4. RED EYES OF THE DEVIL

24.6K 2.7K 40
                                    

LUCIFER'S POV

Pagi ini aku bangun terlalu bersemangat. Setelah mandi dan hanya mengenakan handuk, aku menelepon toko pizza yang kemarin.
"Aku ingin memesan dua box pizza. Jenis apa saja, tapi aku ingin pengantar pizza bernama Venus yang mengantarkannya," kataku lewat telepon.

"Oke," jawab suara di telepon itu. Nadanya benar-benar datar. "Pizza anda akan segera kami antar."

Aku kemudian memutuskan sambungan teleponnya. Sambil menunggu si gadis pengantar pizza, aku menyalakan musik romantis. Berharap dia bisa terpikat denganku setelah ini.

Lima belas menit kemudian, pintu lift terbuka. Aku sangat bersemangat sekali. Namun saat melihat seorang pria yang mengantarkan pizzaku, aku berteriak penuh amarah. "Aku meminta Venus yang mengantatkan pizzaku, kenapa kau yang mengantarkannya?" tanyaku kesal.

"Ve-Venus sedang tidak bertugas sekarang. Ja-jadi aku yang me-ngantarkannya," kata pria itu ketakutan.

Aku menarik napas panjang. "Berikan pizzanya," pintaku dan pria itu memberikannya. Aku kemudian memberikan uang padanya. Namun sebelum sempat dia mengambilnya, aku menatap matanya. "Katakan padaku, di mana tempat tinggal Venus," kataku.

"A-aku tidak tahu," katanya.

Aku memutar bola mata. "Kemungkinan sekarang dia berada di mana?" tanyaku lagi. Tentu saja dengan menggunakan inner devil-ku.

"Di kantor kepolisian NYPD. Dia bekerja paruh waktu di sana." Pria itu kemudian terdiam, dia tidak sadar apa yang baru saja terjadi.

"Sekarang pergilah." Aku mengusirnya, sedangkan pria itu kebingungan sambil keluar menuju lift.

Aku segera bersiap mengenakan pakaian dan pergi menuju kantor kepolisian NYPD. Tentu aku bukan orang yang gampang tertarik dengan seorang wanita. Tapi, wanita ini tidak bisa aku pengaruhi. Aku ingin tahu mengapa? Apa dia memiliki semacam penangkal? Atau dia seorang Nephilim? Tapi bahkan seorang Nephilim bisa aku kendalikan.

Seorang gadis keluar melalui pintu bersamaan dengan diriku yang ingin masuk. Gadis itu menoleh ke arahku saat kami berpapasan. Wajahnya seolah menunjukkan bahwa dia tertarik padaku. Aku tidak menyalahkannya, memang pesonaku tidak bisa manusia tolak. Karena kalian tahu, manusia adalah ciptaan Ayahku yang paling lemah dan rentan.

"Venus? Aku mencari seorang gadis bernama Venus," teriakku keseluruh penjuru ruangan.

Sampai mataku mendapati seorang gadis yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. Matanya mengisyaratkan dia tidak tertarik padaku. "Ini baru menarik," gumamku.

Venus mulai berjalan ke arahku. Tapi saat kami berpapasan, dia sama sekali tidak menoleh ke arahku dan berjalan melewatiku begitu saja. "Hey," kataku. "Aku mencarimu pagi ini."
Venus diam saja. Dia benar-benar jual mahal. Tidak ada gadis yang menolak pesonaku. "Venus, biarkan aku bicara denganmu," pintaku.

Venus akhirnya berhenti dan menoleh ke arahku saat kami sudah berada di luar kantor kepolisian. Dia menggengam sebuah map ditangannya. "Jika kau memberikan uang tipsmu hanya untuk bisa menggangguku, aku akan mengembalikannya." Wajahnya terlihat kesal.

"Bukan, bukan itu." Aku kemudian melirik tanda pengenalnya. "Morningstar? Your last name is Morningstar?" tanyaku.

Dia memutar bola matanya. "Tidak ada hubungannya denganmu," jawabnya.

"That's something. Namamu seolah-olah memang dibuat untukku."

Venus memutar bola matanya. "Bukan berarti nama Lucifer-mu itu berhubungan denganku." Gadis itu berjalan lagi. Dia menghindariku.

Aku berusaha meraih tangannya di saat bersamaan dia berbalik dan meninju perutku. Aku terhuyung ke belakang. Merasakan sakit di petutku. "Apa-apaan kau ini?" bentakku.

Lucifer The LightbringerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang