Happy reading
*****
"EDWARD AWAS!!"
Dengan cepat, Acha langsung mendorong Edward menjauh. Ia mengerahkan seluruh tenaga yang ia punya, hingga membuat Edward jatuh tersungkur beberapa langkah darinya.
DUAK!
Brugh!
"Ugh ...." Edward mengucek matanya yang kemasukan sedikit debu usai didorong oleh Acha. Suara hantaman keras yang ia dengar tadi menimbulkan rasa khawatir dalam dirinya. Apa ada benda yang jatuh?
Ia perlahan berdiri, lalu membuka matanya yang sempat ia pejamkan. Hal pertama yang ia lihat begitu menakutkan. Tubuhnya bergetar hebat, dadanya sesak, padahal oksigen disana masih tergolong banyak.
"TIDAK!" Edward menggeleng. Menatap nanar tubuh yang terkulai di hadapannya.
"TIDAK! ACHA!" Tanpa membuang waktu, ia berlari menuju ke arah gadis itu. Oh tidak, tidak. Siapapun, tolong! Tolong katakan bahwa ini hanyalah mimpi buruk semata! Dan saat dirinya bangun Acha masih tersenyum di depannya!
Edward berusaha tenang, berkali-kali menarik serta menghirup napas. Ia lalu mengangkat kayu yang menimpa tubuh mungil Acha. Ya, kalian tidak salah baca. Saat Edward dan Acha bicara, ada beberapa buah balok kayu yang sedang ditarik ke atas menggunakan tali, dan posisi Edward tepat di bawah balok kayu itu.
Ketika akan mengatakan tentang Nadine, Acha melihat ada yang janggal dengan balok itu. Begitu menyadarinya, ia langsung mendorong Edward ke belakang, sehingga baloknya malah menimpa Acha karena posisi mereka yang berdekatan.
Ditambah lagi, Acha maju satu langkah saat mendorong Edward. Jadi posisi Edward digantikan oleh Acha.
Tidak kurang, tiga balok kayu terjun bebas dari atas. Menimpa bagian kepala, bahu, serta kakinya. Darah berceceran dimana-mana. Kerudung putih yang dikenakan gadis itu telah berubah warna menjadi merah akibat darahnya.
Para pekerja yang tadinya sibuk, kini mulai berdatangan ke tempat kejadian. Mereka membekap mulutnya masing-masing. Terkejut bukan kepalang dengan apa yang mereka lihat.
"Astaghfirullah Hal'adzim! Mbak Arsha! Kenapa bisa begini, Mas?!" Pak Marwan berlari tergopoh-gopoh. Membantu Edward untuk menyingkirkan kayu yang menimpa Acha.
Edward tetap diam, tak menjawab pertanyaan yang diajukan Pak Marwan. Usai semua balok disingkirkan, Edward meraih pergelangan tangan Acha, memeriksa denyut nadi gadis itu.
Alhamdulillah, denyut nadinya masih ada. Tapi ... sangat lemah. Ya Allah, tolong selamatkan dia. Batin Edward penuh harap.
"Mas, di belakang ada ambulans yang disediakan. Kita bisa bawa Mbak Arsha ke rumah sakit menggunakan itu." Pak Marwan memberi solusi pada Edward yang masih terlihat sangat terguncang. Disaat genting seperti ini, Edward malah melamun, menatap sendu ke arah Acha yang masih setengah sadar.
"Mas! Ayo cepat! Kita tidak boleh buang-buang waktu! Mbak Arsha membutuhkan penanganan medis segera! Kita masih bisa menyelamatkannya!" tegur Pak Marwan pada Edward.
Lelaki itu mengangguk, tanpa berlama-lama, ia menggendong tubuh Acha, berlari menuju ke ambulans yang telah disediakan untuk para pekerja disini. Ia tak peduli dengan kemejanya yang terkena bercak darah dari Acha. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah dia harus menyelamatkan gadis itu.
"Acha, ayo. Kamu pasti kuat, Cha! Bertahan ya? Please don't go, okay," bisik Edward pelan. Dia tahu kalau Acha masih dalam keadaan setengah sadar. Ia yakin, Acha pasti mendengarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Acha ✓
Spiritual[ Sequel Maudya ] Kehidupan Acha-Arsha Indira Brawijaya yang semula tenang seketika berubah. Berawal dari pertemuan yang tak sengaja dengan Edward, seorang pemuda blasteran Indonesia-Australia, kini dunianya serasa dijungkir balikkan oleh Edward. Ac...