Happy reading
*****
Beberapa tahun kemudian
Tring!
Suara dering dari ponselnya berhasil membuatnya berhenti. Ia mengamati keadaan di sekelilingnya. Penuh sesak oleh manusia yang lalu lalang. Ya maklum saja, karena ia berada di bandara saat ini. Acha memutuskan untuk menepi sejenak. Merogoh sling bagnya untuk menemukan benda pipih yang berbalut dengan casing biru itu.
Lengkungan bulan sabit terbentuk di bibir ranumnya kala melihat nama yang tertera di bagian notifikasi chatnya. Ternyata, itu Maudy. Namun, tumben sekali Maudy mengirimkan chat via voice note. Biasanya, bundanya itu akan mengetik pesannya meskipun pesannya panjang. Oh, mungkin saja, bundanya sedang terburu-buru makanya mengirimkan voice note padanya. Ya, itu bisa jadi kan. Acha membuka room chatnya dengan Maudy. Ia menekan tombol play untuk mendengarkan pesan yang dikirim bundanya.
Bunda❤️
"Assalamu'alaikum, sayang. Maaf ya, bunda dan ayah nggak bisa jemput kamu ke bandara. Bunda ada jadwal operasi dadakan, nak. Sementara ayah, ada kliennya yang komplain katanya. Maafin bunda ya, Cha. Tapi, bunda dan ayah udah minta tolong sama orang kok buat jemput kamu. Nanti kamu tinggal cari aja orang yang bawa kertas yang ada namamu. Sekali lagi, bunda minta maaf ya, sayang."Me
Wa'alaikumsalam, bunda. Nggak papa kok, bunda. Oh iya, bunda semangat ya! Semoga operasinya bisa berjalan lancar dan pasiennya selamat! Aamiin. Ayah juga semangat! Semoga masalahnya cepat selesai. Fighting, bunda, ayah!Selepas membalas chat dari Maudy, Acha memasukkan ponselnya ke sling bag. Ia menghembuskan napas lega.
Well, hello Indonesia! My home town! Batin Acha. Ia menggeret kopernya yang juga berwarna biru. Melangkahkan kakinya untuk mencari orang yang diberi mandat oleh bunda dan ayah untuk menjemputnya.
Ia hanya sendirian kali ini. Tidak ada Arka dan Novi yang menemani. Hal itu karena dua minggu sebelum keberangkatannya, Novi dinyatakan sedang hamil muda dan harus istirahat total. Novi tidak diperbolehkan melakukan penerbangan apapun. Jadi, demi keselamatan Novi dan calon anaknya, Arka memutuskan untuk menetap di Sydney sampai anaknya lahir. Rencananya, dia akan melanjutkan untuk mengurus cafe, dibantu dengan Fina serta beberapa pegawai lainnya.
Mendengar kabar ini, tentunya Acha sangat senang. Ia bersyukur sekali. Ia jadi bertanya-tanya. Kelak, akan mirip siapakah keponakannya itu? Arka ataukah Novi? Dan ya, apa jenis kelaminnya? Apakah perempuan? Atau laki-laki? Namun, terlepas dari semua itu, Acha hanya ingin keponakannya lahir dengan selamat nanti.
Cukup sudah dengan pengandaian mengenai keponakannya. Kini, Acha harus mencari siapa orang yang ditugaskan untuk menjemputnya. Manik mata cokelatnya bergerak-gerak. Menyapu satu persatu orang yang ada di ruang tunggu kedatangan. Sampai akhirnya, ia menemukan kertas besar bertuliskan namanya. Sontak saja, ia segera menghampiri orang yang membawa kertas itu, tanpa bisa melihat siapa dia. Karena orang itu berdesakan dengan penjemput lainnya.
Lagi, garis lengkung tercetak di bibirnya. Ternyata, orang yang menjemputnya adalah orang yang selama ini ia kenal. Acha mempersempit jarak diantara mereka. Membuat lelaki bernama lengkap Narendra Satya Bagaskara itu tertegun sejenak.
"Assalamu'alaikum, Kak Rendra," sapa Acha begitu keduanya bertemu muka. "Maaf ya, kalau harus nunggu lama."
"Wa'alaikumsalam, Cha. Nggak nunggu lama kok. Umm ... selamat datang kembali ya, Cha. Semoga kamu betah tinggal disini. Ya, setelah lama kamu tinggal di Sydney."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Acha ✓
Spiritual[ Sequel Maudya ] Kehidupan Acha-Arsha Indira Brawijaya yang semula tenang seketika berubah. Berawal dari pertemuan yang tak sengaja dengan Edward, seorang pemuda blasteran Indonesia-Australia, kini dunianya serasa dijungkir balikkan oleh Edward. Ac...