Bagian 24

422 35 0
                                    

Assalamu'alaikum semuanya. Selamat Hari Raya Idul Fitri. Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin ya. Dalam rangka lebaran, saya double up nih. Semoga kalian suka ya.

Happy reading guys

*****

Seharian ini Acha disibukkan dengan mengantar orderan kue yang lumayan banyak. Menggunakan motor birunya, sejak tadi pagi Acha menyusuri jalanan, menjelajahi Sydney. Singgah dari satu rumah ke rumah lain untuk mengantar kue. Tinggal rumah terakhir, dan setelahnya Acha akan pergi ke rumah Nadine untuk menjenguk Falda.

Acha menarik napas, berusaha menenangkan jantungnya yang tiba-tiba berdetak dengan kencang. Baru melihat rumahnya saja, jantungnya sudah begini. Bagaimana jika melihat orangnya? Acha tak tahu itu. Ia mengetuk-ngetuk pagar berwarna hitam itu beberapa kali. Dari dalam, suara derap langkah orang berlari terdengar. Barulah setelahnya, menyusul suara pagar yang dibuka. Menampilkan seorang lelaki berpakaian seperti petugas keamanan.

"Anda siapa?" Tanya satpam. Wajahnya terlihat bingung, seperti baru pertama kali melihat Acha. Tapi itu memang benar, karena ini pertama kali Acha berkunjung kesini. Itupun, hanya untuk mengantar kue muffin pesanan Edward.

"Umm ... permisi sebelumnya, saya mencari Edward. Apakah benar Edward tinggal disini?" Balas Acha dengan sopan.

Lelaki itu mengangguk membenarkan. "Ya benar. Tapi, ada perlu apa anda dengan tuan muda?"

Acha menunjukkan dua kotak kue yang ia bawa. "Saya kesini mau mengantarkan kue ini. Bolehkah saya masuk, pak?"

Lelaki itu menelisik Acha dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lalu berjalan memutari Acha. Seolah sedang memastikan apakah Acha membawa barang yang berbahaya atau tidak. Setelah yakin, lelaki itu mempersilakan Acha untuk masuk ke dalam.

Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah itu. Mengamati detail rumah yang megah dan elegan itu. Rumah dengan tiga lantai yang disangga pilar-pilar kokoh nan tinggi. Sampai di depan pintu, ia merapikan penampilannya sedikit. Memastikan jika bajunya masih bersih dan tidak kusut. Ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu.

Sama seperti tadi, yang membuka pintu adalah seorang lelaki. Bedanya, lelaki di hadapannya kali ini menggunakan setelan jas rapi. Sepertinya, dia adalah ayah Edward. Pikir Acha. "Permisi, saya kesini mau mengantarkan pesanan kue dari Edward."

Joan tersenyum sinis. Bibirnya membentuk lengkungan asimetris andalannya. "Oh, hanya tukang kue. Saya pikir, siapa yang datang siang hari seperti ini." Cibir Joan langsung di depan Acha.

Sabar Acha ... sabar. Astaghfirullah Hal'adzim. Ya Allah, tolong kuatkan hamba.

Jika dipikir lagi, bukan hanya sekali ini Acha mendapat cibiran dari pelanggannya. Namun, mengapa cibiran kali ini terasa menyakitkan sekali. Menusuk relung hati Acha yang terdalam. Rasanya, ia ingin cepat-cepat pergi saja.

"Edward! Kesini kamu!" Teriak Joan dari luar. Masih berhadapan dengan Acha yang menunduk.

"Ya daddy, ada apa?"

"Kamu pesan kue sama gadis ini?"

Edward mengalihkan atensinya pada gadis di ambang pintu. Ia mengulas senyum sekilas. Meskipun tahu jika Acha tak melihatnya. "Acha, akhirnya kamu datang juga. Ayo, masuk dulu. Mau minum apa? Biar saya buatkan."

Joan memprotes tindakan putranya. "Tunggu dulu Edward. Kamu menyuruh tukang kue ini masuk ke rumah kita? Yang benar saja kamu nak."

"Apa maksud daddy dengan tukang kue? Dia ini teman Edward dad. Teman kuliah Edward yang punya toko kue online!"

Takdir Cinta Acha ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang