56. THE TROUBLEMAKER

3.1K 501 15
                                    

VENUS'S POV

"Kita harus segera pergi dari sini," kata Sera yang dengan tergesa-gesanya menarik lenganku.

Padahal, dia yang awalnya sangat bersemangat ke Elysium apalagi setelah melihat Heracles. "Kenapa kau jadi gusar begitu?" tanyaku padanya.

"Zeus, dia menyadari kehadiranku di sini. Kita harus pergi sebelum dia sampai." Sera menuntunku menuju pintu di mana kami memasuki tempat ini.

Baru saja kami akan menembus pintu itu, seseorang memanggil kami. Heracles memanggil kami dari kejauhan. Gambaran mengenai dirinya dari buku dan internet mulai bermunculan di kepalaku, seiring dengan itu Heracles mulai mendekat. Kami yang terpaku karena aura yang begitu kuat disekeliling kami mulai menyadari kehadiran Heracles yang memiliki tubuh sangat besar dan cukup tinggi. Saking besarnya, kami butuh mendongak untuk melihat wajah Heracles.

"Kemana kalian akan pergi?" tanyanya.

Di antara kami, tidak ada satupun yang menjawab. Sera terpaku pada kulit singa yang menutupi kepalanya, sedangkan diriku terpaku pada pemukul yang berukuran dua kali lipatnya diriku.

"Bukan sesuatu yang harus kau khawatirkan," jawabku akhirnya.

Heracles kemudian menyipitkan matanya, seolah dia baru menyadari bahwa belum pernah melihat kami di tempat ini sebelumnya. "Kalian berdua berasal dari luar," katanya.

"Ya dan kami akan pergi," tambahku.

"Tunggu! Bagaimana kalian bisa masuk ke sini? Hanya Zeus yang bisa membuka-" Heracles terdiam sesaat, menyadari bahwa salah satu di antara kami adalah seorang Demigod.

Bersamaan dengan itu, sebuah suara memanggil kami berdua dari balik pintu masuk. Xander telah menunggu kami di sana, sedangkan Sera masih terpaku seolah dia terkena serangan stroke mendadak hingga tidak bisa bergerak. Kutarik lengan Sera, menyeretnya ke arah pintu di mana Xander telah menanti kami.

"Whoa, pakaian apa yang kalian gunakan?" Xander terkejut, namun segera menoleh pada Sera dengan gaun merahnya dengan tatapan menggoda. "Jika kau mengenakan gaun seperti ini di Elysium, mungkin aku akan membiarkanmu tinggal di sana."

Sera memelototkan matanya sambil memajukan bibirnya pada Xander dan pria itu segera menariknya kepelukan sambil berbisik. "Hanya bercanda," kemudian mencium puncak kepalanya.

"Halo? Venus pada Bumi, segera kembalikan aku agar bisa melepaskan gaun ini. Rasanya gatal di sekujur tubuh," keluhku, mengintrupsi mereka berdua.

Sera beralih padaku. "Maaf,"

"Tidak, tidak perlu minta maaf." Kupaksakan sebuah senyuman pada mereka.

"Dia hanya cemburu," bisik Xander pada Sera yang dengan jelas aku juga mendengarnya.

"Hey, aku masih di sini," ketusku.

Xander kemudian membawa kami ke motel tempat mereka tinggal beberapa hari belakangan ini. "Aku akan berganti baju, setelah itu kembalikan aku ke rumah," pintaku.

"Kenapa tidak kau ganti di rumah saja?" Tanya Sera yang meminta bantuan Xander untuk membuka ritsleting belakang yang tidak bisa dia gapai.

"Dan membiarkan ayahku melihatku mengenakan pakaian ini? Dia akan bertanya-tanya aku baru saja dari mana. Aku tidak ingin dia tahu mengenai hal ini." Kuraih pakaianku yang tadi sempat kami ambil di semak-semak.

Butuh lima menit untuk melepaskan pakaian yang cukup membuatku kelelahan karena bahan yang cukup berat. Kutinggalkan gaun emas itu di kamar mandi, membiarkan Sera mengurusnya nanti.

"Dia menyembunyikan sesuatu," gumamku yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ya, sangat jelas. Apa yang Lucifer lakukan di Elysium bersama dengan Athena?" tanyanya curiga.

"Lucifer berada di Elysium? Dan kalian bertemu dengannya?" Xander sama terkejutnya. Sera mengangguk untuk mengisyaratkan jawabannya.

"Dia menyembunyikan sesuatu yang tidak kita ketahui. Lucifer bertemu Starva, mungkin karena dia juga mencari Hades, tapi untuk apa?" Aku terdiam untuk berpikir. "Aku ingat saat Hades menginginkan jiwaku, dia bilang bahwa itu tidak berguna untuknya dan seseorang yang menginginkan itu."

Sera menoleh padaku dengan ekspresi serius. "Seseorang membantu Hades dan bekerja sama dengannya."

"Tepat sekali, seseorang yang menginginkan jiwaku, mungkin itu yang Lucifer cari," tambahku.

"Bagaimana kau bisa begitu yakin?" Xander mengerutkan keningnya seolah tidak percaya pada asumsiku.

Kutatap matanya lekat-lekat. "Insting," jawabku.

Setelah perdebatan panjang yang membuat Xander berargumen bahwa insting saja tidak cukup untuk melakukan misi ini, Xander membawaku pulang. Dia tidak mengusik lagi setelah itu mengenai petualangan kami di Elysium. Mungkin Sera memperingatkannya untuk tidak mengungkitnya, lagipula aku juga tidak ingin membicarakan hal itu. Terutama mengenai Lucifer, mengingatnya saja sudah membuatku berawai.

Kugantungkan jaket kulit di belakang pintu, setelah itu kubuka seluruh bajuku. Rasanya seperti gaun itu masih menempel di kulit, aku merasa gatal di tuhuhku. Kuputuskan untuk mengganti baju, mengingat pakaian itu juga kutinggalkan di semak-semak, mungkin ada hewan yang tertinggal di sana.

Rasa gatalnya telah hilang setelah berganti baju, namun rasa skeptis dan jenggel masih mendorongku untuk berpikir. Kubaringkan tubuh di ranjang, kemudian tanpa kusadari air mata merabas membanjiri wajah.

"Kenapa semua orang yang kusayangi pergi dan menjauh dari hidupku? Ibuku, ayahku, dan sekarang Lucifer. Apa yang salah denganku." Kuusap air mata dengan bajuku.

Kubiarkan diriku terbuai oleh perasaan melankolis yang hampir belakang ini tidak mendominasi emosiku. Hingga pandanganku menangkap cincin yang berada di atas nakas. Tanpa curiga, kugapai cincin itu dan memainkannya di ruas jari-jari, menimbang-nimbang untuk mengenakannya.

Kubuang jauh perasaan skeptis yang muncul begitu cincin kugunakan di salah satu jariku, hingga aku tidak percaya pada visual di depanku yang terlihat jelas oleh netra.

"Ini benar-benar kau," ujarku.

----
Updatenya gak lama bgt kan ya? Lumayan lah ya, walaupun agak sedikit chapter ini ya. Semoga chapter selanjutya bisa lebih banyak dan lebih cepet.

Thanks,
B. K

Lucifer The LightbringerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang