Ini benar-benar bukan mimpi. Kalimat itu yang terus kuulangi setiap kali melihat Griffin yang sedang kutunggangi dan terbang ke angkasa.
Ekspresi Eira terakhir kali aku lihat, benar-benar sangat tidak percaya. Dia bahkan lebih tidak percaya dibandingkan diriku.
Setelah berkeliling tempat apapun ini, aku meminta Griffin untuk menurunkanku di tempat tadi. Aku tidak tahu dia mengerti perkataanku atau tidak. Tapi dia membawaku kembali ke hutan kecil di istana.
Eira masih menunggu di sana. Dia duduk dengan lengan yang bertumpu pada kakinya dan kepala yang bertumpu pada tangannya.
Saat Griffin mendarat, Eira langsung berdiri. Dia bangkit dan mengamatiku yang turun dari pundak Griffin.
"Terima kasih," kataku pada Griffin. Sambil mengelus-elus kepalanya. "Aku rasa kau butuh nama," ujarku pada Griffin.
Hewan itu mengeluarkan bunyi aneh yang sepertinya dia setuju denganku. "Bagaimana kalau Xena, seperti nama kuda Achilles?" tanyaku.
Griffin itu mengeluarkan suara aneh lagi, kali ini lebih berbeda dari sebelumnya.
"Dia jantan, bukan betina," sahut Eira dari belakangku.
"Ah, maafkan aku." Aku mengelus kepala Griffin lagi. "Aku rasa, mungkin karena itu kau menyukaiku. Mengingatkanku akan seseorang saja."
Aku tersenyum malu pada Griffin saat dia mengingatkanku pada Lucifer. "Apa aku magnet bagi makhluk-makhluk langka sepertimu?" tanyaku padanya dan Griffin menggoyang-goyangkan kepalanya.
Alu berpikir lagi. "Bagaimana dengan Arawn?" tanyaku lagi.
Griffin mengeluarkan bunyi sama seperti saat aku memilihkan nama Xena untuknya.
"Kau pemilih juga, ya?" Aku menggeleng-geleng, kemudian berusaha memikirkan beberapa nama lagi. "Bagaimana dengan Nero?"
Kali ini, Griffin mengeluarkan suara yang berbeda, seperti saat pertama kali aku mendengarnya. Aku yakin, dia setuju untuk nama yang satu ini.
"Nero! Kau suka nama Nero!" sorakku.
Hewan itu ikut bersorak dengan menaikkan kakinya ke atas seperti seekor kuda yang kegirangan.
Nero kemudian mendekatkan moncong ke lehernya. Dia mengambil bulu yang seperti burung dengan ukuran yang besar. Dia kemudian menyodorkannya padaku. Aku mengambilnya dan tiba-tiba saja, bulu itu berubah warna menjadi keperakan. "Kau ingin aku menyimpan ini?" tanyaku.Hewan itu bersuara, tanda bahwa dia mengiyakan. Aku kemudian mengenakannya di leherku dan Nero akhirnya pergi ke arah hutan hingga mulai menghilang.
Sekarang, Eira menatapku dengan tatapan yang tidak biasa. Aku tahu maksudnya. "Baiklah, baiklah. Aku akan katakan yang sebenarnya padamu," kataku akhirnya.
Eira masih saja menatapku. Dia seolah sedang menebak-nebak apa yang akan aku katakan padanya.
"Namaku Venus Morningstar. Aku tidak berasal dari tempat ini. Atau mungkin lebih tepatnya dari jaman ini. Entahlah, aku tidak yakin. Intinya, aku bisa berada di sini karena mengikuti seseorang yang menculik manusia."
Ekspresi Eira lebih bingung dari sebelumnya. "Manusia?" tanyanya.
"Ya, dia mengambil manusia dari tempatku atau zamanku, atau terserah kau mau menyebutnya apa. Yang jelas, aku sedang memburu siapapun yang melakukan hal itu dan dari yang aku tahu sejauh ini. Orang yang telah melakukan hal itu adalah manusia di tempat ini."
"Tidak mungkin," bantah Eira.
Venus memiringkan kepalanya. "Kenapa tidak?" tanyanya.
"Tidak ada manusia di tempat ini. Aku adalah satu-satunya ras keturunan manusia yang tersisa. Semua ras manusia sudah punah karena perang melawan demon ratusan tahun yang lalu."
![](https://img.wattpad.com/cover/142825856-288-k234174.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucifer The Lightbringer
FantasySpin-off Seraphim and the Nephalem "I'm Lucifer, The Lord of Hell." "I know." Venus Morningstar tidak mengira akan bertemu dengan pria bernama Lucifer. Bahkan pria itu tidak memiliki nama belakang. Venus mengira, dia adalah pria setengah gila yang p...