"Apa rencananya?" Tanya Sebastian pada setiap orang di ruangan.
"Aku bahkan tidak tahu apa yang akan kita hadapi." Max membelalakan matanya, membanyangkan kengerian yang akan kami hadapi.
Kulirik Sera yang berdiri di antara Icarus dan Xander. "Bagaimana dengan Zeus? Dia yang mengurung para Titan, kan? Dia bisa membantu kita mengembalikan mereka ke Tartaros. Lagipula, ada hal yang ingin kutanyakan juga padanya."
Kali ini, semua mata memandang pada Sera. Aku tahu dia membenci ayahnya, tapi perasaan itu harus dia singkirkan terlebih dahulu, demi menyelamatkan Bumi dari amukan para Titan yang sudah terkurung ribuan tahun.
"Aku akan meminta bantuannya," kata Sera akhirnya setelah diam cukup lama.
"Baiklah, kita harus ke permukaan terlebih dahulu," ujar Jo.
Baru saja kami akan berangkat ke permukaan saat Icarus meminta izin untuk tidak bisa ikut dalam pertarungan. "Aku minta maaf, tapi aku tidak bisa ikut dalam pertarungan. Aku harus kembali ke surga, ada hal yang harus aku urus," katanya.
Sebelum dia pergi, kuminta pada Icarus untuk menjemput ayahku di neraka dan memindahkannya ke surga. Bagaimana pun, ayahku tidak seharusnya terkurung di neraka. Setidaknya jika dia di surga, aku bisa menjemputnya nanti untuk kembali ke tubuhnya.
"Bolehkan aku meminta satu permintaan?" tanyaku pada Icarus.
Dia menoleh padaku seolah tahu apa yang akan kupinta padanya. "Akan kuusahakan."
"Tunggu, kau susah tahu apa yang kuminta?" tanyaku agak bingung.
Icarus mengangguk. Kemudian, Sera yang seolah mengetahui sesuatu langsung menjelaskan. "Para malaikat bisa mendengar pikiran kita," katanya.
Mendengar hal itu, membuatku sedikit bergidik. Apa sejak tadi dia membaca pikiranku? Namun Max yang berada di sampingku membisikkan sesuatu. "Pantas saja dia tahu nama panjangku."
Aku baru saja akan tertawa mengingat nama Maximus yang kemudian kami sudah berada di permukaan, kembali ke rumahku. Sera dan Xander sudah pergi untuk menemui Zeus di Olympus, sedangkan Icarus juga sudah pergi kembali ke surga—setidaknya itu yang dia katakan. Hanya tinggal kami berempat.
Selama menunggu Sera dan Xander kembali dari Olympus, Sebastian duduk di ruang tengah sambil mencari informasi mengenai para Titan, Jo membantunya dengan membaca beberapa buku yang ada di rak. Buku yang bahkan aku tidak pernah membacanya. Sedangkan Max sedang makan apapun yang tersisa di lemari pendingin.
Aku yang tidak tahan untuk melihat tubuh ayahku yang masih seperti terakhir kali kami tinggalkan di ruang tengah, tidak mau ikut membantu Sebastian yang sedang duduk di sana. Karena merasa tidak dibutuhkan, kulangkahkan kaki menuju kamarku.
Mengingat semua kejadian hari ini, kutarik napas dalam-dalam. Bahkan diriku masih belum percaya pada semua kenyataan yang terungkap. Kuraih cincin yang membuatku bisa bertemu Lucifer, berpikir untuk mengenakannya dan berbicara mengenai hal itu padanya. Namun, perasaan yang aku rasakan pada Lucifer bukanlah seperti yang diharuskan. Perasaan yang lebih seperti seorang kekasih yang kurindukan.
Kusingkirkan semua perasaan mengganjal itu, hingga sebuah suara dari luar membuatku melompat turun ke ruang bawah. Kami semua saling pandang, bertanya-tanya hal apa lagi yang akan terjadi. Cepat-cepat kuraih kenop pintu untuk mencari tahu masalah apa lagi yang harus kami hadapi.
Lucifer dengan sayap malaikatnya muncul dipekarangan rumah. Matanya berwarna merah dengan ekspresi yang membuat siapa pun akan bergidik. Di belakangnya, Michael berdiri sambil tersenyum lebar penuh dengan kepuasan, membuatku benar-benar muak dengan dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/142825856-288-k234174.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucifer The Lightbringer
FantasySpin-off Seraphim and the Nephalem "I'm Lucifer, The Lord of Hell." "I know." Venus Morningstar tidak mengira akan bertemu dengan pria bernama Lucifer. Bahkan pria itu tidak memiliki nama belakang. Venus mengira, dia adalah pria setengah gila yang p...