41. 7 DEADLY SINS

8K 1K 45
                                    

"7 dosa mematikan," Raphael mngulangi kalimat terakhirku.

"Ya, aku tidak begitu yakin. Tapi jika benar dan Venus ada di dalamnya, aku akan melakukan apapun untuk mengeluarkan dia." Kutatap kotak itu lekat-lekat.

Kesombongan, keserakahan, iri, kemarahan, hawa nafsu, kerakusan, dan kemalasan, tujuh dosa mematikan yang akan mengakibatkan dosa-dosa lainnya bermunculan. Jika mereka dibiarkan menyebar, kehancuran akan benar-benar tejadi.

"Tidak, kau tidak boleh membuka itu!" Raphael menarik kotak yang dia serahkan padaku.

Kutarik kotak itu balik. "Aku berjanji sesuatu yang buruk tidak akan terjadi padanya. Dan aku akan memenuhi janjiku."

Raphael kali ini tidak sependapat denganku. "Kau tahu apa yang akan terjadi jika 7 dosa mematikan benar-benar berada di dalam sana dan kau membiarkannya keluar? Apocalypse"

Aku menyeringai, sedikit tertawa. Seolah, Raphael tahu saja apa arti dari apocalypse. "Percaya padaku, kau tidak tahu apa-apa mengenai kiamat, Raphael."

"Oh, jadi begitu. Kau lebih mementingkan manusia sekarang. Di mana Lucifer yang kukenal? Lucifer yang membenci manusia dan ingin memusnahkannya. Oh tunggu, kau benar-benar akan memusnahkan manusia dengan menyelamatkan satu nyawa." Kemarahan Raphael memecah.

Aku tahu itu tidak sepadan, tapi Venus layak untuk mendapatkan yang lebih baik. Dia layak mendapatkan kehidupan yang lebih lama, bahkan jika itu berarti aku tidak akan bisa bertemu dengannya lagi.

"Aku akan membukanya apapun yang akan terjadi dan tidak ada yang bisa menghentikanku." Kumantapkan kata-kataku.

Raphael menghembuskan napas panjang, dia menyerah. Dan menghilang begitu saja. Aku menoleh ke arah si Nephalem yang belum bersuara sejak tadi. Wajahnya tidak mengatakan apa-apa. Tidak seperti biasanya yang tidak pernah setuju dengan pilihanku. Dia justru menunjukkan rasa empatinya padaku.

"Dengar, aku tahu—"

Kata-kataku dipotong olehnya. "Lakukan saja, aku tahu kau hanya ingin melakukan hal yang benar."

Aku beralih pada kotak pemberian Raphael yang berada ditanganku. Lagipula, mengapa Ayah membuat kotak ini dan mengurung semua dosa-dosa itu di dalam sini? Dan kenapa dia menghubungkan semua ini padaku? Kenapa dia membebankan semua pilihan berat ini padaku?

Aku baru saja akan membuka kotak itu saat sesuatu tiba-tiba menyerangku dan melemparkan kotak itu.

"Aku tidak akan membiarkanmu melakukan itu!" Suaranya begitu mengingatkanku pada setiap nyanyian di surga.

"Michael," kataku.

"Hello, Brother! Senang melihatku, lagi?" Dia tersenyum.

"Aku akan membuka kotak itu, Michael! Kau tidak bisa mencegahku." Kuisyaratkan si Nephalem untuk meraih kotak itu sebelum Michael.

"Oh, tidak semudah itu, Nephalem. Kau tidak berdaya ditempat ini, sama seperti saudaraku." Michael kemudian menggunakan kekuatannya untuk menjauhkan si Nephalem.

Aku tidak akan bisa menang tanpa kekuatanku jika melawan Michael. Tapi aku bisa mempengaruhinya untuk termakan omonganku. Sesuautu yang selalu dia sesalkan pada dirinya.

"Lihat! Ayah masih saja menyuruhmu untuk mengurusi diriku. Kau tahu kenapa Ayah melakukan itu? Karena dia peduli padaku." Kuberikan sebuah umpan untuk memancingnya.

Michael adalah malaikat yang selalu patuh pada Ayah. Dia ingin menjadi yang terbaik di antara yang lainnya dan itulah kelemahan Michael.

"Ayah tidak mengirimku, aku yang melakukan ini sendiri untuk mencegahmu membuat kekacauan, atau lebih tetapnya, kiamat, brother." Ada nada sindirian dari kalimatnya.

Lucifer The LightbringerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang