Bagian 4

1.2K 78 0
                                    

Happy reading

*****

Mobil silver itu bergerak perlahan menuju area parkir di salah satu pusat perbelanjaan. Begitu mendapatkan posisi parkir yang pas, Arka mematikan mesin mobilnya, mengode Acha dan Novi untuk segera turun. Hari ini, mereka mulai mempersiapkan keperluan untuk pulang ke Indonesia. Mulai dari memeriksa kelengkapan dokumen, dan membeli segala perlengkapan untuk menunjang kebutuhan mereka.

Acha membuka pintu belakang mobil. Ia mengamati sekilas area parkir yang penuh sesak dengan berbagai jenis mobil, yang membuat kepalanya pening seketika, sebelum akhirnya berjalan mengikuti kedua kakaknya memasuki pusat perbelanjaan.

Ia langsung mengambil troli dan mendorongnya dengan semangat. Tanpa basa-basi lagi, ia memilih barang yang sekiranya ia butuhkan nanti. Sama halnya dengan Acha, Novi dan Arka juga langsung mengambil troli, bedanya, barang-barang Arka dan Novi menjadi satu di troli yang sama, dan yang mendorong adalah Arka, sementara Novi memilih barangnya.


Acha terus mendorong trolinya menuju ke bagian peralatan mandi. Kebetulan, beberapa perlengkapan mandinya habis. Jadi Acha harus membelinya. Ia mulai mengamati produk-produk yang terpajang rapi disana. Dan memilih beberapa diantaranya.

Setelah dirasa cukup, Acha memutuskan langsung ke kasir saja tanpa menunggu Arka dan Novi selesai. Memang sudah menjadi kesepakatan, jika dia ataupun kakaknya selesai duluan, mereka boleh langsung membayar belanjaannya dan menunggu di taman yang terletak di dekat pusat perbelanjaan itu. Asalkan, sebelumnya mereka harus mengabari satu sama lain.

Selagi menunggu petugas kasir menghitung barangnya, Acha merogoh sling bag nya, mencari-cari ponsel untuk menghubungi kakaknya.

"Assalamu'alaikum kak, Acha udah selesai belanjanya, nanti Acha tunggu di taman biasanya ya kak."

"Wa'alaikumsalam, iya Cha, kita bentar lagi juga sudah selesai. Hati-hati kesananya ya." Arka memutuskan sambungan teleponnya terlebih dahulu.

Sementara Acha, ia kembali fokus ke belanjaannya yang ternyata sudah dihitung. Setelah membayar, Acha mengangkut belanjaannya lalu pergi meninggalkan pusat perbelanjaan itu dan menuju ke taman.

*****

Seorang lelaki bermanik mata hazel terlihat sedang mengayuh sepedanya dengan santai, membelah jalanan Sydney yang cukup lengang kali ini. Sesekali, manik mata hazelnya bergerak-gerak, menatap bergantian pemandangan di sisi kanan dan kirinya. Ia terus saja melajukan sepedanya dengan kecepatan sedang, hingga saat ia melewati taman, ia tiba-tiba berhenti.

Indera pendengarannya menangkap samar suara yang indah. Ia tak tahu, suara siapa itu, dan apa yang sedang dibacanya. Namun, ketika mendengar suara itu, ia merasa ada bisikan misterius yang mendorongnya untuk mencari tahu asal suara yang ia dengar.

Lelaki itu mengedarkan pandangannya, berupaya mencari-cari dimana asal suara itu. Hingga tatapannya terpaku pada gadis bergamis dusty purple yang sedang duduk di sebuah bangku taman. Ia tampak serius membaca sesuatu. Lelaki itu mendekati sang gadis. Sebelumnya, ia memarkirkan sepedanya terlebih dahulu.

Semakin mendekati gadis itu, ia merasa hatinya semakin bergetar. Mendengar rangkaian kata demi kata yang asing namun terdengar indah di telinganya. Tanpa sadar, kini ia sudah duduk di sebelah gadis itu. Menunggunya berhenti, kemudian menanyakan apa yang tengah gadis itu baca. Karena sungguh, itu terdengar indah sekali di telinganya.

فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ‌ۚ

مُتَّكِــِٕيۡنَ عَلٰى رَفۡرَفٍ خُضۡرٍ وَّعَبۡقَرِىٍّ حِسَانٍ‌ۚ

Takdir Cinta Acha ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang