Bagian 30

565 34 0
                                        

Happy reading guys

*****

Gadis itu menyusuri koridor apartemen dengan langkah gontai. Ia berhenti kala sampai di depan pintu di ujung koridor. Ia mengeluarkan kunci dari sling bag nya. Memasukkan ke lubang, lalu memutar kenop pintu. Hari ini ia lelah sekali. Tubuhnya serasa remuk redam. Rasa kantuk juga sudah mulai mendera. Dan jangan lupakan perutnya yang malah berorasi meminta diisi. Lengkap sudah rasanya.

Mendapati ruangan di depannya gelap, ia segera menekan saklar, menghidupkan lampu yang menjadi penerang ruangan itu. Begitu lampu dihidupkan, semua detail dan interior ruangan terlihat jelas. Ruangan itu tidak besar dan tidak kecil. Disana hanya terdapat satu tempat tidur, kamar mandi, dapur, meja belajar, serta lemari yang sudah diletakkan sedemikian rupa oleh sang empunya kamar, sehingga tampak rapi dan enak untuk dipandang.

Ia mendudukkan diri di tepi ranjang. Menselonjorkan kakinya yang terasa pegal. Tanpa sengaja, atensinya jatuh pada jam dinding di nakas. Rupanya, sudah tengah malam sekarang. Tidak terasa, waktu cepat sekali berlalu. Ia bangun, lalu menuju ke kamar mandi guna menyegarkan diri. Suara gemericik air terdengar setelahnya. Sekitar lima belas menit kemudian, gadis itu keluar dengan rambut yang terurai. Segar sekali rasanya, walaupun ia juga merasakan dingin karena harus mandi di tengah malam seperti ini.

Mengabaikan perutnya yang keroncongan, ia memilih berbaring di kasurnya saja. Rasa kantuk semakin lama semakin menyerang. Usai membaca doa sebelum tidur, ia mencoba untuk memejamkan matanya. Berbagai posisi tidur telah ia coba, mulai dari miring kanan, miring kiri, hingga terlentang. Namun nihil, usahanya sia-sia. Mengapa setelah menyentuh kasur rasa kantuknya malah menguap tak bersisa? Haha, aneh sekali.

Merasa tidak bisa tidur, ia membuka kulkas. Menuang susu ke gelas dan membawanya ke balkon. Pemilik nama lengkap Elfina Anindhita itu mendongak. Menatap gemerlap bintang gemintang di langit yang luasnya tanpa batas.

Ibu, bapak, Fina kangen banget sama kalian. Rasanya ... pengen cepet-cepet wisuda terus balik ke Bogor deh. Batin Fina. Disaat seperti ini, rasa rindu yang tak terbendung pada orang tuanya malah muncul.

Ah, dipikir-pikir, hari ini adalah hari yang panjang bagi Fina. Mulai dari masuk kampus tadi pagi, tak sengaja mendengar fakta yang mengejutkan dari Nadine dan Edward, hingga harus lembur di kantornya karena pekerjaan menumpuk. Fina bingung, apakah ia harus memberitahu Acha soal apa yang ia dengar tadi?

Tapi ... rasanya itu bukan haknya untuk memberitahu. Ia tak ingin menjadi lancang, namun ia juga tak tega pada Acha. Apa jadinya jika Acha tahu, bahwa Edward akan menikah dengan Nadine? Entahlah. Pikirannya tiba-tiba berkelana. Sekelebat ingatannya kembali terputar.

"Fin, tungguin bentar ya? Perut aku mules banget nih, udah nggak tahan." Acha berlari tergesa menuju ke toilet yang kosong. Ia langsung saja masuk ke dalam. Menutup pintu dengan cukup keras hingga membuat Fina terlonjak.

Sementara menunggu sahabatnya, Fina menghadap ke kaca. Membenarkan hijabnya yang mulai berantakan. Maklum saja, usai kuliah nanti, ia tidak langsung pulang. Melainkan harus langsung bekerja. Jadi, mumpung ada kesempatan, ia membenarkan hijabnya dulu.

Selepas puas, ia beralih dengan mencuci tangannya. Membasahi kedua tangannya dengan sedikit sabun lalu membasuhnya dengan air. Ketika hendak mengambil tisu di tempatnya, ia baru sadar kalau tisu disana sudah habis.

"Cha, aku balik ke kantin dulu ya. Mau ambil tisu bentar. Aku jamin bakal cepet deh." Tanpa menunggu jawaban dari Acha, Fina langsung melesat keluar kamar mandi. Ingin cepat-cepat mengambil tisu yang ia butuhkan.

Takdir Cinta Acha ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang