Bagian 2

1.4K 85 0
                                    

Assalamu'alaikum semuanya.
Hari ini aku double up nih.
Semoga kalian suka ya.

Happy reading

*****

Acha menatap kosong langit-langit kamarnya. Binar semangat yang biasanya terlihat dari matanya, kini sirna seketika. Dia kecewa. Kecewa dengan keputusan kakaknya yang tidak mengizinkannya untuk melanjutkan S2 nya disini.

Apa kakaknya tidak percaya padanya? Bahwa selama disini, dia bisa menjaga dirinya sendiri. Acha juga ingin meraih impiannya sendiri. Yaitu melanjutkan S2 nya disini. Apakah itu tidak mungkin baginya? Toh, niatnya hanya untuk sekolah, itu saja. Tidak ada yang lain.

Acha berguling kesana kemari. Huft ... sekarang, ia malah merasa bosan. Duduk diam di kamarnya seperti ini sama sekali bukan dirinya. Dia bukan tipikal gadis yang suka duduk diam seperti ini. Biasanya dia akan mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi Islam yang ada disini. Selama itu bermanfaat baginya, mengapa tidak bukan?

Dan di jam segini, dia juga biasa membuat kue pesanan orang-orang dan mengantarnya sendiri. Lumayan lah, untuk tambahan uang jajannya. Acha melirik sekilas laci di seberangnya. Ia kemudian membuka laci itu, mencari-cari sesuatu dari dalam sana. Ia mencari ponselnya, barangkali ada orderan kue yang bisa ia kerjakan sekarang.

Acha menyalakan benda pipih itu. Senyumnya mengembang sempurna kala melihat notifikasi chat dari Nadine—sahabatnya.

Nadine
Assalamu'alaikum Cha. Kamu sibuk nggak? Kalau nggak, bisa minta tolong? Aku pesan kue red velvet dua ya, yang ukuran besar. Nanti kamu kirim ke rumah aku aja. Makasih.

Me
Wa'alaikumsalam Na, aku nggak sibuk kok. Oke, aku siapkan dulu ya pesanannya.

Nadine
Makasih Cha, nanti kabarin ya kalau udah mau ke rumah.

Me
Siap boss

Acha segera memakai kerudung instan yang tergeletak di ranjangnya, kemudian turun ke bawah menuju dapur. Pertama, ia akan memeriksa dulu, apakah bahan untuk kue red velvet ada di kulkasnya atau tidak.

Alhamdulillah, ternyata bahannya ada! Acha memekik girang dalam hati.

Dengan cekatan, ia mengeluarkan semua bahan yang diperlukannya. Lalu mencampurnya sesuai resep. Selesai, sekarang ia tinggal memasukkan kedua loyang itu dalam oven.

Acha menoleh heran ketika pendengarannya menangkap suara tepuk tangan. Ternyata, kakaknya ada disana. Sedang apa kakaknya disana? Apa dia mengawasi Acha?

Ia mendekati kakaknya, melayangkan tatapan menyelidik. "Kakak ngapain disini? Bukannya tadi mau istirahat? Kok masih disini?"

"Aish, galak amat sih sama kakak sendiri." Arka malah menggoda Acha, padahal, dia sudah tahu bahwa Acha sedang marah padanya.

"Emangnya nggak boleh ya, kakak duduk disini? Ini kan rumahnya kakak sendiri." Arka semakin menggoda adiknya. Ia menahan tawa dalam hati melihat wajah adiknya yang berubah menjadi merah padam akibat menahan amarah.

Acha berbalik sejenak. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menyingkirkan amarah yang perlahan menguasai hatinya. Berkali-kali, ia merapalkan istighfar dalam hatinya, supaya rasa marah itu sirna. Setelah merasa lega, Acha kembali menghadap kakaknya. Ia menarik kursi di sebelah kakaknya.

"Ya nggak papa, kan ini rumahnya kakak. Yang beli juga kakak. Tapi kan, katanya tadi mau istirahat. Nanti kakak capek loh, tadi malam kakak nginap di cafe kan? Pasti belum sempat tidur. Sekarang tidur buruan!"

Takdir Cinta Acha ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang