Bagian 21

469 35 0
                                    

Happy reading guys

*****

"Assalamu'alaikum!"

Suara seruan salam terdengar dari luar. Acha yang tengah berada di ruang kerja Arka langsung berlari, meninggalkan setumpuk kertas yang belum dijilid di meja. Itu adalah tugas makalahnya. Ia ke ruang kerja Arka karena ingin mencetak makalah dan menjilidnya.

Acha yakin, yang mengetuk pintu tadi adalah kakaknya. Karena, saat ini memang waktunya untuk Arka pulang. Acha cepat-cepat membuka pintu, memasang senyum ramahnya untuk Arka.

"Wa'alaikumsalam. Sini kak, Acha bawakan tasnya." Acha meraih tas kerja Arka. lantas berjalan masuk, diikuti oleh Arka.

"Novi mana Cha? Kok nggak kelihatan?" Tanya Arka. Memang, biasanya Novi yang akan membukakan pintu bagi Arka. Sementara dirinya diberondong oleh tugas kuliah. Namun kali ini berbeda. Karena Novi sedang memanaskan lauk, dan tugas kuliah Acha juga sudah selesai, maka gilirannya untuk membukakan pintu bagi Arka.

"Oh, Kak Novi ada kok di dapur. Masih panasin makanan buat Kak Arka. Oh iya kak, gimana kue-kue Acha? Laku nggak?"

"Alhamdulillah dek, kue-kue yang kamu buat ludes semua. Laris terjual. Bahkan, ada pelanggan yang nggak kebagian tadi." Arka terkekeh, mengingat kejadian ludesnya kue Acha di cafe tadi pagi.

"Alhamdulillah kak. Kalau gitu, gimana kalau Acha bikinnya banyakan? Biar nanti semua kebagian. 'Kan lumayan juga buat nambah-nambah keuntungan kita kak."

"Tapi Cha." Arka terlihat sedang mempertimbangkan sesuatu. "Apa kamu nanti nggak capek? Kamu kan masih kuliah juga. Kalau misalnya nggak sanggup jangan dipaksa deh Cha. Kakak nggak mau, kalau nantinya kamu sampai sakit gara-gara ini." Arka mengusap lembut puncak kepala adik kembarnya yang tertutup hijab itu.

"Insyaallah nggak kok kak. Acha masih sanggup kok." Ujar Acha, berusaha menenangkan Arka.

"Yaudah deh, kalau itu udah maunya kamu. Kakak cuma bisa mendukung sama mendo'akan. Semoga, kelak kamu juga bisa sukses di bidang yang kamu suka ya dek."

Acha mengamini doa yang dilantunkan Arka. Berharap jika Allah akan mengabulkan doa tersebut. "Aamiin kak. Kakak mau langsung makan apa mandi dulu?"

"Umm ... mandi dulu aja deh. Biar segar." Acha mengiyakan ucapan kakaknya. Setelah Arka naik ke kamarnya, Acha langsung melesat ke ruang kerja Arka lagi. Menyelesaikan makalahnya yang hanya tinggal dijilid dan dimasukkan ke dalam tas untuk dibawa besok.

*****

Pukul dua belas malam, saat semuanya sudah tertidur pulas, Acha masih bertempur dengan alat-alat membuat kue. Dengan terkantuk-kantuk, Acha masih saja memaksakan dirinya untuk membuat kue, mengabaikan nasihat dari Novi tadi. Acha menarik napas panjang, menghirup oksigen sebanyak yang ia bisa untuk mengisi rongga paru-paru nya. Berharap dengan itu ia bisa mengurangi rasa kantuknya.

Tidak, Acha tidak boleh tertidur sekarang. Hanya tinggal satu saja kue yang masih dipanggang, yaitu kue muffin pesanan Edward. Mungkin, Acha akan tidur usai menyelesaikannya.

Ting!

Suara oven sedikit mengagetkannya. Oh, ternyata kuenya sudah matang. Dengan gontai, Acha berjalan mendekati oven, mengenakan sarung tangan pelindung lalu mengambil loyang berisi lima muffin panas. Harum kue muffin moccha yang bercampur dengan topping kacang almond langsung menyeruak, menyebar ke seluruh penjuru dapur.

Takdir Cinta Acha ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang