"Maafkan aku karena membangunkanmu," kataku sambil menyiapkan sarapan pagi.
Karl tersenyum padaku. "Aku justru khawatir padamu. Belakangan ini kau sering bermimpi buruk."
Aku menuangkan susu di gelas. "Aku juga tidak tahu," jawabku ragu.
Karl kemudian melirik jam tangannya. "Aku harus pergi, ada kasus yang menungguku." Dia kemudian bangkit dari kursinya.
"Setidaknya minum susumu dulu," pintaku.
"Aku bukan anak kecil lagi," kata Karl. Tapi dia meneguk susunya sampai habis. Kemudian mencium kepalaku. "Sampai jumpa nanti malam."
Karl Elswood adalah seorang Detektif di kepolisian NYPD. Aku tidak ingat bagaimana aku bisa bertemu dengannya dan sampai sekarang kami tinggal satu rumah. Dia bilang, akan melamarku secepatnya. Aku berharap begitu, tapi entah mengapa aku tidak terlalu bersemangat.
Aku melirik jam, dan baru sadar bahwa aku sudah telat untuk pergi bekerja juga. Aku bekerja di kantor perusahaan pembuatan majalah. Bagianku adalah editing. Sebenarnya, ini seperti pekerjaan sementara sebelum aku mendapatkan pekerjaan impianku, menjadi seorang sutradara. Ya, setidaknya aku bisa memiliki pengalaman.
"Hey, Kelley," sapaku pada teman kerjaku.
"Morning, Morningstar," sapa Kelley balik. "Apa aku harus mengucapkan morning dua kali untuk menyapamu setiap hari?" tanyanya sambil tersenyum.
Kelley memang sering menggodaku. "Kau hanya memanggil nama belakangku saat menyapa pagi hari." Aku tersenyum padanya.
"Omong-omong, bagaimana hubunganmu dengan si Detektif tampan?" tanyanya.
Aku meletakkan tas di atas meja kerja dan menoleh ke arah Kelley bingung. "Memangnya ada apa?" tanyaku balik.
"Oh, jadi kau sudah melupakan pertengkaran hebatmu itu." Kelley duduk di kursinya sambil memainkan pensil.
Aku menggeleng. Benar-benar tidak ingat mengenai pertengkaranku dengan Karl. "Aku tidak ingat sama sekali," kataku.
"Baiklah, lupakan saja. Yang penting, kalian sudah kembali seperti semula." Kelley beralih pada komputer di atas meja kerjanya.
Sepanjang hari, aku terus memikirkan perkataan Kelley. Aku tidak ingat sama sekali pernah bertengkar dengan Karl. Sebenarnya, aku tidak ingat sejak kapan aku berkencan dan satu rumah dengannya juga.
"Venus, aku mau makan siang di tempat pizza kesukaanku. Kau mau ikut?" tanyanya.
Aku melirik jam tangan. "Ya," jawabku sambil bangkit dan menyambar tas.
Sebenarnya, aku sedikit bingung hari ini. Aku tidak ingat kejadian kemarin, dan kemarinnya lagi. Seolah-olah, aku baru saja bangun dari tidurku yang panjang.
"Hey!" Kelley membuyarkan lamunanku. "Baiklah, aku yang pesan."
Aku mengangguk dan membiarkan Kelley memesan sedangkan aku mencari tempat duduk. Seorang pelayan sedang membersihkan meja saat aku menghampirinya.
"Terima kasih, Queen," kataku.
Gadis pelayan itu tersenyum ragu. Aku juga bingung, kenapa aku bisa tahu namanya sebelum aku melirik tanda pengenalnya. Dan saat aku melirik tanda pengenalnya, namanya adalah Queen. Seolah-olah aku dan gadis itu sudah pernah kenal sebelumnya. Padahal, ini pertama kalinya aku datang ke tempat ini.
Aku mulai duduk. Menatap jendela luar yang kemudian Kelley datang dengan dua gelas minuman. "Pizzanya akan diantar," katanya sambil duduk.
Kelley kemudian melihat ekspresiku yang cukup aneh. "Ada apa? Kau bertingkah aneh sepanjang hari ini?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucifer The Lightbringer
FantasySpin-off Seraphim and the Nephalem "I'm Lucifer, The Lord of Hell." "I know." Venus Morningstar tidak mengira akan bertemu dengan pria bernama Lucifer. Bahkan pria itu tidak memiliki nama belakang. Venus mengira, dia adalah pria setengah gila yang p...