yang diungkit kembali, dan hanya menyisakan rasa sakit yang tidak berdarah.
"Aku yang membunuhnya. Aku yang membunuh gadis pembawa cincin itu."
Perkataan Lucifer begitu jelas sampai-sampai aku tidak terkejut sama sekali. "Kalau begitu, kau bisa membunuhku lagi sekarang." Perkataan itu yang justru keluar dari mulutku.
"Kau tidak mengerti, ya? Aku membunuh gadis itu bukan karena diriku. Tapi karena permintaannya sendiri. Dan sekarang, aku tidak akan mengulangi kesalahanku."
Aku tidak menduganya sama sekali. Lucifer mengatakannya dengan sangat menyesal. Aku mendengar nada penyesalannya saat dia berbicara. Sepeti sesuatu yang dia harap bisa diulangi. Namun, tidak akan melakukan hal yang sama.
"Lagipula, kau mengatakan bahwa kau bukan berasal dari tempat ini. Aku hanya berharap, Lucifer ditempatmu tidak melakukan kesalahan sepertiku."
Setelah percakapan yang cukup intens itu, kami menyusul Aileen. Sayangnya, Detektif Elswood sudah memeganginya lagi. Bodohnya aku, lupa mengenai si brengsek itu.
Detektif Elswood menyeringai. "Aku akan tetap membunuhnya," katanya.
Pisau sudah berada di tenggorokan Aileen. Namun dia masih bersikap tenang walaupun nyawanya tengah terancam. Aileen mempercayaiku, aku bisa melihat ekspresinya. Dan tentu saja aku tidak akan mengecewakan Aileen.
"Biar aku saja," sela Lucifer.
Tapi aku memintanya untuk mundur dan membiarkanku yang menyelesaikan masalah ini. "Aku tahu yang kau rasakan saat ini nyata. Tapi tidak ada gunanya jika—" Perkataanku terputus saat Lucifer dengan mudahnya menjauhkan Aileen dari Detektif Elswood dan berhadapan langsung dengannya.
"Kau ingin rasa sakit yang seperti apa?" tanyanya dengan nada yang seolah menyenangkan. "Tunggu, aku tahu. Rasa sakit perlahan-lahan adalah yang paling menyakitkan," tambahnya saat Detektif Elswood belum sempat menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucifer The Lightbringer
FantasySpin-off Seraphim and the Nephalem "I'm Lucifer, The Lord of Hell." "I know." Venus Morningstar tidak mengira akan bertemu dengan pria bernama Lucifer. Bahkan pria itu tidak memiliki nama belakang. Venus mengira, dia adalah pria setengah gila yang p...