LUCIFER'S POV
Sudah satu bulan lamanya aku turun ke Bumi. Aku tidak berniat kembali ke neraka, bahkan jika ditawarkan untuk kembali ke surga, aku tidak akan menerimanya. Aku sudah terlanjur marah pada Ayah yang mengusirku dari surga. Terlebih lagi saat aku tahu bahwa mengurungku di cage adalah idenya.
Penthouse mewah di New York adalah rumahku sekarang, tempat ke sepuluhku sejak aku tinggal di Bumi. Aku duduk di sofa empuk yang menjadi dekorasi paling mencolok dari penthouse. Malam ini, aku akan mengadakan pesta, lagi. Untuk yang kesekian kalinya, atau bahkan ratusan kalinya sejak aku tinggal di Bumi. Tentu saja tidak ada yang lebih menyenangkan selain berpesta dan hanya berpesta.
Manusia terlihat sangat menjijikan saat aku turun pertama kali. Bertemu dengan seorang setengah demon dan setengah angel yang lebih memilih tinggal di bawah sini. Aku pernah bertemu dengannya dulu. Tapi aku tidak begitu ingat. Kalian tahu, neraka lebih memusingkan dari yang kalian kira. Sekarang, Nephalem itu bersama seorang wanita yang dia cintai, katanya. Aku tentu tidak percaya pada cinta. Yang aku tahu, manusia hanya akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Sekarang, hal yang menyenangkan dari Bumi adalah membuat kekacauan.
Tiga wanita berpakaian super mini masuk ke dalam penthouse melalui lift. "Lucifer, my devil," goda salah seorang wanita berambut merah padaku. Dia mengatakan itu karena namaku, tentu saja dia tidak tahu bahwa aku adalah real devil.
"Madeline," sapaku yang masih bersantai di atas sofa.
"Aku membawa dua temanku, dan kita akan bersenang-senang malam ini." Wanita itu tersenyum sambil bersorak.
Tidak lama setelah itu, rombongan orang masuk dari lift lagi. Dengan cepat, aku menyalakan musik menggunakan remote kontrol hingga volume maximum. "Ya, kita akan bersenang-senang," kataku sambil berteriak diikuti sorakan orang-orang yang baru datang.
"Aku akan pesan pizza untuk makanannya," ujarku dan menekan nomor telepon makanan cepat saji itu.
Orang-orang semakin banyak yang berdatangan. Kolam renang di dalam penthouse juga ramai oleh gadis-gadis dan pria, serta pasangan yang berciuman. Lima belas menit kemudian, pintu lift terbuka lagi.
Seorang gadis pengantar pizza masuk dengan topi yang dikenakan terbalik olehnya. "Mr. Lucifer, yang mana Mr. Lucifer," teriak gadis itu ke seluruh ruangan. Tapi tidak ada yang menghiraukannya.
Aku melihat gadis itu dan berjalan kearahnya. Alih-alih, ingin menggoda gadis pengantar pizza itu. "I am," kataku sambil mengambil setumpuk box pizza dari gadis itu.
"Semuanya delapan puluh lima dollar," kata gadis itu.
"Apa? Aku tidak bisa mendengarmu." Aku tersenyum.
Gadis itu memutar bola matanya dan mendekat ke arah telingaku untuk mengatakan sesuatu. "Semuanya delapan puluh lima dollar," katanya lagi.
"Oh, ya. Aku akan memberikannya setelah kau bersenang-senang di sini."
Aku menarik gadis itu dengan cepat.
Tapi gadis itu menarik lengannya kembali. "Aku harus mengantar pizza lainnya, berikan saja uangnya dan aku akan pergi.""Apa? Aku tidak mendengarmu."
"Baiklah, aku akan kembali nanti." Gadis itu berbalik dan berjalan menuju pintu lift.
Saat aku berbalik lagi dan menyadari bahwa gadis pengantar pizza itu tidak ada di belakangku, aku cepat-cepat menggapai lengan gadis itu lagi. Aku kemudian melirik tanda pengenal di bajunya. "Venus," gumamku. "Namamu mengingatkanku akan diriku."
"Dengar, aku hanya melakukan tugasku. Aku harus mengantar pizza lainnya dan aku akan kembali lagi untuk mengambil uang darimu." Gadis itu menghentakkan lengannya dariku untuk terlepas.
"Tunggu, lihat aku," perintahku. "Kau akan tetap di sini dan kita akan bersenang-senang," tambahku, melakukan hal yang selalu aku lakukan untuk mendapatkan sesuatu di bawah sini.
Gadis itu menatap mataku lekat-lekat. Dia diam untuk beberapa saat, eskpresinya tidak berubah. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya aku lakukan. Gadis itu kemudian mendorong diriku keluar dari lift dan menekan tombol untuk segera pergi dari tempat itu.
Aku tertegun di depan lift. Dan tidak mengerti sama sekali kenapa gadis itu tidak terpengaruh oleh inner devil milikku. Kenapa gadis itu tidak mengikuti perkataanku? Sesuatu yang sangat tidak mungkin.
Aku kemudian berjalan menuju gadis-gadis yang sedang berbincang. Menghampiri mereka dan mencoba untuk mengeluarkan inner devil-ku. "Hey, ladies. Do you wanna have a sex with me?" tanyaku.
Gadis-gadis itu menatap kearahku dengan ekspresi super sexy. "Of course," jawab seorang gadis.
Aku menatapnya dengan penuh hasrat. Tentu saja aku ingin, tapi pikiranku sedang terganggu oleh gadis pengantar pizza itu. I'm not in a good mood. Terlebih lagi aku tidak mau memberi my virginity pada manusia menjijikan sepertinya. Tapi setidaknya aku tahu bahwa inner devil-ku masih berfungsi. "Bagaimana jika aku menginginkanmu untuk melompat ke sana?" tanyaku sambil menunjuk ke arah kolam renang.
Gadis itu tersenyum padaku, kemudian memberikan minuman di tangan kepada temannya. Dia kemudian berlari menuju kolam renang dan molompat masuk.
"That's what I'm talking about." Aku beralih dari gadis-gadis itu dan berjalan menuju lantai atas penthouse. Di mana adalah tempat kesukaanku di dalam tempat ini.
Sebuah harpa yang menjadi dekor tempat ini adalah salah satu benda kesukaanku. Aku dulu sering memainkan alat musik di surga. Tapi satu-satunya alat musik yang sangat aku kuasai hanyalah piano tua menjengkelkan di sana.
Aku memainkan jari-jariku di senarnya. Hingga suara kepakan sayap di belakang membuatku memberhentikan jari-jari indahku ini. Aku menoleh dan mendapati saudara laki-lakiku berdiri dengan sangat tegap. "Michael," gumamku. "What's happening, brother?"
Michael adalah salah satu saudara laki-laki yang paling dekat dengaku saat masih tinggal di Surga. Saat Ayah belum mengusirku dari surga dan menempatkanku di neraka. Sejujurnya, aku lebih suka dengan neraka. Aku bisa melakukan sesuka hatiku tanpa ada yang melarangku ini dan itu.
"Father wants you to come back." Michael menyampaikannya seolah-olah dia meniru suara Ayah kami.
"To Heaven?" tanyaku, tapi tanpa menunggu jawaban dari Michael aku sudah tahu. "Oh, no. Sorry. To Hell, of course."
"Sam—"
"No, no, no. Itu jawabanku, brother. Dan namaku sekarang adalah Lucifer." Aku menyela perkataannya. "Aku sudah muak dengan Heaven or Hell. Aku akan tinggal di sini, untuk milenial tahun."
Michael menatapku pasrah, dia tahu bahwa aku tidak akan bisa di bujuk olehnya, atau oleh siapapun. Kemauanku sudah kuat dan bulat, aku tidak akan pernah kembali ke atas lagi.
Aku kemudian mendengar suara seseorang memangilku. Aku tersenyum, karena aku tahu itu adalah si gadis pengantar pizza yang kembali. "Sekarang, jika kau tidak punya pertanyaan lagi, aku harus pergi menemui seorang gadis." Aku bangkit dari tempat duduk dan berjalan menuju tangga.
"Luci, kau tahu seharusnya tidak bermain-main dengan manusia. Ayah tidak akan pernah memaafkanmu jika kau merusak ciptaannya." Michael memperingatkan.
Aku mengangkat sebelah tanganku. Kemudian melambaikan tangan pada Michael. "Good bye, brother." Dan Michael menghilang dari pandanganku.
Aku masih mendengar si gadis pengantar pizza yang sedang mencariku. Saat aku menuruni tangga, aku melihatnya sedang berkeliling mencariku. Kemudian aku berjalan ke arahnya dengan cepat dan secara bersamaan dia berbalik dan menubrukku.
"Looking for me?" tanyaku.
——————
How is it? Bagaimana chapter 1nya? Semoga kalian suka ya.
Chapter 2nya gak tau kapan bakal diupdate kapan hehe :)
Thanks,
B.K
![](https://img.wattpad.com/cover/142825856-288-k234174.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucifer The Lightbringer
FantasySpin-off Seraphim and the Nephalem "I'm Lucifer, The Lord of Hell." "I know." Venus Morningstar tidak mengira akan bertemu dengan pria bernama Lucifer. Bahkan pria itu tidak memiliki nama belakang. Venus mengira, dia adalah pria setengah gila yang p...