48. LET'S GET SOME TROUBLE

6.5K 768 23
                                    

Sudah satu minggu sejak kami berhasil menangkap semua dosa kembali dalam kotak Pandora. Kami berhasil menemukan Iri dan Kemalasan di sekolah lain, mereka pergi dari satu sekolah, ke sekolah lainnya. Untungnya, kami cepat menemukan mereka sebelum sempat menghilang lagi.

Aku berharap Lucifer kembali. Semua dosa sudah kembali ke kotak Pandora, yang berarti Lucifer juga sudah kembali seperti semula. Bukankah itu tujuannya? Bukankah memang seharusnya begitu? Namun, Lucifer tidak kunjung muncul. Aku berkali-kali menyebutkan namanya dalam doaku, tapi dia tidak muncul juga.

Sera kembali ke kehidupannya, berburu bersama Jo dan Xander. Max dan Sebastian juga begitu, mereka kembali berburu. Setelah Max menceritakan kejadian mengenai Lucifer waktu itu pada Sebastian, dia bersumpah akan memburunya jika hal itu terjadi lagi. Kubiarkan dia berkata seperti itu, tapi tentu saja tidak akan kubiarkan Sebastian melakukannya.

Hal yang paling tidak kuduga adalah Dad yang tinggal untuk menemaniku, setidaknya, untuk beberapa hari, katanya. Aku menghabiskan banyak waktu bersamanya beberapa hari ini. Lebih seperti ayah dan anak, dalam artian yang normal, bahkan aku tidak ingat kapan terakhir kali kata normal berlaku untukku.

Aku duduk di sofa, menonton acara televisi, padahal pikiranku sedang menjelajah entah ke mana. Dad memanggilku, namun tidak kuhiraukan, hingga dia menyadari bahwa aku sedang melamun.

"Venus," ujarnya sambil duduk di sampingku. "Ceritakan padaku."

Aku menoleh padanya, sambil bergumam. Tidak mengerti apa yang dimaksudkannya.

"Ibumu pernah seperti ini saat aku memberitahunya bahwa kami akan memiliki anak. Jadi, katakan padaku apa yang mengganggu pikiranmu."

Kugigit bibir bawahku, menimbang-nimbang untuk menceritakannya atau tidak. Hingga akhirnya kupilih untuk menceritakannya. "Lucifer, aku memikirkan tentang dia. Kita sudah mengembalikan semua dosa ke kotak Pandora, namun dia tidak muncul untuk menemuiku."

Dad menatapku sambil tersenyum. "Oke, aku anggap ini sebagai kisah cinta normal pada umumnya."

"Dad," protesku.

"Baiklah-baiklah. Begini, mungkin dia hanya butuh waktu. Dia akan menemuimu jika dia memang menyukaimu." Dad kemudian menunduk sambil tertawa, seolah dia sedang mengenang sesuatu.

"Kenapa kau tertawa?" tanyaku.

"Kau mengingatkanku akan Ibumu. Dulu, dia juga seorang hunter, dia bahkan lebih handal daripada diriku saat itu." Dad mulai bercerita.

Aku tidak pernah tahu bahwa Mom adalah seorang hunter juga, karena aku tidak begitu mengenal keluarga Mom. Sedangkan Dad, turun-temurun menjadi hunter telah ada dalam keluarganya. Kubiarkan Dad bercerita lagi sedangkan aku mendengarkan.

"Kami bertemu saat dia berusaha menyelamatkanku dari Pishtaco. Kalau bukan karena ibumu, aku sudah dikuliti oleh makhluk itu. Setelah itu, aku jatuh cinta padanya, kuikuti setiap dia akan berburu. Berusaha menjaganya di saat dia kesulitan. Singkat cerita kami menikah dan saat ibumu mengetahui kabar bahwa dia tidak bisa hamil, dia jadi sangat kecewa."

Dad pernah menceritakan hal ini sebelumnya, saat memberitahuku bahwa aku adalah seseorang yang istimewa, seseorang yang diberkahi langsung oleh Tuhan—atau menurutku, sebuah beban yang bahkan aku tidak sanggup pikul.

"Saat Zeus menawarkan sebuah perjanjian padaku, tanpa memberitahu ibumu kubiarkan diriku menyetujuinya. Malam itu kami bercinta, aku begitu bersemangat untuk mendapatkan seorang anak, karena itu yang Zeus janjikan. Satu bulan kemudian, ibumu membeli tes kehamilan dan mengatakan bahwa dia hamil.

"Aku sedang, tentu saja, namun aku belum memberitahukan perjanjianku. Saat aku memberitahu ibumu mengenai hal itu, dia sangat marah, bahkan tidak mau berbicara denganku seminggu penuh."

Lucifer The LightbringerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang