Bagian 8

800 57 0
                                    

Assalamu'alaikum semuanya
Saya update lagi nih, semoga kalian suka dengan ceritanya.

Happy reading

******

Suasana di meja makan terlihat ramai. Dentingan sendok dan garpu yang berbenturan menciptakan alunan tersendiri bagi kedelapan orang yang tengah menikmati makan malamnya masing-masing. Memang sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk tetap diam saat makan, setelah makan selesai, barulah mereka akan melanjutkan perbincangannya kembali.

Acha tiba-tiba berdiri begitu makanan di piringnya telah habis, membuat semua perhatian tertuju ke arahnya. "Ada apa Cha? Kok tiba-tiba berdiri?," tanya Arka.

"Acha mau ambil kue di sana kak. Kan habis ini semuanya selesai makan, kalau mau minum teh, lebih enak ditemani sama kue." Acha menunjuk meja dapur, tadinya memang kue itu ia letakkan di meja makan saat belum ada banyak orang. Namun, Acha rasa meja makan itu tak cukup untuk menampung semuanya.

Beberapa saat kemudian, Acha kembali dengan sepiring kue lapis legit yang dari rupanya saja sudah menggugah selera. Aira langsung memekik girang ketika mengetahui kue yang dibawa Acha adalah kue lapis legit kesukaannya.

"Wah, Acha tahu aja kalau tante lagi pengen lapis legit. Bungkus boleh Cha?" Tepat setelah Aira mengatakan itu, Farhan menyenggol lengannya pelan.

"Apaan sih mas?! Pakai senggol-senggol segala!," tukas Aira tajam.

"Ya bukannya gitu sayang. Malu dong, udah disediakan masa kamu mau minta bungkus juga. Nanti biar aku yang cariin di toko kue langganan kita deh." Farhan tanpa sungkan mengelus kepala Aira yang terbalut hijab. Sepertinya, ia lupa bahwa disini masih ada dua orang yang jomblo, yaitu Acha dan putranya sendiri.

Acha tersenyum, sembari meletakkan piring berisi kue itu ke tengah meja makan. "Nggak papa kok om, kalau tante mau bawa pulang, Acha sudah siapkan lebih tadi. Nanti tinggal angkut aja." Acha duduk kembali ke kursinya.

Mata Aira berbinar seketika. "Benar nih Cha? Kamu nggak lagi bohongin tante kan?"

"Benar tante," ucap Acha seraya mengangguk. "Apa mau Acha ambilkan sekarang?," lanjutnya lagi.

"Eh, nggak. Nanti aja Cha, kasihan kamu kalau harus bolak-balik." Putus Aira. Acha menurut lalu kembali duduk di tempatnya. Menikmati sepotong kue lapis legit dengan tenang sembari menyimak apa yang dibicarakan bundanya dan Aira.

"Mou, ngomong-ngomong kamu masih ingat nggak sama Angel? Anak kelas kita dulu. Pas kamu masih satu sekolah sama aku. Yang pas kelas sepuluh dulu. Dia masuk Islam beberapa hari yang lalu Mou!"

"Maaf, saya non muslim."

Deg!

Apa ini? Mengapa tiba-tiba, bayangan saat ia bersama Edward terlintas di kepalanya? Bahkan terasa sangat nyata, seperti baru saja ia alami. Acha menghentikan kegiatannya memakan kue. Ia memutuskan untuk minum saja, untuk mengurangi rasa terkejutnya.

"Dan kamu tahu Mou? Ternyata dia sudah tertarik dan belajar islam dari lama. Tapi baru kemarin dia memantapkan hatinya buat memeluk agama Allah."

Uhuk uhukk

Kalimat tambahan yang diutarakan Aira tadi sukses membuat Acha terbatuk hebat. Oh, ayolah, mengapa kejadiannya sama persis seperti Edward? Hanya saja, bedanya teman bundanya itu telah memeluk islam.
Ada apa ini? Mengapa Acha tak bisa berhenti memikirkannya? Apa ada yang salah dengannya?

"Cha? Acha? Kenapa Cha? Kok kamu batuk-batuk gini? Ada yang sakit?" Arka langsung berdiri dari tempat duduknya. Mengusap-usap punggung adiknya dengan lembut, berharap batuknya segera reda. Tak tinggal diam, Rendra yang sedari tadi hanya mengamati langsung mengambil segelas air putih dan menyodorkannya ke Acha.

Takdir Cinta Acha ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang